Chapter 9

Selamat datang di chapter 9

Tinggalkan jejak dengan vote dan komen

Sebelumnya, mau promosi dulu boleh yaaa

Btw, udah pada baca Je Me Series? (Je Me Series : Bad Boy in the Mask dan Jayden)

Kalau sudah, sambil menunggu Jayden naik cetak, yuk kepoin cerita Je Me Series 3 berjudul Mafia Leader’s Daughter di gwp.id. Menceritakan tentang J’Aime Melody Wilder dan juga Ace Grissham Wilder. Yang udah baca babang Jay pasti tau tuh siapa si Ace ini :)

Untuk memudahkan baca, kelen bisa klik link ini https://gwp.id/story/125801/mafia-leaders-daughter

Tapi alangkah baiknya kalau kelen bikin akun terus vote dan komen yah 😭

Thankiss

Baeghlah, selamat membaca Second Virgin

Semoga suka, dan jangan lupa untuk menandai bagian yang typo2 yes

Sekali lagi thanks

❤❤❤

______________________________________________

Semuanya demi Scarlett

—Regis Mondru

______________________________________________

“Bae ....”

Jangan sentuh aku, Reg!”

Regis menarik tangannya kembali ketika hendak menyentuh bahu Scarlett dan gadis itu menepisnya. Kemudian kembali meringkuk dalam buntalan selimut tebal tanpa memedulikan hawa gerah musim panas yang menerangkap kamar apartemen Regis. Scarlett hanya ingin melindungi tubuh polosnya yang dipenuh warna merah keunguan maha karya laki-laki itu. Nyeri di antara kedua kakinya masih terasa menyiksa dan Scarlett masih menangis karenanya.

Regis pun beralih meraih boxer hitam yang tadi teronggok di lantai lalu mengenakan itu dengan gerakan cepat sebelum mengambil duduk kembali di tepi ranjang. Lengan-lengan laki-laki itu bertumpu pada lutut dengan pikiran kalut. Sedangkan kepalanya menoleh pada punggung Scarelett yang bergerak naik turun.

Bagaimana ini? Scarlett-nya menangis karena ulahnya. Seandainya Regis berpengalaman dalam hal ini, pasti mereka berdua tidak akan menjadi seperti ini. Kenapa ia tidak bisa menahan diri barang sedikit waktu saja untuk pengalaman pertamanya juga?

Wajah Regis sekacau hati dan pikirannya. Meski demikian, tetap berusaha mengendalikan diri untuk menenangkan Scarlett. “Bae ..., aku—”

“Aku akan pulang!” potong Scarlett cepat. Secepat ia menendang selimut ke samping kemudian mengenakan semua pakaiannya dan tergesa-gesa meraih ponsel untuk memesan taksi.

Regis yang terlalu bingung mengamati gerakan Scarlett selama sepuluh detik. Pada lima detik yang lain baru menggerakkan tubuh, mengikuti Scarlett mengenakan sisa pakaian dan memiliki inisiatif untuk mengantar. “I’ll send you home.”

“Tidak perlu!” tolak Scarlett ketus.

Gadis itu terlihat berusaha berjalan senormal mungkin, membawa kedua langkah kakinya keluar apartemen sambil mengusap air mata secara kasar. Regis mengikuti dan berusaha memanggil-manggil Scarlett. Namun, pemilik rambut cokelat gelap sebahu itu sepertinya berusaha menyetel pendengaran supaya tidak memerangkap suaranya.

“Bae, tunggu aku ....”

Regis berusaha meraih tangan Scarlett. Sayangnya, taksi yang dipesan gadis itu sudah tersedia dan menunggu di lobi. Berikutnya dengan secepat kilat, kekasinya pun berlalu.

Berkacak pinggang, napas laki-laki itu memburu. Dengan sepasang iris abu-abu cemerlang yang masih menyorot pada taksi yang ditumpangi Scarlett hingga kendaraan tersebut resmi bergabung dengan kendaran-kendaraan lain di jalanan Brooklyn yang padat.

Ada kemarahan yang singgah di dalam diri Regis. Berhubung ia tidak ingin membagi apa yang baru saja ia alami dengan siapa pun, termasuk sahabatnya Jared King, Regis memutuskan untuk mencari jawaban atas apa yang menimpanya ini di internet.

Ada banyak halaman web yang menyuguhkan pembahasan tersebut. Regis meng-klik yang paling atas. Kemudian membacanya dengan saksama dan hati-hati. Kata halaman web itu, pengalaman pertama dalam bercinta memang kadang tidak berjalan sesuai apa yang diinginkan atau apa yang dibayangkan keduanya. Namun, setelahnya—pengalaman kedua, ketiga dan seterusnya, tergantung seberapa sering jam terbang yang dilakukan—semuanya akan berjalan semakin baik.

