13. lo siapa?

Darurat!!! (4)
Respati created "Darurat!!!"
Respati added Jeno
Respati added Raki
Respati added you

Raki : apaan nih?

Jeno : ..........?

Raki : @respati kalau lo gabut dan kurang kerjaan, sorry gue bukan orang yang tepat buat lo datangi

Raki : kalau nggak pentiing gue out

Jeno : gue juga

Jeno : Ibong lebih butuh perhatian gue

Respati : BENTAR DULU BUSET

Respati : tunggu begundal yang satu lagi

Respati : gue ogah siaran ulang

Raki : Begundal siapa?

Jeno : Begundal siapa? (2)

Raki : @jeno lo siapa?

Jeno : penyamun ibong @raki

Raki : ..........

Respati : @jeviar gue tahu ya lo udah lihat ini grup! Keluar lo!!!

Respati : @jeviar @jeviar @jeviar @jeviar @jeviar @jeviar @jeviar @jeviar @jeviar @jeviar @jeviar @jeviar @jeviar

Jeno : buka jasa tag

Jeno : @jeviar @jeviar @jeviar @jeviar @jeviar @jeviar @jeviar @jeviar @jeviar @jeviar @jeviar @jeviar @jeviar @jeviar @jeviar @jeviar @jeviar @jeviar @jeviar @jeviar @jeviar @jeviar @jeviar @jeviar @jeviar @jeviar

Raki : wait ... kenapa ada bocah balsem?!

Raki : @respati berani beraninya lo menempatkan gue satu grup sama itu orang?!

Jeno : sabar pak haji

Raki : sori gue Kristen

Respati : hadehhhhhhh

Jeviar yang baru kelar setoran alam otomatis mengernyit melihat ada grup asing di roomchat-nya. Kalau ponsel bisa jebol, kayaknya handphone Jeviar udah terbelah jadi tiga bagian gara-gara tag yang masuk. Karena malas scroll, Jeviar jawab saja tanpa tahu apa-apa.

Jeviar : apa?

Respati : nah, lengkap sudah anggota musyawarah kita kali ini

Jeno : maaf nih ya tapi lo bukan pak rt dan gue bukan pak rw, kalau aja lo lagi mencari jati diri

Raki : Sorry menyela, tapi kalau beneran nggak penting gue out!!

Jeviar : (2)

Raki : lo nggak usah sok ngopi-ngopi my words! @balsem

Jeviar : gue ngetik angka 2 ye, apanya yg ngopi?! @raki

Jeno : o ow, apakah ini pertengkaran sodara ipar? Mari kita saksikan bersama.

Respati : kalau bukan karena kiki, ogah banget gue melibatkan diri dengan manusia berotak setengah kayak lo semua

Raki : wait—what?????!

Raki : kiki? Kiki adek gue?!

Raki : Kenapa sama Kiki?!

Jeviar : oh......

Raki : what do you mean about 'oh'?????

Jeviar : gpp

Respati : LO SEMUA DIAM BIARIN GUE NGETIK!

Habis itu, grup tersebut berganti jadi mode admin, yang mana hanya Ree seoranglah yang bisa mengirim pesan. Dalam hati, Jeviar menerka-menerka apa yang bakal Ree sampaikan, meski kayaknya secara garis besar, Jeviar tahu apa itu—pasti perkara yang tadi malam.

Respati : Jadi gini, kemarin pas acara di rumah si kampret, ibun bilang....

Respati : .... Kalau kiki lagi suka sama orang.....

Respati : tapi baik kiki maupun ibun kompak tutup mulut

Respati : kira-kira lo pada tahu nggak siapa?!

Respati : terutama lo!!! @raki

Respati : halooooo

Respati : kok nggak ada yang jawab?!

Respati : PADAHAL LO ON SEMUA TAPI BALAS KAGAK

Respati : JARI LO PADA KAPALAN APA GIMANA HAH!?!?!?

Respati : gue kasih satu satu fakta menyenangkan

Respati : orang-orang kayak lo pada ini adalah salah satu ciri-ciri dari kiamat makin dekat

Jeviar mendengus. Kadang, Ree bisa sangat tolol nggak ketulungan, tapi emosinya sudah kayak orang habis kecopetan. Jeviar sudah mau menelepon Ree bilang kalau itu chat-nya masih mode admin woy!!! Tapi nggak jadi sebab kunci grupnya sudah terbuka lagi. Lalu dengan sepenuh emosi, Jeviar mengetik.

Jeviar : lo tahu nggak apa yang lebih kosong daripada udara? @respati

Respati : ...otak lo?

Jeviar : Akhlak lo!

Respati : oke skip

Respati : jadi silahkan berdiskusi sesuai tema hari ini

Raki : jadi ... maksudnya kiki lagi falling in love???

