🍂 ; Past & Future
Author: Ostribae_
Tartaglia x OC x Wanderer
Genshin Impact
Cw// spoiler archon quest Sumeru Fontaine
— Ia begitu dekat dalam dekapnya dan ia tak pernah mengira dekapnya yang begitu erat ternyata tak cukup kuat membuatnya menetap. —
Pria bersurai ginger itu berjalan perlahan menyusuri perkotaa Sumeru, bisa dibilang langkahnya sedikit terburu-buru. Ia datang dengan sebuah mainan khas Fontaine yang baru saja ia beli dari tukang mainan ternama (katanya). Bibirnya tak bosan-bosan mengulum senyum nyaris nampak seperti orang bodoh.
Oh, benar. Ia memang selalu seperti orang bodoh jika perihal gadis kesayangannya—Aya.
Benaknya sibuk berkelebat perihal binar-binar khas gadis itu, biasanya gadis itu sibuk merenggek perihal kedatangannya yang sukar diterka-terka. Salahkan misi Fatui yang tak habis-habis itu, kesetiannya pada Tsaritsa seringkali menjadi perdebatan kecil dengan Aya yang mudah sebal ketika ia nyaris tak ada waktu untuknya.
Ia tak sabar menatap binar-binar antuasias gadis kesayangannya yang setiap kali ia membawakan bonekah baru.
Benaknya sedikit khawatir, katanya sempat ada kerusuhan besar di Sumeru namun entah bagaimana ceritanya sang archon Dendro—Lesser Lord Kusanali berhasil menumpas sengketa yang dipelopori Fatui itu dan entah bagaimana pula gnosis sang archon berhasil dirampas.
Tapi, yasudahlah. Pria itu tak ingin ambil pusing dengan cara licik apa yang Dottore lakukan selama melakukan misi di Sumeru.
Langkahnya semakin cepat ketika ia sudah menapak di depan gerbang perpustakaan akademiya. Belakangan ini, Aya sibuk berkecamuk dengan penelitian-penelitiannya membuat gadis itu menghabiskan banyak waktu di perpustakaan sembari sesekali menulis surat untuk pria itu.
Manik biru safir-nya menatap sekeliling, mencoba mencari wujud khas gadis kesayangannya. Maniknya berbinar tatkala ia mendapati Aya tengah sibuk celingak-celinguk mengintip sesuatu di balik rak buku Tanpa aba-aba, pria itu langsung memeluk Aya dari belakang.
"Ayaa!" ucapnya antuasias membuat Aya terlonjak kaget, gadis itu berbalik dan menatap pria itu dengan antuasias. Dibalasnya dekapan hangat pria itu sembari ia menciumi kening gadis itu.
"Ih, Ajax kenapa kau tak bilang padaku jika kau akan kembali ke Sumeru?" ucapnya sambil mengerucutkan bibirnya, Ajax tertawa mengacak surai gadis itu lembut.
"Tentu saja kejutan," ucap Ajax terkekeh sembari menjawil hidung gadis itu. "Kau tidak senang bertemu denganku?"
Gadis itu memberengut namub kemudian memeluk Ajax erat-erat, ia membenamkan wajah di dada bidang pria itu. "Tentu saja jawabannya sudah jelas, hmph."
Ajax terkekeh mengecup lembut pelipis gadis itu, sebelum akhirnya menangkup pipi gembil gadis itu. "Apa yang kau lakukan disini? sedang mengintip sesuatu, ya?"
Aya bersemu namun dengan cepat ia menggeleng walau manik safirnya diam-diam melirik ke arah lain. "B-Bukan apa-apa. Hanya sedang mencari buku."
Ia menerka-nerka mencoba mencari kemana arah pandang sang kekasih. Maniknya menemukan sosok yang sedikit familiar namun kepalanya menolak untuk mengingat siapa sosok itu.
Si topi besar aneh itu, dimana ia pernah bertemu?
— 🐳🐬🌀 —
Hari-hari selanjutnya, Ajax acapkali mendapati gadis itu merenung dan sibuk dengan kepalanya yang mungkin begitu berisik sehingga eksistensi Ajax terkadang sedikit terlupakan di hadapannya.