Regis juga membaca serta mencari apa saja kesalahan yang ia lakukan pada Scarlett. Jadi, tanpa ia saring lebih dulu, ia pun mencoba melakukan saran-saran di internet.

Beberapa hari setelah komunikasi yang berantakan, akhirnya Regis bisa berbaikan dengan Scarlett. Berhubung laki-laki itu sudah menganggap baik-baik saja, ia mencoba mengajak Scarlett untuk melakukannya sekali lagi. Semua demi pengalaman mereka berdua. Namun, Scarlett menolak.

Regis yang masih berpikir seenaknya pun mencoba meyakinkan Scarlett. “Aku tidak akan menyakitimu, Bae ... Aku janji.”

“Tidak Reg, lepaskan aku. Kita sedang di bengkel,” desis Scarlett sambil berusaha mengurai lengan-lengan laki-laki itu yang melingkar di perutnya.

Posisi mereka sendiri sekarang sedang berada di lantai dua bengkel klub milik ayah Scarlett. Seperti biasa, Regis menjalani sesi latihan beberapa saat lalu dan sekarang sudah selesai.

“Maksudku, tidak di sini. Ayo ke apartemenku. Aku sudah belajar secara teori, Bae.”

Scarlett bersumpah ingin menumpahkan tawanya detik itu juga. Namun, apa yang dirasakannya lebih unggul akibat ulah Regis. Jadi, alih-alih tertawa, gadis itu malah jengkel.

“Tidak, Reg. Tidak!”

Uraian lengan-lengan Regis terlepas bersama dengan helaan napas. Teruntuk kali ini, ia akan memberi waktu bagi Scarlett. Pikir laki-laki itu lantaran membiarkan gadis tersebut pergi. Rupanya, apa yang dipikirkannya tidak berjalan sesuai keinginannya. Berapa lama pun ia memberi waktu dan mengurangi intensitas komunikasinya dengan Scarllet, gadis itu tetap menolak. Regis berubah jengkel.

Menemukan kebuntuan, Regis mengajak Jared pergi ke bar pada malam harinya. Sungguh, ia ingin mencertikan apa yang terjadi. Namun, harga dirinya sebagai seorang laki-laki dipertaruhkan di sini. Mereka hanya menghabiskan satu gelas besar bir sebab tidak ingin terlalu mabuk. Lalu, tiba-tiba Jared mendapat telepon yang mengharuskannya beranjak dari bar.

“Pergilah, aku masih ingin di sini,” kata Regis pada Jared.

“Baiklah. Jangan menambah minumanmu, Dude.”

Beberapa menit kemudian, teman kuliah Scarlett, Regis, Jared dan Mia, yang bernama Shelby, kebetulan baru datang bersama teman-teman perempuan itu dan mendapati Regis duduk di meja bar depan bartender sendirian. Pada suasana temaram, Shelby mengernyit, memastikan pengelihatannya tidak salah menangkap sosok laki-laki yang sudah disukainya semenjak awal semester pertama.

“Bukankah itu Regis?” tanya teman Shelby yang lain.

Senyum hambar melekuk di bibir Shelby sebab mengingat-ingat kenyataan bahwa Regis berpacaran dengan Scarlett dan menghancurhan hatinya. Namun, ada yang aneh dengan laki-laki itu. Shelby melihatnya mengacak-acak rambut. Ia pun berpamitan pada teman-temannya yang sudah menempati meja untuk duduk dan memesan beberapa minuman.

“Good luck, girl!” teriak salah satu teman Shelby, dan pemilik tubuh jenjang itu mengabaikan mereka untuk segera menempati duduk di sebelah kursi Regis yang kosong.

“Regis Mondru, benar?”

Sedikit kaget, Regis melihat ke samping dan mendapati orwng yang dikenalnya. “Oh hai, Shelby,” balas laki-laki itu ala kadarnya.

“Kau datang sendirian?” tanya Shelby usai memesan satu gelas bir pada bartender.

“Kau sendiri?” Bukannya menjawab, Regis malah balik bertanya. Ia lalu mengikuti arah pandangan Shelby yang mengarah pada teman-teman perempuan itu.

“Bersama teman-teman,” jawab Shelby. Regis pun mengangguk. Gaya laki-laki itu yang acuh tak acuh sering kali dipuja para gadis, termasuk Shelby.