Raki : SAMA SIAPA ANJING

Jeno : wow baru tahu mantan ketua osis bisa cursing #wowfakta #membagongkan

Respati : @jeno lo diam dulu, gue pusing dengar orang yang krisis identitas antara manusia dan kucing

Jeviar : gue kira lo tahu @raki

Respati : gue kira lo tahu @raki (2)

Jeno : gue kira lo tahu @raki (3)

Raki : Gue nggak tahu!!!

Jeviar : abang macam apa lo, soal adek sendiri nggak tahu?

Respati : abang macam apa lo, soal adek sendiri nggak tahu? (2)

Jeno : abang macam apa lo, soal adek sendiri nggak tahu? (3)

Raki : Apaan jadi nyerang gue?!

Raki : @respati coba tanya mama lo, gue bakal coba tanya kiki!

Respati : kalau lo punya mata dan bisa baca ....

Respati : UDAH GUE BILANG MEREKA NGGAK MAU DAN NGGAK AKAN BILANG!

Jeno : ngetik kali, kapan lo ngomong?

Respati : @jeno lo diam

Respati : jadi berhubung lo pada nggak ada yang tahu, terpaksa kita harus melakukan ekspedisi

Respati : untuk mengungkap siapa sebetulnya Mr. coki-coki

Respati : untuk menyelamatkan kiki dari pria-pria tak tahu diri

Raki : ...bentar

Raki : yang lo maksud kita, tuh, semua orang di grup ini atau kita berdua?

Respati : menurut lo?

Jeviar : kita semua?

Respati : superb sekali saudara Jeviar!

Raki : BENTAR

Raki : gue ngerti banget lo peduli sama kiki @respati, jadi nggak heran lo bertindak sejauh ini

Raki : tapi apa maksud dan tujuan dua kunyuk ini juga ikut-ikutan?!

Jeviar : gue sih ada alasannya, ya

Jeno : ....

Jeviar : nggak tahu deh yang lain :)

Jeno : @respati terus urusan gue di sini apaan bambang?!

Respati : oh, hampir lupa.

Respati : dia di sini sebagai pertanggungjawaban soalnya gara-gara jeno, fakta kiki lagi naksir orang jadi ketahuan

Respati : dan awas lo pada keluar dari ini grup, ya!

Respati : gue sebar meme lo pada ke grup angkatan @raki terutama lo

Respati : oke, sip. Nanti kita lanjut lagi, soalnya sekarang gue mau pergi

Respati : bye para dedengkot, baek baek lo semua

Habis itu, roomchat tersebut berganti ke mode admin.

***

Waktu Jeviar baru menginjakkan kaki di dapur, bau wangi cookies yang baru dipanggang tercium. Di sana mama berdiri menggunakan celemek rambutnya diikat satu asal, tengah berusaha melepaskan handglove anti panas lalu mengambil stoples kaca pada salah satu cabinet di atas stove.

"Mama lagi bikin kue?" Jeviar jalan mendekat. "Kok, banyak banget?"

"Oh, mama lihat kue yang di ruang tamu sudah pada habis. Berhubung mama sekarang nggak ada kerjaan jadi baking-baking gini, deh."

"Perlu dibantuin nggak, Ma?"

"Nggak usah." Mama senyum. "Tapi, habis ini kamu ada acara nggak?"

Jeviar menggeleng.

"Good. Nanti sore kamu anter kue-kue ini, ya. Ke rumah Ree," Mama menjeda kalimatnya dengan senyum yang makin lebar, "sekalian buat Kirana juga. Kemarin Mama lihat dia lebih banyak makan kue daripada maincourse-nya, kayaknya dia sesuka itu sama cookies bikinan Mama, deh."

"Ma," Jeviar menatap Mamanya dengan pandangan terharu.

Mama ketawa.

"Kalau aku antar sekarang aja gimana?"

Terus apa? Jeviar langsung meluncur ke kamarnya buat ganti baju, terus ambil dompet. Dia pamitan dulu sama Mama baru, deh, pergi.

Berhubung Jeviar masih rada trauma sama rumahnya Ree, jadi dia berniat parkir di depan rumahnya Kirana—jaga jarak aman, sekalian cari peruntungan—terus menelepon Ree biar itu cowok yang nyamperin dia keluar. Tapi, tahu-tahu di depan situ ada Kirana lagi berdiri, kayak lagi nunggu orang.

Waktu motor Jeviar berhenti tepat di depan Kirana, anak itu kelihatan agak kaget, tapi tak lama kemudian berubah jadi semringah. Jeviar buka helm, terus memarkirkan motornya di dekat sana, biar tak menghalangi pagar.

