Secret
"Sensei, tolong terima ini" pinta gadis itu dengan kepala tertunduk.
Gadis itu menjulurkan tangannya atau lebih tepatnya memberikan surat cintanya. Gadis lain yang berada disekitar mereka tertawa cekikikan mendengar pernyataan cinta itu. Sebagian besar dari mereka juga pernah berada diposisi yang sama seperti gadis berkuncir kuda itu.
Ya, murid perempuan mana yang belum pernah menyatakan cintanya pada Shin-Sensei. Dengan bermodalkan wajah tampan, muda, body oke, mapan pula. Membuat pria itu digandrungi tidak hanya murid tapi juga sensei perempuan.
Seakan menjadi tradisi atau ajang dikalangan murid perempuan Sakurage Gakuen. Meskipun mereka tahu hanya penolakan yang mereka dapatkan, tetap saja selalu ada murid perempuan yang nekad melakukannya.
Shin mendesah pasrah dan terdiam ditempatnya berdiri. Kali ini ia harus melakukan sesuatu agar surat-surat itu berhenti berdatangan. Hanya sesaat pria itu menyunggingkan senyum liciknya.
"Mm.. maafkan aku, tapi aku sudah punya dia" kata pria itu sambil menunjuk kearah salah seorang murid yang ternyata adalah Ayana Hamazaki.
Sontak seluruh murid yang ada lapangan itu menoleh kearah Ayana. Ayana yang tidak mengerti apa permasalahannya hanya menoleh kebingungan.
"Ay, benarkah?" tanya Miyuki yang berdiri disamping Ayana.
"Apa?" gadis itu masih belum mengerti bahwa dirinya kini menjadi pusat perhatian.
"Kalau kau jadian dengan Shin-Sensei" jelas Miyuki.
"Aku.. apa?!"
Segera saja gadis itu mengedarkan pandangannya untuk mencari pria itu. Sadar dengan pandangan murid-murid cewek yang menusuk, gadis itu segera melangkahkan kakinya menuju ruang guru. Berharap akan menemukan pria itu disana.
※※※
Sudah tiga hari Ayana menjadi bulan-bulanan fans Shin-Sensei. Mulai dari disiram, dijegal sampai dikunci di ruang kelas.
Gadis itu sudah tidak tahan lagi, ia harus menemui pria itu. Bagaimana mungkin pria itu seperti menghilang ditelan bumi, batin Ayana.
Ayana memang belum bisa menemukan pria itu sejak hari pengakuan itu. Kenapa? Pertama, Ayana kelas XII-2. Kedua, pria itu tidak mengajar dikelas itu. Ditambah lagi setiap kali Ayana datang keruang guru pria itu selalu tidak berada disana. Sungguh sangat sial, gadis itu terus merutuki dirinya sendiri. Kenapa ia harus lewat koridor Selatan hari itu? Biasanya juga lewat koridor barat.
"Arg, aku harus menemui sensei sialan itu secepatnya" putus gadis itu.
Miyuki hanya menggelengkan kepala saat melihat Ayana menjambaki rambutnya sendiri. Membiarkan temannya itu sibuk dengan pikirannya sendiri.
Hari-hari berikutnya seperti bermain kucing-kucingan. Sekalinya Ayana melihat Shin-Sensei, gadis itu sedang ada pelajaran olah raga, lari maraton. Hanya bisa memperhatikan pria itu dari kejauhan. Saking fokusnya Ayana memperhatikan sensei itu pergi, ia tidak sadar menginjak tali sepatunya sendiri dan membuatnya terjungkal ke tanah. Sial.
※※※
Kali ini sensei itu tidak akan lolos, mau tidak mau Ayana harus pergi kesana.
Gadis itu sudah berada diruang tamu pria itu. Ya, Ayana berada dirumah Shin-Sensei. Hari minggu biasanya pria itu ada dirumah, tidur sepanjang hari.
"Terima kasih, Bibi" ucap gadis itu. "Maaf merepotkan"
"Jangan sungkan, bagaimanapun juga kau kan calon menantu kami"
Ya, itulah Ayana, gadis berumur tujuh belas tahun, golongan darah O, sangat suka mie ramen dan ia adalah tunangan Shin Sakamaki sejak tiga bulan yang lalu. Itupun karena kedua orang tua mereka yang memaksa. Orang tua Ayana dan Shin adalah sahabat karib. Karena itu hanya sekedar kesepakatan antar kedua keluarga. Sampai Ayana lulus SMA.