Awalnya, ia tak ingin ambil pusing karena ia senang ternyata Aya baik-baik saja selama insiden aneh di Sumeru. Ia mengeluh belakangan ini sedikit susah tidur karena mimpi yang sama berkali-kali. Tapi, hari ini ketika Ajax menemaninya tidur, Aya tertidur lebih pulas daripada biasanya seakan Ajax adalah obat dari segala gundahnya.
Kala itu, Ajax menemani Aya mengerjakan artikel. Tak ada yang aneh sampai akhirnya Ajax mendapati Aya sedang memandangi si topi besar itu dari jauh.
Maniknya diam-diam berbinar, tangannya seakan ingin menggapai dekat pemuda aneh bertopi besar itu.
"Aya, siapa?" tanya Ajax dengan nada tak senang, Aya sedikit gelagapan ketika suara Ajax menyadarkannya dari lamunan. Ia merona malu lalu menggeleng cepat.
"B-Bukan siapa-siapa."
"Siapa?"
Gadis itu bungkam selama seperkian detik sebelum akhirnya menjawab dengan suara bergetar. "Namanya, Wanderer. Aku ... merasa ia adalah orang di mimpi anehku itu."
Konyol sekali. Teyvat memang selalu tahu cara menertawakan Ajax seakan ia orang dungu.
"Ajax, bagaimana jika sebenarnya aku memang pernah bertemu dengannya di masa lalu?" tanya Aya dengan nada getir. "Tapi, aku tidak ingat apa-apa soal dia."
Ajax terdiam beberapa saat sebelum mengecup lembut bibir ranum gadis itu dan mengusap pipinya lembut. "Maka, kau tak perlu mengingatnya. Cukup ingat aku."
— 🐳🐬🌀 —
Ia bercerita, dulu sekali ia banyak bermimpi perihal dirinya di masa lalu. Perihal wajah sang Wanderer yang menghantui mimpi anehnya.
Dalam mimpi yang samar-samar itu Aya merasa bertemu dengan sosok Wanderer yang jauh dari Wanderer yang sekarang. Apakah ia beringkarnasi?
Selanjutnya, ketika Ajax kembali ke Fontaine untuk melanjutkan pekerjaannya, sebuah surat datang ke mejanya. Dengan cepat ia membuka surat tersebut, harap-harapnya itu adalah pesan kerinduan Aya lagi untuknya. Tapi, sayangnya tidak.
Ia menelan ludah untuk membasahi tenggorokannya yang tercekat.
Ajax, aku tidak bisa tidur tenang. Aku masih dihantui mimpi itu kadang-kadang, sampai akhirnya aku memutuskan menghampiri si tuan topi. Ia selalu menghindariku awalnya, tapi setelah beberapa kali akhirnya ia membiarkanku mengobrol dengannya.
Semakin aku dekat dengannya, semakin jelas mimpi itu tadi. Hatiku selalu sakit setiap kali menatapnya, rasanya seperti menemukan sesuatu yang hilang setelah sekian lama.
Ajax, hari ini aku bertemu dengannya bersama para aranara di hutan Sumeru. Maaf, tapi debaran itu sangat jelas.
Ajax, aku merindukannya meski aku tak dapat mengingatnya. Memoriku melupakannya, tapi hatiku tidak.
Ajax, ia menunggu 500 tahun lamanya untuk kehidupanku selanjutnya. Lantas, aku harus bagaimana? semua menyesakkan, aku tak ingin merusak apa yang sudah kita tata sedemikian rupa, tapi aku juga tak bisa bohong perasaan itu masih ada.
Ajax, kau benar. Dunia ini memang penuh kejutan dan tak pernah menunggu manusia bersiap-siap atas kejutannya.
Tertanda,
Hasegawa Aya.
— 🐳🐬🌀 —
Ah, hujan di langit Fontaine. Mereka bilang jika Fontaine hujan sebenarnya naga tengah menangis. Tapi, itu bodoh sekali karena yang menangis sekarang bukan lah sang naga itu.
"Ia pernah mencoba menyelamatkanku dari tragedi tatarasuna, tapi gagal. Keluhnya tak didengar oleh archon electro dan wabahnya sudah semakin menjalar sebab katanya, ketika ia kembali ke tatarasuna, wabahnya sudah menyudahiku."
Surat sang gadis yang dulunya ia nanti-nanti sekarang begitu menyesakkan. Ia membenci surat-surat itu. Surat-surat yang kini selalu terselip perihal sang tuan topi selama beberapa bulan terakhir.
