35 - Iblis berhati Malaikat
Perasaan tidak akan pernah bisa dibaca orang lain, jika benar bisa berarti kamu yang tidak pandai menyembunyikan.
••__________••
Deka masih diam mematung, tidak ada niatan sedikit pun untuk mengambil ponselnya yang masih tergeletak di atas tanah. Ia juga sudah sangat berusaha untuk membuat air matanya tidak jatuh, tetapi sia-sia.
Perasaan sesak sepertinya mulai masuk ke dalam hatinya, kemudian menetap disana seolah tidak terjadi apa-apa. Kemudian rasa ragu, ia seakan pergi berlalu. Dahulu, Deka memang tidak dapat mengartikan perasaannya, namun sekarang berbeda. Semua terbaca dengan sempurna, tanpa ada yang harus di eja.
Deka duduk bersila dibawah, tubuhnya bersandar di meja stand. Kemudian, ia meraih ponselnya. Tampak retakan yang tidak cukup parah di layar itu. Deka hanya dapat tersenyum getir, pikirannya masih tetap pada pesan Febri di grup kelas. Dan ketika sedang badmood seperti ini, Deka langsung teringat akan sosok Austyn.
"Hujan...," gumam Deka, lalu ia menatap langit yang memang mendung, tetapi hujan tidak turun.
Deka kembali menunduk. "Coklat...," Kemudian, Deka dibuat terkejut dengan permen lolipop coklat yang tiba-tiba jatuh tepat di kakinya. Permen itu juga tidak hanya satu, mungkin ada sekitar sepuluh.
Deka mendongak, menatap seseorang yang melemparkan permen itu padanya. Seorang cowo berjaket hitam itu berhasil membuat Deka terkejut bukan main. Dia adalah seseorang yang sampai saat ini ada di pikiran Deka, dia adalah seseorang yang sampai saat ini selalu menimbulkan rindu dengan tanda tanya, dia adalah si ketua osis paling galak di SMA Altschool, dia adalah Austyn.
Austyn dengan santainya langsung duduk bersila didepan Deka.
"Alhamdulillah, gak sia-sia gue ngeluarin uang banyak buat borong dagangan kelas." Ucap Austyn.
Deka menunduk untuk menghindar dari tatapan Austyn, juga untuk menyembunyikan air matanya. Austyn yang mengerti hanya dapat menatap langit sebentar, lalu kembali fokus pada Deka.
"Coklat dan hujan adalah dua hal yang bisa menghilangkan kesedihan tuan putri. Pangeran sudah membeli coklat, namun sang tuan putri masih bersedih. Kemudian, pangerang menjadi kesal karena dirinya tidak dapat membeli hujan. Akhirnya, sang pangeran berharap kepada takdir, bukan untuk memohon agar hujan turun, tetapi memohon agar dirinya dapat menjadi hal ketiga untuk membuat kesedihan tuan putri hilang." Celoteh Austyn.
Deka seketika menatap Austyn dengan datar, ia benar-benar tidak mengerti dengan apa yang diucapkan Austyn. "Sejak kapan berperan jadi pangeran?" Tanya Deka dengan nada agak serak.
"Apa, sih! Pangeran-pangeran, aku jadiin pangeran baru tahu rasa, kak!" Austyn mengikuti gaya bicara Deka.
Deka menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan saat teringat kejadian itu. Kejadian dimana Rendy mengajaknya pulang disaat dirinya tengah bernyanyi bersama Austyn. Beberapa detik kemudian tubuh Deka bergetar, Deka tertawa. Austyn yang melihat hal itu hanya dapat tersenyum.
"Ada jaminan happy ending kalau kakak jadi pangerannya?" Tanya Deka lagi yang sudah kembali menatap Austyn.
Austyn menatap Deka datar sebentar, lalu tersenyum. "Tidak ada yang tahu, karena kita pemeran bukan penulis."
Raut wajah Deka kembali datar, ia kembali lagi teringat akan pesan Febri. "Tidak happy ending karena ada tuan putri yang lain?"
"Tuan putri lain?" Austyn tak mengerti.
Deka tak menjawab, matanya fokus pada Rendy yang mendekati mereka berdua. Austyn mengikuti arah pandangan Deka, tatapan datar mulai menghiasi wajah Austyn. Rendy berdiri tepat disamping Deka yang sedang duduk manis.
"Deka, gimana coklatnya?" Tanya Rendy.
Mata Deka membulat. "Astaga, lupa! Masih belum kejual semua."
"Tinggal berapa?" Tanya Austyn.
"Sepuluh coklat." Jawab Deka.
"Gue beli semua, deh!" Ucap Austyn.
Mungkin takdir akan membawa malaikat kesini untuk membeli semua coklat kita.
Bagaimana kalau yang datang iblis?
Aku akan membuat iblis itu jatuh cinta dengan coklat kita.
Austyn berdiri, lalu ia mulai mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribu dan memberikannya kepada Rendy. "Sekalian yang jaga stand gue beli dan tolong semua dibungkus jadi satu."
Gue ramal, deh!
Nanti iblis itu gak jatuh cinta sama cokelat, tapi jatuh cinta sama yang jual cokelat, yaitu Deka.
Gak mau iblis, maunya malaikat.
Iblis berhati malaikat, Deka.
Deka mendongak, menatap Austyn yang sedang menunggu Rendy selesai memasukan semua cokelat itu kedalam paper bag. Kejadian candaan iblis berhati malaikat sangat jelas tertera dipikiran Deka sekarang.
Baiklah, aku akan mencintai iblis berhati malaikat itu.