"Langsung saja keatas"
Dengan langkah mantap Ayana menaiki tangga itu dan langsung menuju kamar Shin. Ketuk sekali, dua kali, tidak ada jawaban. Gadis itu langsung membuka kenop pintu dengan kasar.
Dilihatnya Shin yang masih tertidur pulas. Padahal ini sudah jam sepuluh pagi. Gadis itu menghampiri ranjang Shin dan menarik selimut pria itu, beruntungnya pria itu berpakaian lengkap, kaos dengan boxer.
Ayana menarik selimut itu lebih keras dan membuat Shin menggumam tidak jelas dalam tidurnya. Dengan tidak sabar gadis itu memukul tubuh Shin.
"Shin!" teriak gadis itu. "Ayo bangun!" perintah gadis itu sambil menggoyang-goyangkan tubuh pria itu.
Shin terduduk dengan mata yang masih mengerjap, memfokuskan pandangannya pada gadis yang berteriak kepadanya. Shin mengusap mukanya kasar. Dan kembali membaringkan tubuhnya dan bergelung di bawah selimut yang sudah ia tarik kembali dari gadis itu.
"Shin!" hardik gadis itu, semakin kesal karena tidak ditanggapi.
"Apa?" balas pria itu dengan suara serak bangun tidur.
"Aku ingin penjelasan" tuntut gadis itu. "Bukankah kita sudah sepakat untuk tidak memberitahukan pada siapapun kalau kita bertunangan"
"Hmm.. "
"Shiiinn.. " dengan kesal gadis itu duduk di bantal bulat tidak jauh dari ranjang Shin.
Kini Shin yang sudah terbangun sepenuhnya duduk dipinggiran ranjangnya. Memperhatikan tunangannya yang berwajah manyun. Shin hanya terkekeh dan bangkit menuju kamar mandi.
"Tidak ada jalan lain" teriak pria itu dari dalam kamar mandi.
"Apa maksudmu tidak ada jalan lain?" balas Ayana dengan berteriak juga. "Jangan seret aku dalam masalahmu ya"
Shin yang sudah keluar dari kamar mandi mengelap wajahnya dengan handuk yang tersampir di lehernya. Dengan rambut yang masih awut-awutan pria itu terlihat sangat tampan.
"Ck, bukannya kau tunanganku? Kenapa aku tidak boleh menyeretmu dalam masalahku?"
"Masalahnya, fans-fansmu itu terus mengejarku seperti anjing gila" sergah gadis itu.
"Tinggal lapor saja ke ruang BP, bereskan?"
Memang paling sebal kalau sudah adu mulut dengan pria itu, selalu saja dimentahkan.
"Arggg.. " sergah Ayana. "Dasar tidak bertanggung jawab"
Dengan marah Ayana meninggalkan kamar pria itu dan menghampiri Bibi Sayo yang sedang sibuk membuat kue. Dibelakangnya Shin mengikuti. Ayana tahu pasti pria itu sedang cengar-cengir mengejeknya.
"Ada apa?" tanya Bibi Sayo.
"Calon menantu ibu, sedang kesal" jawab Shin santai.
"Eh, benarkah?"
"Shin Bibi, dia bilang pada gadis yang menembaknya, kalau dia sudah punya aku" adu gadis itu.
"Memang benar kan?" kata Bibi Sayo membenarkan.
"Iya, tapi kan kami sepakat untuk tidak memberitahu orang lain sampai aku lulus" ucap gadis itu.
"Jangankan menunggumu lulus, besok pun akan aku nikahi" ucap Shin jahil. Membuat pria itu mendapatkan pukulan sendok tepat dibahunya.
Shin terkekeh. Ayana harus puas menjadi korban jahil pria itu. Tapi terlepas dari sifat jahilnya itu, pria itu sangat perhatian dengan Ayana.
"Tiga bulan lagi kau akan lulus SMA" ucap Bibi Sayo. "Kau ingin melanjutkan kemana?"
"Inginnya.. aku hanya ingin membatu Ayah ditoko, Bibi" jawab Ayana malu-malu. Keluarga Hamazaki memang memang memiliki bisnis florist yang cukup ramai.
"Tentu saja, dengan otakmu yang seperti ini, mana mungkin bisa melanjutkan keperguruan tinggi" ucap Shin.
Seketika itu juga sendok melayang tepat diatas kepala Shin, beruntung pria itu bisa menghindar. Ayana memplototi pria itu. Membuat Shin kembali terkekeh.
※※※
Tidak ada klarifikasi dari sensei sialan itu yang artinya bully-an akan terus berlanjut. Entah sampai kapan, mungkin sampai ia lulus. Pasrah.
"Ay, gimana?" tanya Miyuki.
"Apa?"