Minuman Shelby sudah diletakkan bartender di depannya. Ia menyesap sedikit. Lima belas detik menghitung, lalu memutuskan untuk berbasa-basi. “Kupikir kau ke sini dengan Scarlett.”

Lagi-lagi Regis tergaket. Mengangkat sebelah alis, ia kembali melihat Shelby. “Kau kenal Scarlett?”

Shelby mengumbar tawa paksaan. “Siapa yang tidak mengenalmu dan Scarlett? You’re a hottes couple in our collage.”

“Begitu rupanya. Aku tidak tahu mereka bisa berasumsi seperti itu.”

“Kalau kau tidak bersama Scarlett. Pasti kau bersama Jared King.”

Sekali lagi Regis kaget dan melihat Shelby. “Kau juga tahu Jared?”

“Actually, we know everything about you,” kilah Shelby. Tidak mungkin kan, ia akan menceritakan bagaimana ia mengagumi laki-laki di sebelahnya ini sehingga mencari tahu segala seluk beluk Regis?

Sambil menyesap minumannya, Regis kembali hanya mengangguk acuh tak acuh sebagai jawaban.

“Ada apa? Sepertinya kau sedang ada masalah? Tadi aku melihatmu mengacak-acak rambut seperti orang frustasi.”

Regis tidak langsung menjawab pertanyaan Shelby. Ia berpikir sejenak untuk menimbang apakah harus menceritakan hal ini pada Shelby yang notabenenya seorang perempuan—yang mungkin saja akan bisa mengerti perasaan Scarlett—atau tidak. Dikarenakan tidak memiliki secuil pun harapan dan sebegitunya ia ingin berbaikan dengan Scarlett, Regis akhirnya menceritakan apa yang dialaminya pada Shelby.

“Jangan menertawakanku soal ini, Shel.”

Shelby memang tersenyum lebar. Bukan karena ia menertawakan kondisi Regis. Melainkan tidak percaya bahwa laki-laki itu baru melakukan pengalaman pertamanya di umur di atas 20 tahun. Dan, yang paling penting, Regis sedang bertengkar dengan Scarlett. Itu merupakan kenyataan yang menguntungkan bagi Shelby.

“Aku sudah tahu kalau aku menceritakan ini pada Jared, dia mungkin akan menertawakanku seumur hidup.” Suara regis membentur daun telinga Shelby sehingga ia berdeham dan menyesap birnya kembali sambil lanjut mendengarkan perkataan Regis.

“Kau sudah janji tidak akan menceritakan ini pada siapa pun, Shel.” Regis kembali memperingatkan Shelby usai rampung menumpahkan segala kesemrawutan hatinya pada perempuan itu. Melihat Shelby mengangguk, Regis kembali melanjutkan. “Jadi, menurutmu aku harus bagaimana?”

Laki-laki itu tidak memiliki pikiran buruk terhadap Shelby sehingga tidak membaca gelagat aneh perempuan itu. “Kau sudah benar, Reg. Menurutku Scarllet saja yang terlalu berlebihan. Memang, dulu saat aku pertama kali melakukannya juga sakit sampai berhari-hari. Tapi setelah melakukannya berulang kali, sudah tidak sakit sama sekali.”

Regis meraih gelas birnya dan membawanya ke mulut. Setelah minuman itu resmi bergulir ke tenggorokannya menuju lambung, ia memandang satu poros dan menjawab, “Berarti bukan hanya aku yang berpikiran seperti itu.”

“Reg, hal seperti itu perlu pengalaman.”

“Aku tahu, masalahnya Scarlett tidak mau kuajak membuat pengalaman itu. Jadi, aku tidak bisa membutikannya kalau aku tidak akan menyakitinya lagi.”

“Maksudku, tidak harus Scarlett, Reg. Kau bisa membuat pengalaman seperti itu dengan gadis mana pun. Kau juga bisa mencobanya denganku untuk menambah pengalamanmu, barulah kau bisa menyenangkan Scarlett.”

Lalu tanpa pikir panjang dan dibutakan oleh kata-kata ‘setelah itu kau bisa menyenangkan Scarlett,’ Regis menyambar umpan yang dipasang Shelby. Mereka lantaran membuat janji di apartemen Regis.

“Pengaman, Reg. Kau harus memakai pengaman. Jangan kacaukan masa muda kita dengan anak dulu. Kau dan aku pasti tidak menginginkan itu kan?”

Tidak bisa dipungkiri, Regis tercekat dengan kenyataan itu. Dulu, ia tidak mengenakan pengaman dan menumpahkan semuanya pada Scarlett.

