Kilau Sebuah Perjuangan

Teman-teman ada yang suka balet? Atau malah ada yang ikut kelas balet?

Apa yang terpikirkan oleh kalian jika aku menyebut 'balet'? Beberapa hal yang terkenal dari tari balet adalah ketika penari mengangkat kaki tinggi-tinggi atau ketika menari dengan bertumpu pada jari-jari kaki mereka, benar.

Pastinya kalian semua sudah tidak asing dengan tarian yang satu ini. Ya, Tari Balet. Tarian yang bisa dipelajari dari usia anak-anak. Para penari balet biasanya disebut balerina. Nah, tari balet itu sendiri apa sih? Balet sebenarnya merupakan nama dari salah satu teknik tarian. Sedangkan kreasi tari yang menggunakan teknik ini dinamakan tari balet. Tari Balet tidak hanya memuat gerakan tari saja, melainkan padupadan antara mime, akting dan musik.

Pertunjukan balet bisa dibawakan oleh satu orang (tunggal) ataupun kelompok yang biasanya merupakan bagian dari opera. Teknik-teknik pada tarian ini diantaranya : Pointe work, Grand Pas de deux, dll.

Di Indonesia sendiri balet sangat terkenal dan memiliki banyak peminat. Tarian ini datang ke Indonesia pada tahun 1929 saat ada kunjungan dari Anna Pavlova dan Company. Saat itu mereka melakukan pertunjukan pada tanggal 8 Maret 1929. Pada saat itu Anna Pavlova menampilkan “The Magic Flute, Snowflakes” dan “Divertissements”. Anna Pavlova melakukan kunjungan ke Bandung, Semarang dan Surabaya.

Mau tahu keunikan tari balet?

Keunikan tari balet terletak pada teknik yang khas dan kostumnya yang tidak kalah otentik pula. Kita akan langsung mengenali para penari balet jika tengah menggunakan kostumnya yang khas tersebut. Mulai dari baju, rok payung dan sepatunya yang khas. Tidak hanya itu, keunikan lain dari tarian ini juga masih banyak, loh.

Bangsa Indonesia memang dikenal sebagai negara yang tidak hanya kaya akan hasil bumi tapi juga kaya akan kebudayaannya. Mulai di bidang seni tari, seni sastra, seni rupa (seni rupa terapan & seni rupa murni), seni musik, seni bangunan dan lain sebagainya.

Selain budayanya yang beragam, Indonesia juga mempunyai maestro-maestro yang hebat, seperti maestro penari balet ini, mau tahu siapa?

Farida Oetoyo, mungkin sebagian dari kalian sudah banyak yang tahu. Ada yang sudah baca bukunya? Mau tahu lebih lanjut tentang beliau? Yuk, simak perlahan-lahan, ehe.

Sumber: thejakartapost.com

Farida Oetoyo adalah salah satu tokoh maestro tari balet di Indonesia. Lahir di Solo, Jawa Tengah, 7 Juli 1939 - meninggal di Jakarta, 18 Mei 2014 pada umur 74 tahun. Farida dilahirkan oleh Maria Yohanna Margaretha Te Nuyl, seorang perempuan Belanda dengan keluarga yang terdiri dari seniman teater dan musisi klasik. Ayah Farida, Raden Oetoyo Ramelan, kuliah di Leiden, Belanda, dan lulus sebagai advokat. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, Raden Oetoyo Ramelan diangkat sebagai Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri, dan pada 1947 mendapat tugas membuka dan memimpin kantor diplomatik Republik Indonesia yang pertama, Indonesian Office. Semasa kecil, Farida, bersama ibu dan kedua adiknya, Fajar Alam dan Satria Sejati, sering berpindah tempat tinggal mengikuti penugasan ayahnya.

Farida mengaku terinspirasi belajar balet setelah menonton film The Red Shoes (1948), ketika dia berusia sembilan tahun. Sejak usia 9 tahun, Farida Oetoyo sudah tahu apa yang diimpikannya. Tak seperti bocah kebanyakan yang bercita-cita menjadi dokter atau insinyur, Farida lebih memilih menjadi seorang penari balet. Hasrat menggebu itu diwujudkan dengan tidak tanggung-tanggung.

