36 - Menyerah Atau Bertahan

Genggaman tangan Austyn, masih merekat. Bohong jika Deka tidak menyukainya. Langkah kaki mereka berdua beriringan, membuat banyak pasang mata yang memperhatikan. Keduanya tidak memedulikan. Sampai akhirnya mereka duduk di kursi panjang yang terletak agak jauh di depan panggung.

Suasana sore ini sangat ramai. Di temani lampu lampion indah yang membuat Deka takjub. Dekorasi yang menarik juga, membuat Austyn sangat bangga dengan kerja keras anggota osis tanpa dirinya. Semua tampak sempurna hari ini.

"Kangen gue, gak?" Tanya Austyn tiba-tiba dan membuat Deka tersentak.

Deka menoleh pada Austyn. "Enggak!" Jawabnya.

Austyn memasang wajah masam, Deka hanya terkekeh melihatnya. Kemudian pandangan Austyn jatuh kepada seorang pria paruh baya yang sedang menarik tangan Adrian. Raut wajah Austyn juga seketika berubah menjadi kesal.

"Gue pergi, ya!" Austyn bangkit dari duduknya, dan sontak Deka ikut bangkit.

"Kok pergi?"

Austyn melemparkan senyum manisnya, dan ia juga memegang puncak kepala Deka. Bibir Deka tampak mengerucut, membuat Austyn semakin gemas. Ada rasa tidak rela di hati Austyn untuk meninggalkan. Kalau bukan karena Adrian, mungkin ia tidak akan seperti ini.

"Besok kita ketemu lagi, janji!" Austyn meyakinkan, namun raut wajah Deka tetap tidak berubah.

"Gak mau!" Tolak Deka kesal.

"Pulangnya hati-hati, ya! Kalau di jalan lo di gombalin orang, lapor ke gue langsung. Nanti, biar gue buat gembel itu orang." Nasehat Austyn, kemudian ia mundur dan berbalik.

"Kak!" Panggil Deka.

Austyn tidak memedulikannya, ia perlahan mulai melangkah pergi. Deka yang merasa terabaikan, mulai marah.

"Aku suka kakak! Apa itu gak cukup buat kakak gak pergi?"

Langkah Austyn seketika berhenti, dan kepalanya juga langsung menoleh pada Deka. Deka yang merasa salah bicara hanya dapat menelan ludahnya. Untung orang di sekitarnya tidak ramai, dan tidak mendengar ucapannya. Melihat raut wajah Austyn yang aneh, Deka lantas pergi.

Austyn kembali melanjutkan langkahnya. Raut wajahnya benar-benar sangat terkejut, di tambah bingung. Bohong jika Austyn tidak senang dengan pernyataan Deka. Namun, Austyn seketika takut. Kata 'menyerah' di dalam hatinya seolah pudar, tergantikan dengan kata 'Bertahan'. Tidak ada yang tahu bagaiman semesta mengatur semuanya, tetapi Austyn seolah tahu semuanya.

Akhirnya Austyn sampai di parkiran sekolah, tepat dimana seorang pria paruh baya dan Adrian bercengkerama. Austyn juga dengan kasar menepis tangan pria itu dari Adrian. Tatapan tajam mulai terlihat pada Austyn.

"Tangan kotor lo gak pantas sentuh adik gue!" Cerca Austyn dengan nada suara dingin.

Pria itu terkejut, lalu menunduk sebentar sebagai penghormatan pada Austyn. "Maaf, saya hanya sedang mencari anda. Tuan menyuruh saya untuk membawa anda pulang."

"Yang dicari gue, kan? Kenapa bawa-bawa Adrian? Kerja sama ayah gue buat lo gak ada otak, ya?"

Tatapan Austyn beralih pada Adrian. "Kalau besok lo di ganggu sama dia disaat gue gak ada, lo bisa tonjok dia. Jangan takut ayah murka, karena gue tetap akan jadi tameng buat lo di depan ayah."

Austyn lantas pergi, dan masuk ke dalam mobil berwarna hitam, di ikuti dengan pria paruh baya itu. Mobil hitam itu mulai bergerak meninggalkan lingkungan sekolah. Menyisakan Adrian yang diam mematung di parkiran.

Deka dari jauh juga memperhatikan kejadian itu. Rencananya Deka akan pulang kerumah, dan gerbang sekolah harus di lalui dengan melewati parkiran. Melihat Austyn dan Adrian disana, Deka hanya dapat diam dan menunggu mereka pergi.

Suara klakson dari motor Angga berhasil membuat Deka terkejut bukan main. Angga berhenti tepat di samping Deka dengan senyum manis tanpa rasa bersalah sedikit pun. Tanpa perintah, Deka langsung naik ke motor Angga.