Regis pun menghentikan ciumannya pada leher Shelby ketika perempuan itu meraih serta membukan sebuah plastik pengaman. “Ini, pakailah. Demi keamanan dan demi menyenangkan Scarlett.”

Iya, semuanya demi Scarlett, ingat Regis pada dirinya sendiri. Lalu meraih benda itu dan memasangnya. Kala baru saja ia akan melesak dalam diri Shelby, Scarlett terburu datang dan mengacaukan semuanya. Segalanya bertambah berantakan saat Shelby tidak ingin berusaha menjelaskan apa yang mereka lakukan dan malah melipir pergi seenaknya.

Regis mendapat tamparan dari Scarlett. Oke, ia melakukan semua ini demi Scarlett tetapi kenapa ia malah mendapatkan tamparan? Laki-laki itu pun bertambah kaget sebab setelahnya mendapat lemparan lima buah alat pengetes kehamilan yang menunjukkan Scarlett tengah hamil.

‘Hamil’ jelas tidak ada di kamus mereka. Seperti yang dikatakan Shelby tadi, mereka masih muda, masih bisa meraih mimpi yang mereka miliki. Jangan ada anak dulu. Semuanya pasti terkendala karena itu. Jadi, pikiran pendek yang dilanda kebingungan itu Regis tuangakan dalam bentuk verbal yang tegas. Daripada menelantarkan anak yang belum dikehendaki, lebih baik dihilangkan sebelum bernyawa. Demi Scarlett dan demi dirinya sendiri. Demi cita-cita mereka.

Namun, lagi-lagi Scarlett tidak sependapat dengan Regis. Gadis itu pergi begitu saja sambil menangis. Sedangkan Regis dilanda kacau kembali. Kenapa tidak ada yang berjalan sesuai dengan keinginannya?

Beberapa hari pun berlalu semenjak itu. Baik Regis mau pun Scarlett sama-sama tidak saling menghubungi. Entah sebutan apa yang cocok untuk hubungan mereka berdua, Regis hanya berpikir semuanya membutuhkan waktu masing-masing. Ia yang tidak kunjung tenang entah kenapa bukannya meminta saran Jared, malah menelepon Shelby. Ini pasti karena Shelby yang membentuk pikirannya jadi seperti itu. Dan dari awal ia tidak menceritaknnya pada Jared karena harga diri laki-laki.

“Kenapa kau tidak berusaha menjelaskannya pada Scarlett saat itu?” geram Regis.

“Coba kau pikir saja, Reg. Kalau aku menjelaskannya, apa tidak bertambah rumit? Kita mau melakukannya karena Scarlett. Dan, dia sudah tidak menginginkanmu lagi, Reg. Tapi kau tenang saja. Aku akan selalu berada di pihakmu.” Begitulah kira-kira yang dikatakan Shelby.

Dalam hati Regis bertanya-tanya, benarkan Scarlett tidak menginginkannya lagi? Ada harapan besar yang bernaung dalam benaknya supaya hal itu tidak terjadi. Namun, kenyataan yang diterimanya memukul mundur segala harapannya tentang Scarlett.

Gadis itu tidak menginginkan Regis. Tidak hanya di sisi Scarlett. Namun, juga di dunia ini karena mencoba membunuh laki-laki itu.

Tenang, Shelby selalu dipihaknya, seperti yang diaktakan perempuan itu, pikir Regis untuk meredakan kekacauan yang menyerbunya belakangan ini. Dan setelah ia menjalin hubungan bersama Shelby, baru ia sadari perempuan itu menyetir otaknya sedari dulu. Sehingga Regis memutuskan hubungan mereka.

Regis Mondru mengusap wajahnya secara kasar dan menghela napas berat yang panjang. Betapa tololnya dirinya dulu, simpulnya.

Kembali pada waktu Regis berpijak saat ini, jantung laki-laki itu berdebar keras ketika ditatapnya lagi layar laptop yang menampilkan halaman-halam web yang mengulas tentang toko roti Bake Me Up lengkap dengan alamat serta nomor telepon. Sebuah toko roti milik Scarlett Delillah dan ia yakin itu Scarlett yang baru saja ia temui di Lexon Hill. Sayangnya, hanya itu informasi yang Regis dapat. Tidak ada hal terkait lain. Meski demikian, setidaknya itu cukup. Ia tahu keberadaan Scarlett dan jelas tahu ke mana harus menemuinya.