"Kak Jeviar?"

"Halo." Jeviar senyum. "Ngapain berdiri panas-panasan di sini?"

"Lagi nunggu ojek hehe. Kakak sendiri ngapain?" Kirana terdiam sebentar. " ... oh, mau ketemu Abang Ree, ya? Mau aku panggilin nggak?"

Jeviar terbatuk. "Nggak usah, anaknya udah gue chat, kok." Jeviar nggak bisa buat nggak merutuk sama setan di rumah Ree yang sudah menjatuhkan harga dirinya sebagai lelaki di depan Kirana. "Lo mau pergi ke mana?"

"Indoapril depan, mau beli mie goreng hehe. Mumpung Abangku nggak di rumah, ya, kan." Kirana nyengir.

"Emang kenapa kalau Abang lo nggak di rumah?"

"Ya, nggak dikasih, lah! Abang aku, tuh, strict banget sama makanan. Kalau aku ketahuan makan mie instan, bisa dipastikan makananku buat seminggu ke depan salad sama buah-buahan doang!"

Jeviar manggut-manggut. "Nggak asik banget Abang lo. Tapi, bener, sih. kalau kebanyakan makan mie, ntar jadi penyakit."

"Gimana mau makan banyak, Kak Je, ini aja makannya diam-diam."

Jeviar ketawa. "Yaudah, gue temenin mau, nggak?"

" ... ke mana?"

"Lah, katanya mau beli mie instan?"

"Bukannya Kak Jeviar ada perlu sama Abang Ree, ya?"

"Soal itu, gue juga ada perlu sama lo, sih." Jeviar bilang gitu sambil menunjukkan paper bag di tangannya. "Mama gue nitip cookies buat lo sama Ree, katanya kemarin lo kelihatan suka."

Kirana mengerjap sesaat, sebelum berseru penuh haru. "Ya ampun, Tante Rose baik banget. Iya! Aku suka banget cookies buatan tante, kemarin sampai kekenyangan makan cookies!"

"Yaudah, nih." Jeviar kasih paper bag itu ke Kirana. "Kasih ke Ree juga, ya."

"Thanks banget, ya, Kak! Huhu, salamin buat Tante Rose juga."

"Kalau gitu sana cepetan taruh ke dalam, katanya mau ke Indoapril?" Jeviar sudah mau memakai helm lagi.

"Lah, ini beneran?!"

"Iyaaaaaa."

Akhirnya apa? Mereka jalan berdua ke Indoapril. Nggak jauh, sih, ada kali sepuluh menitan—itupun gara-gara Jeviar bawa motornya pelaaaaan banget. Ngertilah, ya, kenapa. Mereka banyak ngobrol, makin ke sini, Jeviar makin ngerasa kalau Kirana ini mirip banget sama Raki. The way she talks, her expressions, and her face indeed. Cuma, mungkin Kirana lebih soft, dan nggak seambis Raki.

"Kak Jeviar nggak suka pedas, kan? Oke, noted." Kirana bilang gitu sehabis berjanji bakal masakkin Jeviar resep mie yang baru ditemukan anak itu baru-baru ini. Katanya, sih, sebagai ucapan makasih udah dikasih cookies. Ya, Jeviar nggak nolaklah.

Terus mereka masuk bareng. Jeviar kira, Kirana cuma mau beli mie instan seperti apa yang dikatakan gadis itu. Tapi, ternyata enggak. Malah kayaknya belanjaan Kirana kebanyakan snack chocolate daripada mie—yang cuma dua biji. Jeviar betulan cuma nemenin aja, nggak kepikiran buat beli apa-apa. Pas mereka mau ke meja kasir, mereka malah ketemu seseorang yang nggak terduga.

"Loh, Kak Hasa?"

Cowok yang dipanggil Kirana menoleh, rona keterkejutan melintas di wajah itu. Apalagi ketika matanya bersirobok dengan sosok Jeviar yang berdiri di belakang gadis itu.

"Kirana? Widih apa kabar, nih? Nggak nyangka ketemu di sini—eh, rumah kamu, kan, deket, ya. Btw lagi beli apa?"

Anjir aku-kamu! Batin Jeviar menjerit.

"Beli makanan!" Kirana jawab. Selanjutnya mengernyit saat tahu cowok itu tak membawa apa pun. "Kak Hasa ngapain? Nggak belanja?"

Hasa menggeleng. "Nggak. Lagi narik."

Kirana ketawa. "Kak Wila?"

"Bukan." Hasa senyum, tapi kelihatan pahit. Dia melirik Jeviar yang dari tadi diam, terus nanya. "Kalian berdua kenal? Eh, lo sok banget nggak nyapa gue!" Habis itu Hasa nonjok bahu Jeviar pelan.