"Beneran kamu sudah jadian sama Shin-Sensei?" Ayana menjadi salah tingkah mendengar pertanyaan temannya itu.
Ayana menggeleng. Memang ia tidak jadian dengan sensei sialan itu tapi bertunangan. Mana mungkin gadis itu akan memberitahukan hal itu pada temannya itu. Miyuki kan juga salah satu fans Shin-Sensei.
"Jadian juga nggak apa-apa" ucap Miyuki.
What. Beneran tuh?
"Sebenarnya.. sebenarnya.." ujar Ayana. "Aku lapar" kelitnya.
Tidak. Tidak sekarang. Gawat kalau semuanya tahu, putus gadis itu.
Begitulah, Ayana harus berbohong pada teman baiknya itu. Ia akan memberitahukannya pada Miyuki nanti setelah ujian kelulusan berakhir.
Ayana sendiri sibuk mempersiapkan diri untuk ujian kelulusan, tidak ada waktu untuk memikirkan sensei sialan itu. Belajar dan belajar hanya itu yang sekarang berada diotaknya.
Ngomong-ngomong soal otak tentu saja Ayana sudah berusaha sangat keras untuk menyerap semua pelajaran yang di berikan padanya. Tapi tetap saja dia bukan gadis yang pintar seperti halnya Miyuki. Ayana bahkan mendapatkan bantuan dari Shin setiap akhir pekan alias les private.
"Argg.. semua pelajaran ini serasa membuat otakku hangus terbakar" keluh Ayana.
"Apa ada yang tidak kau mengerti?" tanya Miyuki. "Aku akan membantumu"
Secepat kilat Ayana menggenggam tangan Miyuki. "Kau dewi penyelamatku" puji gadis itu.
"Apa sih" balas Miyuki malu-malu.
※※※
Para fans Shin-Sensei sepertinya sudah bosan dengan Ayana. Selama seminggu ini gadis itu menjalani hari-harinya dengan damai. Tidak ada cemoohan dan mata-mata yang melihatnya dengan mencibir. Mungkin hari ujian sudah semakin dekat. Akhirnya bebas, jerit Ayana dalam hati, senang.
Disisi lain Ayana juga harus mampir ke kediaman Sakamaki untuk mendapatkan pelajaran tambahan dari pria itu. Shin benar-benar tiada ampun, bahkan lebih parah dari Miyuki.
"Dasar raja tega" keluh gadis itu. Seakan tidak mampu lagi menerima pelajaran apapun yang pria itu berikan.
"Baru juga satu jam dimulai" ucap pria itu jahil. "Belum enam jam"
Ayana mengkerutkan dahinya, sebal. Dengan ogah-ogahan gadis itu menyelesaikan soal yang pria itu berikan.
Shin yang melihat hal itu semakin bersikap jahil dengan menambahkan soal-soal yang harus gadis itu selesaikan hari itu juga.
※※※
Hari sakral itupun tiba. Berdoa dan belajar sudah gadis itu lakukan. Sekarang ia hanya harus menghadapi perang yang sesungguhnya.
Hari pertama ujian terlewati dengan cukup baik entah untuk yang kedua dan ketiga, gadis itu merasa ragu dengan jawabannya.
"Bagaimana kalau aku tidak lulus?" tanya Ayana pesimis.
"Yah.. paling harus mengulang" balas Shin santai.
Pria itu sungguh menyebalkan, batin Ayana dongkol.
Segala jenis ujian telah selesai, baik tulis maupun praktek. Sekarang hanya tinggal menunggu hasilnya. Dengan harap-harap cemas seluruh murid menantikan hasil ujian mereka. Gosip mengenai Ayana dan Shin-Sensei juga tidak terdengar lagi. Semua hanya masalah waktu.
※※※
Pagi ini Ayana pergi dengan terburu-buru. Ya, hari ini adalah hari pengumuman hasil ujian. Dan hari ini juga tidak seperti hari biasanya. Shin menjemputnya dengan mobil miliknya. Mengantarkan Ayana sampai sebelum gerbang Sakurage Gakuen. Tidak akan ada yang tahu karena memang Shin jarang menggunakan mobil sportnya yang satu ini.
"Akan aku beri hadiah kalau kau masuk peringkat lima puluh besar"
"Cih" ejek gadis itu.
Pria itu benar-benar tahu bagaimana caranya menekan emosi Ayana. Setelah mendengar hal itu, Ayana langsung berlari menuju gerbang menghampiri Miyuki yang sedang menunggunya.
Bersama-sama kedua gadis itu melihat papan pengumuman.