Masih dengan jantung yang bekerja lebih keras dari ritme normal, tangan Regis sontak meraih ponsel dan menekan nomor Jared. Sambil menunggu panggilan tersambung, ia beralih dari meja ke balkon kamar penthouse-nya dan memilih lanskap kota New York malam sebagai sasaran pandangannya.

“Halo, ada apa, Reg?” Kalimat itu yang permata kali diucapkan Jared.

“Aku baru saja tidak sengaja bertemu dengan Scarlett,” aku Regis.

“Apa? Di mana?”

“Di apartemen Bellen. Lalu, aku juga menemukan alamatnya. Apa kau bisa kumintai tolong untuk mengecek jadwal latihanku, Dude?pinta Regis sebagaimana tugas Jared di bengkel. Selain mencatat waktu, pria itu jugalah yang mengatur semua jadwal-jadwal latihan Regis. Kerjanya mirip asisten pelatih.

“Baiklah, akan kucek nanti.”

Tiba-tiba semangat menyala dalam diri Regis. Selain itu, ia juga menarik semua sudut bibirnya ke atas membentuk seulas senyum. Ada kebahagiaan yang menyusup dalam setiap pori-porinya. “Thanks a lot, you’re the best, Jar!”

“Kalau boleh aku memberi saran, kali ini kau harus melakukan hal dengan benar, Dude.”

“Tentu.”

______________________________________________

Thanks for reading this chapter

Thanks juga yang udah vote dan komen, juga benerin typo kelen luar biasa.

Emm ... saya cuma mau mengingatkan, bahwa cerita ini adalah cerita fiktif belaka, hanya karangan saya semata. Namun, selain saya pengen menghibur temen-temen, saya juga pengen temen-temen ngambil hikmah di balik semua karya-karya saya. Contohnya Second Virgin ini.

Saya mengambil permasalahan yang ironinya sekarang menjadi umum di Indonesia, yaitu MBA (Married By Accident alias hamidun duluan) apa lagi di usia muda banget. Menurut pendapat saya dan berdasarkan apa yang saya amati di sekitar, MBA itu jelas masalahnya kompleks ya. Nggak cuma pihak wanita yang rugi, pria pun sebenarnya rugi (cuma nggak keliatan). Belum lagi kedua keluarga mereka dan lingkungan juga pasti berpengaruh.

Di sini saya juga pengen nunjukin, kalau di balik sikap seenak jidatnya si Regis, ternyata Regis tuh lagi bingung banget waktu itu. Dia masih muda (which is masih pengen seneng-seneng, kayak anak muda pada umumnya gitu) tapi karena di negara barat keperjakaan dan keperawanan di usia di atas 20 tahun itu hal yang memalukan, jadilah Regis pengen nyoba melakukan hal yang menurutnya keren itu. Kebetulan dia lagi picirin ama Scarlett. Udah gitu si Scarlett nya juga cinta mati. Jadi mau-mau aja diajak begituan (di negara barat kek begituan ama pacar itu umum ya, saya nggak nyinggung di negara kita, tapi secara keseluruhan gimana kejadian + akibat keduanya, saya jabarkan sama rata di belahan dunia mana pun)

Ini juga gegara Regis dah ngeduluin nepsongnya daripada pikirannya -_- jadilah sim salabim ... tumpah semua dan Scarlett hamidun.

Bingung kan jadinya. Kalau udah gitu gimana? Mau dikawinin juga nanti takutnya KDRT (sering terjadi) terus ujung2 berpisah. Mau digugurin juga dosa, dan masa iya tega banget suruh gugurin meski debaynya baru berukuran segumpal kacang polong? Regis bener2 bingung dan kehasut omongongan setan yang terkutuk nih. Kamvretoz emang. Untunglah dia sadar yah. Tapi syudah terlambat bosque.

Beda lagi ama bang Ki Wil liam yang lebih bisa mengantisipasi sesuatu kek gitu, soalnya dia udah berprinsip nggak pengen nikah, nggak pengen direcokin sama hal-hal kek gitu, nggak pengen terimat lah sama yang namanya hubungan. William tuh nggak sudah dikendaliin sama seorang wanita (entah selanjutnya jadi pengen nikah atau enggak setelah ketemu Scarlett dan Jenna wkwkwk)

Sekalian bacotan dari saya

Btw kelen tim siapa?

Si Singa (Regis Mondru)

Atau

Si Buaya (Kiwil liam)

Bonus foto Scarlett juga yaaahhh

Tambahan bonus foto sayaaa 🤓

Well, see you next chapter teman temin

With Love
©®Chacha Prima
👻👻👻

4 Juni 2021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top