"Ia menghapuskan diri di irminsul. Aku tak begitu mengerti, tapi itu jawaban mengapa aku tak bisa mengingatnya."
Ah, pantas saja ia merasa tak asing. Mungkin Ajax adalah salah satu orang yang mengenal pemuda itu di masa lalu.
Masa lalu, ya? sekeras apapun Ajax berusaha, ia takkan bisa menjadi pilihan utama gadis kesayangannya.
Ia adalah pilihan sembari menunggui masa lalunya.
Atau sebenarnya ia bukan lah pilihan sejak awal?
Ia mengerjap beberapa kali, hujan Fontaine membasahi tubuhnya yang tergeletak tak berdaya. Darah mewarnai air di sekelilingnya. Tanganya gemetar menyentuh luka di tubuhnya, ia rasa ia sudah mulai mati rasa.
Sejenak, samar-samar ia melihat sosok Aya di sampingnya.
"Kau berjanji akan menunjukkan Shneznaya yang cantik itu! kau berjanji 'kan?!"
Ajax terkekeh sebelum akhirnya terbatuk-batuk. Ah, bahkan Shneznaya tak lagi sanggup lebih menawan dari gadis ini. Ia ingin melihat binar serta senyum hangat gadis itu sekali lagi.
Berminggu-minggu melawan narwhal itu sudah menggunakan foul legacy benar-benar seperti membunuhnya secara perlahan.
Perlahan pandangannya mengabur, memori manis perihal gadis itu kembali bermain di kepalanya.
"Aku ingin segera menuntaskan belajarku di akademiya agar aku bisa ikut berpetualang dan pulang bersamamu!"
Ia tersenyum tipis. Seandai-andainya saja gadis itu tak pernah bertemu dengan si tuan topi, apakah ia akan tetap menjadi pilihan utamanya?
Tapi, yasudah lah. Sudah bagus ia bertemu dengan si tuan topi itu. Karena dengan begini ia tak perlu takut ketika nafasnya semakin lemah dan jantungnya semakin enggan berdetak.
Jika Wanderer menghabiskan waktu 500 tahun untuk menunggu kehidupan Aya selanjutnya, maka ia akan berharap-harap 500 tahun selanjutnya adalah kehidupannya dengan Aya.
Sebagai dirinya yang tak perlu menjadi opsi di kala menunggu.
The End.
🐬 — Note
Wow setelah sekian lama ak akhirnya menulis yumeship🧍🏻♀️ btw, buat yang bingung ama lore OCku yg tdk seberapa enih, ak beri rangkuman sedikit.
Aya pernah hidup di masa Kabukimono di Tatarasuna trus meninggal karna wabah penyakit gegara mesin mikage furnace. Kabukimono gagal menyelamatkan karna pas dia laporan ke Ei, dia dihadang Yae yg mana dia jadi mikir Ei beneran udh gak peduli sama dia padal dia dah mohon-mohon buat selamatkan warga tatarasuna, tpi waktu itu Ei masih berduka krna kematian Makoto dan mengunci diri di euthymia (yg ketemu Yae ini canon yh).
Aya reingkarnasi lagi di masa Ajax, mereka ketemu di Liyue krna Aya pernah iseng dengerin obrolan Ajax sama bawahannya pas lagi makan di Wanmin. Aya waktu itu lagi jalanin misi adventure guild jadi Ajax sempet mau 'bungkam' si Aya dengan manipulasi dia tapi malah jadi jatcin.
Mereka pacaran dan Ajax sering bawain hadiah buat Aya setiap dia cuti dari Fatui. Di masa Sumeru, Aya ketemu Wanderer awalnya dia merhatiin karna kepo sama topinya tpi lama-lama dia jadi sering mimpi aneh dan ngerasa familiar sama Wanderer wlau Wanderer selalu menghindar.
Wanderer diem-diem selalu jagain Aya dari jauh karna tahu Aya ceroboh + Aya selalu ngerasa ada yg ngawasin dia tiap dia ambil misi guild. Wanderer jagain Aya dari jauh karna dia masih merasa bersalah gagal menyelamatkan Aya di tragedi Tatarasuna.
Yh, yg Ajax meninggal nih gak masuk lore w krna cuma buat plot event aja sih aowkwkw
Canon endingnya ga ada second choice, soalnya Aya menikah bertiga sama mereka🥰❤️
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top