Dia mengikuti kelas balet pertamanya pada usia sembilan tahun, tetapi kelas itu mengecewakannya, karena materi yang diajarkan hanya gerak dasar balet. Farida menyangka pada kelas pertamanya, dia akan mengenakan kostum yang indah dan glamor, serta menari seperti balerina dalam film The Red Shoes. Namun, pengalaman itu tidak membuat Farida berhenti mempelajari seni gerak tubuh. Mula-mula, Farida belajar di Art of Movement Academy, di Singapura, yang dikelola oleh Willy Blok Hanson. Pada 1950-1954, Farida belajar balet dari Barbara Todd, di Canberra, Australia. Barbara Todd, adalah seorang pengajar balet dari The Royal Academy of Dance, di London. Farida pertama kali tampil dalam pertunjukan balet di Teater Albert Hall, Canberra, pada 20 Juni 1953, bersama murid-murid Barbara Todd yang lain, menarikan The Children of the Palace.

Ia mengejar ilmu balet sampai Australia, Belanda, Amerika, dan Rusia. Di pentas kelulusannya, tahun 1965 untuk pertama kali Sang Saka Merah Putih berkibar bangga di Gedung Teater Bolshoi, Moskow. Farida pun menyandang gelar Artist of the Ballet, dengan nilai cum laude. Kiprah Farida kemudian mendunia. Tapi, jiwanya tetap di Indonesia.

Setelah menyelesaikan sekolah menengah atas di Australia pada 1954, Farida kembali ke Indonesia dan melanjutkan pelajaran baletnya dari berbagai guru. Pada 1956, ayah Farida meninggal dunia. Pada tahun yang sama, Farida pergi ke Belanda dan menjadi penari profesional. Farida menari bersama kelompok Ballet der Lage Landen selama dua tahun, sampai pada 1958. Pada 1958, di usianya yang kedelapan belas tahun, terdorong keinginan pulang yang tidak bisa ditawar lagi, Farida kembali ke Indonesia.

Banyak karya-karya tari balet yang berhasil dipentaskannya dalam seni pertunjukan tari di Indonesia, loh. Pertunjukan Rama & Shinta dan Gunung Agung Meletus adalah dua nomor balet yang merupakan karya masterpiece yang berhasil dipentaskannya.

Selain itu, Farida juga pernah bergabung dengan Teater Bolshoi di Rusia dan melakukan pementasan di sejumlah negara Eropa dan Amerika. Farida mempelajari balet sejak kecil dan belajar balet di beberapa sekolah saat dirinya berada di luar negeri. Keren ga tuh.

Farida Oetoyo, yang pernah menjadi primadona di panggung balet dunia disebut sebagai "Maestra Balet" Indonesia, mengingat ia pernah bergabung dengan "Teater Bolshoi" di Rusia dan berpentas di sejumlah negara Eropa serta Amerika. Farida Oetoyo masih aktif mengajar dalam dunia balet dan mendirikan sekolah balet bernama Sumber Cipta di bilangan Ciputat, Jakarta Selatan bahkan hingga menjelang wafatnya. Ada yang pernah ke sana? Selain menjadi kepala sekolah dan direktur artistik sekolah tersebut, ia pun memimpin grup tarinya, Kreativitat Dance Indonesia. Grup tari ini diperuntukkan bagi penari-penari yang telah lulus dari Ballet Sumber Cipta dengan baik. Mereka terinspirasi oleh tari dan telah memutuskan untuk menjadikan tari hidup mereka.

Selain balet, Farida juga pernah menjajal kemampuannya akting dalam beberapa film seperti Bumi Makin Panas dan Perawan di Sektor Selatan. Pernikahannya dengan sutradara Sjumandjaja membuat Farida terjun ke dunia akting.

Di samping itu, ia juga wanita panutan dalam keluarga. Meski pernikahannya dengan Sjumandjaya dan Feisol Heshim tidak bertahan sampai akhir usia, Farida amat mencintai anak-anaknya. Ia mendedikasikan hidup untuk keluarga, balet, dan tanaman yang menjadi hobinya.

Seluruh kenangan hidup Farida itu kini terekam dalam buku Saya Farida: Sebuah Autobiografi.

***


Referensi:

https://www.google.com/amp/s/ilmuseni.com/seni-pertunjukan/seni-tari/keunikan-tari-balet/amp

https://m.cnnindonesia.com/hiburan/20140912105204-234-3155/kilau-inspirasi-hidup-farida-oetoyo

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Farida_Oetoyo

Salam, zaenitasa

30 Maret 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top