"Baiklah ini lah saatnya" ucap Ayana sesantai mungkin. Tapi saat tepat didepan papan pengumunan nyali gadis itu menciut.
"Ada!" pekik Miyuki sambil menyusurkan tangannya dilembaran kertas dipapan itu. "Ay, kau juga! Kita lulus!"
Sontak Ayana segera ikut menyusurkan jarinya diatas lembaran kertas itu. Benar. Nama Ayana ada disana terlebih dia peringkat kelima puluh.
"Yes! Hadiah" pekik Ayana. Miyuki yang melihat gadis itu juga ikut girang.
※※※
Wisuda oh wisuda. Ayana tidak menyangka akan sampai di hari ini. Hari dimana ia akan meninggalkan status anak sekolahan. Gadis itu sangat terharu saat menerima ijazah kelulusannya. Meliwati tiga tahun penuh perjuangan tidaklah sia-sia jika dibandingkan dengan apa yang dapatkan hari ini.
Tidak hanya ayah dan ibunya tapi juga paman dan bibi Sakamaki juga datang meskipun hanya untuk berfoto kelulusan.
Hari ini Ayana belum melihat Shin sama sekali. "Disaat seperti ini malah.."
"Ay, aku mau bicara" panggil Miyuki.
"Aku juga ingin mengatakan sesuatu padamu" ucap Ayana.
Inilah saatnya, pikir Ayana. Apapun cacian yang akan Miyuki katakan akan Ayana terima.
"Miyuki, aku.. aku sebenarnya sudah bertunangan" ucap Ayana dengan menutup mata. "Dengan Shin-Sensei"
"Pft.. akhirnya kau bilang juga"
Ayana yang tidak percaya dengan apa yang ia dengar, membelalakkan matanya lebar-lebar.
"Aku sudah tahu itu" ucap Miyuki. "Aku hanya menunggumu mengucapkannya sendiri dari mulutmu itu"
"Ba-bagaimana.. "
"Shin-Sensei sendiri yang memberitahuku" ungkap Miyuki.
Astaga, pria itu benar-benar, umpat Ayana dalam hati. Tapi terlepas dari itu gadis itu merasa senang, teman terbaiknya mau mengerti.
"Shin-Sensei menitipkan ini" ucap Miyuki sambil mengerahkan lipatan kertas.
Setelah membaca surat ini Ayana tersenyum lebar. Memeluk Miyuki yang berdiri didepannya dengan erat.
"Maaf dan terima kasih" ucap Ayana.
"Iya, iya, cepat pergi sana"
Dengan berlari gadis itu melambaikan tangannya pada Miyuki dan segera menuju kelas XII-2, kelasnya. Disana Shin sedang menunggunya.
"Lama" ucap pria itu.
Ayana langsung memasang muka manyunnya setelah mendengar perkataan Shin. Sirna sudah semua kebahagiaannya. Menyebalkan.
"Aku kesini juga secepat yang aku bisa" balas Ayana.
Pria itu mengacungkan telunjuknya untuk meminta Ayana mendekat. Dengan sedikit menghentakkan kaki gadis itu menurut.
Diluar dugaan pria itu malah membelai rambut Ayana dengan lembut. "Selamat"
Hanya dengan satu kata itu saja membuat senyum Ayana kembali merekah.
Shin menyodorkan dua bungkusan kado dengan warna pita yang berbeda. Ayana menerima kado itu dengan antusian dan segera membukanya. Bungkusan yang besar berisi sebuah handphone.
Dengan mulut menganga Ayana menatap Shin tidak percaya.
"Hadiah untuk peringkat lima puluhmu" ucap Shin. "Cih.. gadis macam apa yang tidak memiliki handphone dijaman sekarang ini" sambungnya jahil.
Ayana mencebikkan mulutnya dan membuka kado yang satunya. Kado yang ini lebih kecil dengan pita berwarna pink. Sebuah kotak kecil dan.. cincin didalamnya.
Ayana langsung melonjak kegirangan. Bagaimana tidak, meskipun mereka bertunangan tapi mereka belum bertukar cincin. Hanya sekedar kesepakatan keluarga.
Shin mengambil cincin mungil itu dan menyematkannya dijari manis Ayana. Dengan wajah sumringah gadis itu menerima dengan senang hati. Tersipu malu. Hingga tanpa sadar Shin mencuri cium dari bibir gadis itu. Untuk pertama kalinya.
"Selamat datang dikeluarga Sakamaki" ucap Shin.
※ END ※
Cerita ini didedikasikan untuk tugas grup WearetheNoble .
Copyright by : Tatia R
Wattpad : tatia_r
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top