"Eh, makaroni ngehe! Gue belum nawarin." Protes Angga.

"Tau, ah! Anterin gue pulang, cepet!"

Angga hanya mengangguk pasrah. Ia tidak mau bermasalah dengan orang yang sedang kesal untuk saat ini. Walau Deka belum cerita, Angga tahu pasti penyebabnya. Angga sekarang sudah sangat mengerti Deka. Ia juga mulai mencoba untuk menjadi sahabat terbaik gadis itu. Bukan karena Deka anak kepala sekolah, bukan juga karena Deka orang kaya. Angga memilih Deka karena ia merasa bahwa gadis itu adalah orang yang paling tulus dalam berteman. Angga. Menurut Angga, Deka selalu paham masalah orang lain, namu tidak paham dengan masalahnya sendiri. Deka polos, dan tidak dapat membedakan mana pertemanan yang baik dan mana yang buruk.

Sampai lah motor Angga di depan rumah Deka. Sang pemilik rumah langsung turun dengan wajah lesu. Angga yang mengerti langsung mematikan motornya, mengurungkan niatnya untuk pulang kerumah.

"Kenapa?" Tanya Deka heran.

"Harusnya gue yang tanya ke lo, kenapa?" Balas Angga.

Deka langsung duduk di depan gerbang rumahnya, di ikuti dengan Angga di sebelahnya. Deka memeluk lututnya, dan membenamkan wajahnya disana. Angga dengan sabar menunggu, hingga akhirnya Deka membuka suara.

"Gue nyatain perasaan sama kak Austyn," lirih Deka.

Kedua mata Angga membulat sempurna. "Kok, bisa?"

"Keceplosan."

Angga mengacak rambutnya sendiri, ia bingung. "Terus kenapa? Lo di tolak kak Austyn?"

"Gak tau. Pokoknya gue malu banget. Mana kak Austyn janji ke gue kalau besok kita bakal ketemu. Ini muka gue mau taruh dimana? Atap kantin?"

"Tapi abis ngungkapin jadi lega, kan? Gak ada yang ganjel lagi, kan?"

Deka terdiam sejenak, lalu menjawab, "Gue takut abis ini kak Austyn jauh dari gue," lirihnya.

"Kenapa harus menjauh? Kalau dia mau, dia dah ngelakuin itu dari dulu."

"Tapi...."

"Lo hanya perlu meyakinkan untuk saat ini. Meyakinkan siapa? Dia dan diri lo sendiri."

Deka mengangkat wajahnya, lalu menatap Angga. "Sebentar ... jadi selama ini perasaan gue buat kak Adrian...."

"Padahal lo yang punya perasaan, tapi kenapa orang lain yang bisa mengartikan. Sekarang bisa bedain mana suka beneran sama kagum, kan?"

Deka diam, menunggu Angga kembali menjelaskan.

"Selama ini lo memuji kalau kak Adrian ganteng, pinter, dan jago main basket. Lo sebut itu suka? Bukan, itu adalah rasa kagum lo sama dia. Lo kagum dia pinter, lo kagum dia jago olahraga. Deg-degan pas sama orang yang di kagumi? Wajar. Kayak lo lagi sama artis idola aja, sih contohnya."

"Kok, gue bisa salah, ya?"

"Mengartikan perasaan itu perlu waktu yang lama. Kamu tidak bisa langsung menyimpulkan. Karena ini bukan hanya main dengan hati, tapi pikiran juga ikut bersama."

Deka mengangguk paham. Ternyata selama ini ia salah akan perasaannya, sangat salah. Bodohnya ketika orang lain tahu perasaannya, namun ia sendiri mengelaknya. Tapi sekarang, semua sudah jelas. Deka tak mau lagi menutup fakta yang ada.

"Awannya cantik." Puji Angga tiba-tiba. "Kayak lo," lanjutnya.

"Angga!"

"Apa?"

"Kata kak Austyn kalau ada yang gombalin gue, gue harus lapor dia."

"Kenapa?"

"Karena kak Austyn mau buat gembel orang yang gombalin gue."

"Ya, ampun! Kak Austyn, maaf! Gue cuma mau hibur cewe lo, doang. Serius, deh." Histeris Angga seolah Austyn memang ada disana.

Deka tertawa, melihat wajah lucu Angga.

"Jadi, lo mau menyerah atau bertahan?" Tanya Angga.

__________________________________

[Aku akan up foto Austyn & Deka]

[Yang Austyn pegang kepala Deka]

[Iya, yang kejadian di atas]

[Up dimana? Di instagram ku]

[Btw, wattpad ku gak bisa buat bold]

[Garis miring, garis bawah, dll]

[Maaf, gak bisa tag pembaca]

Sekian : Ttd Jodoh Real Taehyung

Yayang💕

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top