Austyn menyerahkan paper bag itu pada Deka, kemudian Deka menerimanya. Ia juga mulai memasukan permen yang diberikan Austyn ke dalam paper bag, hingga membuat tas itu menggembung. Rendy kembali dibuat terkejut, karena ternyata Austyn membeli semua cokelat untuk Deka.
"Ada plastik, gak?" Tanya Austyn, lalu Rendy hanya dapat menjawabnya dengan anggukkan.
Setelah menerima plastik dari Rendy, Austyn kembali duduk didepan Deka. Dalam satu hitungan, Austyn berhasil membungkus kepala Deka dengan plastik itu. Deka meronta, seraya memukul lengan Austyn. Tawa mulai terdengar dari mulut Austyn, sedangkan mulut Deka terus saja mengoceh. Rendy yang melihat kejadian mereka berdua hanya dapat diam, seraya menampakkan raut wajah yang seperti ingin membunuh manusia.
Dengan satu tarikan, Deka berhasil lolos dari plastik itu. "KAK AUSTYN!" Teriak Deka kesal.
Austyn berdiri, lalu melanjutkan kembali tawanya. "Apa? Tadi, kan gue beli semua cokelat kelas lo dan sekalian yang jaga stand juga gue beli, terus gue mau semua dibungkus jadi satu, tetapi paper bag itu keliatannya sudah penuh, jadi yang jaga stand di plastikin aja. Salahnya dimana?"
Deka ikut berdiri, lalu ia menenteng paper bag itu dengan tangan kirinya, dan bisa saja Deka melemparkan benda itu sekalian dengan isinya ke wajah Austyn. "Dasar iblis!" Umpat Deka.
"Iblis berhati malaikat." Tambah Austyn.
Deka seketika terkejut bukan main, begitu juga dengan Rendy yang menyadarinya. Ramalan aneh dari Angga muncul kembali dalam pikiran Deka dan mungkin sekarang Rendy juga memikirkan hal yang sama dengan Deka.
Austyn menggenggam erat tangan kanan Deka. "Pindah tempat, yuk!"
Saat ingin melangkah, Deka merasakan ada yang memegang tangan kirinya dengan erat. Deka menoleh, menatap Rendy dengan tatapan bingung. Austyn sedikit mengerti dengan pikiran Rendy. Karena itu, ia tidak melepaskan genggaman tangannya dari tangan Deka.
"Gak ingat? Dia menyukai orang lain." Ucap Rendy.
Deka menelan ludahnya dengan susah payah, raut wajahnya kembali datar. Ia tahu Rendy sedang membahas apa, apalagi kalau bukan tentang pesan di grup kelas yang menyatakan bahwa Austyn menyukai Febri dan tidak menyukai dirinya. Perasaan Deka sekarang juga entah mengapa seakan selalu memberi dorongan untuk membuktikan semuanya. Austyn yang tidak mengerti dengan ucapan Rendy hanya dapat diam, tetapi didalam dirinya ia merasa bahwa kalimat itu ada hubungan dengannya.
"Memang tidak boleh, ya?" Tanya Deka.
Rendy menggeleng. "Lo tahu gimana sifat mantan sahabat lo itu, kan? Nekat! Dan lo bisa hancur kalau deket sama orang yang sudah dia cap."
"Kalau gue bisa mastiin gak bakal ada yang hancur, gimana? Lo bisa langsung ngelepasin Deka, gak?" Tanya Austyn dengan nada santai.
Deka langsung menatap Austyn, mencoba untuk membaca pikiran orang itu. "Kak...." Panggil Deka pelan.
Austyn menghiraukan panggilan Deka. "Gue memang gak ngerti sama topik yang dibahas, tapi kalau cemburu, tuh! Bilang dong, mas!"
Rendy terkejut dengan ucapan Austyn, si ketua osis itu seolah dapat membaca perasaannya saat ini. Austyn yang merasa menang langsung melemparkan senyum sinis pada Rendy.
Deka melepaskan tangannya dari Rendy, ia tidak mau kedua cowo itu bertengkar. "Maaf, tapi gue bisa jaga diri sendiri, juga jaga perasaan ini."
Tanpa pikir panjang lagi, Austyn menarik tangan Deka dan membawa gadis itu pergi dari hadapan Rendy. Deka hanya dapat diam membisu seraya mengikuti langkah Austyn. Perasaanya kembali campur aduk dan sepertinya rasa sesak masih betah menetap di hatinya. Kemudian Deka menatap Austyn, ia bingung karena sekarang Austyn memasang raut wajah yang seperti kesal.
Mengapa kisahnya bisa begitu rumit seperti ini? Apakah kisah yang rumit menandakan akan adanya akhir yang bahagia? Tetapi kata Austyn, tidak ada seorang pun yang tahu. Benar, sih! Karena dirinya hanya pemeran, sedangkan takdir yang menulis semua alurnya.
________________________________
: SESI SPESIAL :
TERIMAKASIH DITUNJUKAN UNTUK
...
DI PART SELANJUTNYA
...
Begini, jadi selanjutnya bakal ada part cuap cuap unfaedah dari aku. Isinya cuma ucapan terimakasih dan tag akun, sama pernyataan syukur atas apa yang telah banyak dilewatkan.
Bentar....,
ADA 10 AKUN LAGI, HEHE.
Menerima tambahan?
KHUSUS INI JAWABANNYA, IYA!
Hayo, kamu termasuk gak nih? :v
Btw...,
SECRET semakin panas aja.
Ya, gitu!
Udah mulai masuk ke dalam inti
Wkwk.
Thanks for all
Lop u💋
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top