8

Happy reading. 💜

***

Sebenarnya aku masih kesal dengan Kak Nando. Ditambah lagi dengan informasi yang aku dengar dari Nadia membuatku semakin dilanda amarah. Ini yang aku tidak suka dari hubungan yang dirahasiakan. Perempuan lain akan lebih mudah mendekati kekasihku tanpa tahu ada seseorang di dalam hati lelaki itu yang tengah menjalin asmara dengannya.

Sore ini Kak Nando datang ke rumah. Mengerjakan tugas kelompok dengan Kak Aldo. Aku tau, itu cuma alasannya saja, karena sedari tadi yang mereka lakukan hanya main PS.

“Suaranya dikecilin, Kak. Ganggu!” keluhku.

Ya, suara games yang dimainkan Kak Aldo memang menggangguku yang tengah mengerjakan tugas. Aku tidak tahu kenapa mereka memilih ruang tengah ketimbang kamar Kak Aldo untuk bermain PS.

“Kamu aja yang pindah sana.” Kak Aldo mengibaskan tangannya tanpa menoleh.

Aku merengut.

“Kan Rana duluan yang di sini. Kakak aja yang pindah sana!”

“Sstt… berisik.”

Aku memeletkan lidah saat Kak Aldo menoleh. Mengumpat dalam hati karena Kak Aldo telah menggangguku mengerjakan tugas.

Di sampingnya, Kak Nando hanya diam. Aku tahu dia memperhatikanku, tetapi aku berpura-pura tidak melihat. Hubungan kami belum juga membaik hingga detik ini.

“Aku ke belakang dulu.”

Kak Aldo meletakkan stik PS-nya. Menjitak pelan kepalaku saat melewatiku. Kepergiannya membuatku dan Kak Nando saling berdiam dalam kecanggungan. Sebenarnya aku tidak suka situasi yang seperti ini, tetapi, aku, kan masih dalam mode marah dan kesal.

Suara langkah kaki samar-samar terdengar dari arah depan. Tak berselang lama, aku merasakan seseoran telah duduk di sampingku. Tanpa menoleh, aku tahu Kak Nando sudah berpindah ke sampingku.

“Sudah dua minggu Ran,” katanya pelan.

Aku bergeming, pura-pura tidak dengar.

“Aku nggak tahu kamu segitu marahnya.”

Gerakan tanganku terhenti. Helaan napasnya terdengar begitu berat. Namun aku tetap tidak menoleh ke arahnya.

“Aku benar-benar minta maaf. Soal hubungan ini, aku nggak pernah menjalaninya dengan ragu.

Sekonyong-konyong aku menoleh. Tatapan matanya yang sendu langsung menyambutku.

“Aku nggak akan pernah memulai sesuatu yang aku ragukan, Ran. Aku bukan ragu, aku hanya nggak mau kamu mendapat masalah karena pacaran sama aku."

“Kalau Kakak takut aku akan mendapat masalah, mestinya dari awal kita nggak mulai ini semua, Kak,” kataku akhirnya. “Seharusnya kita nggak pacaran kalau Kakak berpikiran seperti itu.”

“Ran, maksud aku nggak seperti itu."

“Jadi maksud Kakak gimana? Kakak maunya apa, sih, sebenernya?” makiku kesal. “Kakak takut jadi jauh sama Kak Meitha karena pacaran sama aku? Makanya hubungan kita disembunyikan biar Kakak bisa leluasa deket sama Kak Meitha. Iya?”

“Ran, aku sama Meitha cuma berteman.”

“Nggak ada teman yang mesra sama temennya sendiri Kak. Di depan orang banyak pula.”

“Ran, percaya sama aku, aku nggak ada apa-apa sama Meitha.”

Aku menggeleng. Mulut lelaki memang pintar sekali berkilah!

“Kalau Kakak segitu takutnya orang-orang tahu hubungan kita, mending akhiri aja dari sekarang.”

“Ran, jangan egois gitu. Untuk saat ini cuma ini yang terbaik untuk kita.” Kak Nando masih berusaha menjelaskan.

“Kakak yang egois! Bodoh amat sama peraturan! Bodoh amat sama nggak enak sama Kak Aldo. Kalau Kakak emang beneran sayang sama aku, jangan main belakang kayak gini. Kakak nggak ngerasain gimana rasanya jadi cewek yang pengen banget banggain pacarnya di depan temen-temennya. Kakak nggak pernah tahu dan nggak mau tahu karena Kakak adalah cowok yang paling egois yang pernah aku kenal!”

“Ran…” Kak Nando mengelus pelan kepalaku. “Aku janji, hubungan kita akan aku publikasikan ke orang-orang. Tapi, bukan sekarang.”

“Kapan? Kapan Kak? Aku capek!”

“Setelah aku lulus dan pergi dari sekolah. Karena dengan begitu kamu nggak akan mendapat masalah di sekolah. Kalau sekarang semua orang tahu ada anak pramuka yang pacaran sama anak paskib, aku nggak bisa bayangin apa yang akan terjadi.”

“Emang apa salahnya, sih ada anak paskib yang pacaran sama anak pramuka? Kalau cinta bisa membuat dua orang berselisih, cinta juga pasti bisa menyatukan dua orang yang berselisih. Kenapa kita nggak mencoba melakukannya, Kak? Mungkin dengan orang-orang tahu kita pacaran maka permusuhan itu akan berakhir.”

Kak Nando menunduk. Melepas kacamatanya. Diam kembali menghampiri kami. Rasanya waktu terasa bergerak lambat. Selain egois, ternyata kekasihku ini juga tidak tegas! Aku benar-benar sangat kesal dibuatnya.

“Kok pada diem, sih?” Kak Aldo tiba-tiba muncul.

“Ah, nggak kok,” jawab Kak Nando. Ia kemudian berdiri, melangkah menuju PS yang sempat terabaikan.

Untuk saat ini, obrolan itu harus dihentikan. Namun bukan berarti aku tidak akan membahasnya di lain waktu. Lihat saja nanti! Aku tidak akan tinggal diam!

***

Terima kasih bagi kalian yang masih mengikuti cerita ini. Aku sayang kalian. 💜

Xoxo

Winda Zizty
11 Mei 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top