Sampai lupa. Ini Kirana bisa kenal sama dedemit dari mana, sih?! "Sok iye aje lu."

Hasa ketawa, berusaha buat nggak ngakak. "Nggak nyangka aja gue bakal ketemu lo, sama Kirana lagi."

"Lah elo, baru juga putus udah gandeng yang baru."

Hasa malah nyengir tengil. "Biasa, orang cakep."

"Bentar," Kirana menyipit ke arah Hasa. "Kak Hasa sama Kak Wila ..."

"Iya, Ki. Kita putus."

"Hah, sejak kapan?!"

"Nggak lama ini." Hasa malah ketawa. "Bego banget, ya, Ki, gue."

Kirana menggaruk kepalanya. "Jujur iya. Tapi, kok, bisa, sih? Perasaan kalian adem-adem aja, deh?!"

Jeviar menepuk bahu Kirana, memberi kode bahwa meja kasir kini sudah kosong. Membuat Kirana segera beranjak, menggantikan gadis yang kini menghampiri Hasa. Mereka berdua pamit, tapi sebelum benar-benar pergi, Hasa menyempatkan menepuk bahu Jeviar dua kali.

"Gue sebagai teman sekelas yang tiap hari ngelihat kejonesan lo, mengucapkan good luck."

"Sialan lo," desis Jeviar.

Di perjalanan pulang, akhirnya Jeviar nanya gimana bisa Kirana bisa kenal jenglot jadi-jadian macam Hasa.

"Oh, Kak Hasa, kan, temenan sama Bang Ree, ya. Jadi sering ke rumah Tante Windy. Dari sekian banyak teman Bang Ree yang pernah ke sana, Kak Hasa yang paling cepat akrab sama aku, sih." Itulah jawaban yang keluar dari mulut Kirana.

"Terus gue?" Jeviar jadi tergerak bertanya.

"Hah?"

"Gue itungannya cepat akrab nggak sama lo?"

"Lumayan!" Kirana malah ketawa. Keingat gimana dia susah bedain Jeviar sama Jeno dulu.

"Bagus, deh, hehe."

"Bagus? Bagus kenapa?"

Jeviar nggak jawab. Malah bilang, "Udah sampai, cepet turun." Terus memarkirkan motornya di depan rumah Kirana.

Ya, karena Kirana sudah janji, kan, mau buatin mie buat Jeviar. Itu cowok disuruh duduk menunggu di ruang tamu. Tadinya, sih, Jeviar mau bantuin, tapi Kirana melarangnya keras. Katanya, kayak kue yang udah dikasih ke dia, Jeviar harusnya tinggal makan mie. Lagian nggak lama, sih, jadi Jeviar ngalah aja.

Awalnya, Jeviar duduk cuma sambil nyender terus scrolling-scrolling ponsel. Tiba-tiba aja keinget gimana Kirana nyelimutin Ree di sofa yang lagi dia duduki ini—kesalahpahaman yang bikin Jeviar salty seminggu penuh ke Ree, dan tentu saja dibalas nggak kalah asin sama itu orang.

Terus, ya, gitu-gitu. Dia asal aja lihat-lihat sudut ruangan itu. Kalau dipikir, dari pertama kali Jeviar ke sini, dia nggak pernah mendapati siapa pun di rumah Kirana selain anak itu sendiri dan Raki. Yah, mungkin aja timing-nya yang nggak pas. Jeviar ke sini pas orang tuanya Kirana pada nggak ada. Meski kalau ada pun, Jeviar juga nggak tahu, sih, mesti gimana.

Dan begitu saja, pandangannya menyapu foto-foto yang terpajang di rak kayu yang menempel di dinding, kebanyakan foto Raki sama Kirana, sih. Sampai kepalanya tak sengaja berbelok ke kanan, di atas dua guci yang menempel di dinding, ada sebuah bingkai foto ukuran lumayan besar—foto keluarga. Di sana, Kirana sama Raki yang mengenakan pakaian formal terlihat lebih muda dan pendek, berdiri di antara dua orang dewasa yang Jeviar yakini adalah orang tua mereka.

Jeviar mengerjap. Matanya merem-melek melihat foto tersebut. "Itu—"

"LO! NGAPAIN LO DI SINI?!"

Di depan pintu ... Ree berdiri geram cuma memakai bokser dan kaos putih kedodoran. Kakinya polos tanpa alas, sebab sendalnya sudah melayang duluan menubruk kepala Jeviar.

to be continued.

meet hasa as haechan wkwkwk jujurly aku rada kecewa huf, harusnya seminggu up dua kali. tapi yha gimana. oke sip, ini jam kalong

met bobo semua

15/11/2021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top