9. nayla hilang

Seminggu sudah berlalu dan itu artinya sudah seminggu juga Riki memantapkan hatinya. Sholat Istikhoroh sudah ia laksanakan. Tapi ia bingung dengan jawabannya karena ia tidak bermimpi bertemu dengan Carla maupun Zalfa. Melainkan ia hanya mendengar suara seseorang yang tengah mengaji. Suaranya begitu merdu.  Saat Riki mencoba untuk mendekati gadis tersebut, selalu saja ia terbangun. Sudah 4 kali ia bermimpi seperti itu.

Dan hati Riki pun kini entah kenapa jadi penasaran dengan gadis bernama Zalfa tersebut.

"Yah Riki bingung. Apa arti ini semua Yah?" kini Riki tengah berdiskusi dengan sang Ayah.

"Bingung kenapa?"

"Setelah Riki sholat Istikhoroh. Riki nggak mimpi ketemu gadis Yah. Riki cuma denger ada gadis yang lagi baca Al-Qur'an. Tapi tiap kali Riki deketin dan gadis itu noleh, Riki langsung terbangun jadi Riki nggak sempet liat wajahnya Yah. Tapi rasa penasaran Riki sama gadis bernama Zalfa itu semakin tinggi Yah. Rasa pengen kenalan tuh tinggi banget Yah. Apa itu artinya Riki harus menjalani ta'aruf sama Zalfa, Yah?"

Sang Ayah hanya mengangkat kedua bahunya. "Mungkin saja itu jawaban dari Istikhorohmu Kak. Kadang jawabannya memang nggak lewat mimpi, tapi Allah jadi memantapkan hatimu saat akan melangkah."

"Jadi kalau misalkan Riki setuju pengen kenalan tapi pas udah kenal Riki merasa nggak cocok apa Riki boleh batalin Yah? Apa itu nggak akan menyakiti hatinya Yah?"

"Insya'Allah nggak. Dia anak yang sholehah Kak. Jadi Insya'Allah dia faham. Saat berta'aruf jangan memakai perasaan lebih dahulu. Jadi nanti tidak akan ada yang tersakiti."

Riki pun akhirnya mengangguk. Lalu Riki menghubungi Gunawan menggunakan ponsel Ayahnya. Ia meminta Gunawan sabagai perantara mereka berta'aruf untuk mengatur pertemuannya dengan Zalfa.

Riki bisa bernafas lega sekarang karena Om Gunawan akan menghubungi Zalfa segera.

Ada sedikit perasaan senang yang dirasakan Riki saat tahu jika dirinya akan segera bertemu dengan Zalfa. Entah bagimana ia merasa begitu yakin jika gadis yang tengah mengaji dalam mimpinya itu adalah Zalfa.

***
Berbeda dengan Riki yang tengah berbahagia, Nayla malah sebaliknya. Nayla merasa kesal dengan Irfan yang tiba-tiba memajukan acara rapatnya.

Pemberitahuannya hanya lewat grub wa. Jika rapat akan diadakan besok ba'dha Dzuhur di rumah Nanda. Karena kebetulan dirumah Nanda paginya ada acara aqiqahan anak dari Kakaknya. Jadi atas usul Nanda untuk memajukan acara rapat pun disetujui oleh Irfan.

Saat ia tengah menggerutu tiba-tiba Bu Mitha memanggilnya. Bu Mitha mengatakan jika ada seseorang yang sudah menjemputnya.

Nayla mengerutkan keningnya Kakaknya tadi tidak mengatakan jika ingin menjemputnya. Lagi pula jika itu Kakaknya nggak mungkin Bu Mitha senyam-senyum seperti itu. Karena Bu Mitha tidak mungkin menyukai Kakaknya. Mengingat Bu Mitha sudah bersuami dan tengah mengandung. Lalu siapa?

"Kalo Bu Mitha sudah mau pulang. Tolong bilang aja kalo saya masih harus selesaiin kerjaan saya dulu Buk." ucap Nayla saat tahu jika Bu Mitha sudah mengenakan tasnya.

"Baik Bu..kalau begitu saya duluan. Assalamu'alaikum" Bu Mitha pergi setelah mendengar jawaban dari salamnya.

"Siapa Nay yang jemput kamu?" tanya Carla yang duduk di depannya.

"Nggak tau.."

"Yaudah kerjaannya diselesaiin besok aja. Kasihan kan orangnya kelamaan nunggu."

"Emmm yaudah deh ...yuk ...."

Nayla pun merapikan kertas-kertas yang berserakan di mejanya. Ia memasukkan kedalam map warna merah lalu ia simpan di laci mejanya.

Keduanya berjalan beriringan menuju ketempat parkir lebih dulu. Lalu setelah Carla masuk kedalam mobilnya. Baru Nayla kembaki berjalan menuju ke gerbang. Mencari seseorang yang tengah menjemputnya.

Nayla mengedarkan pandangannya. Yang ia lihat hanya mobil hitam yang terparkir dekat sekolah PAUD tempat ia mengajar. Nayla merasa asing dengan mobil itu. Mungkin kah itu temannya Kak Riki? Atau itu Kak Riki yang meminjam mobil temannya?

Nayla mengetuk kaca mobil tersebut. Tepat saat ketukan ketiga. Kaca itu pun terbuka. Dengan perlahan menunjukkan siapa yang berada di dalam mobil tersebut.

Deg..

Jantung Nayla berdetak lebih kencang, karena ternyata sosok Alif lah yang berada didalam mobil. Sosok Alif lah yang kata Bu Mitha hendak menjemputnya.

"Lhoh Nayla? Ngapain disini?" tanya Alif tiba-tiba. Ternyata Alif pun sama terkejutnya saat melihat Nayla mengetuk kaca mobilnya.

"Tadi kata teman aku ada orang yang mau jemput aku dan mobil kamu parkir disini jadi aku fikir...." Nayla tidak melanjutkan kalimatnya.

"Oh ... kamu kerja disini? Ah pantesan tadi Bu guru yang aku titipin pesen buat panggilin Nayla itu bilang katanya Nayla lagi ngerjain kerjaan. Aku fikir Nayla lagi ngerjain tugas dari gurunya. Ternyata dia salah orang?" Alif tertawa. Memperlihatkan gigi putihnya yang berjajar rapi.

"Maaf ya Nay, aku nggak tahu kamu kerja disini. Aku mau jemput ponakan aku namanya Nayla." kata Alif lagi menjelaskan.

"Oh Nayla ponakan kamu? Kalau gitu maafin temen aku juga yang malah salah panggil orang. Tapi Lif ... anak-anak udah pada pulang. Jadi kemungkinan Nayla juga udah pulang."

Alif terlihat khawatir. Pasalnya ia diamanati Kakaknya untuk menjemput Nayla.

"Aduh aku disini udah dari tadi loh Nay ... dan belum liat Nayla keluar. Lagian yang disuruh jemput itu aku jadi mana mungkin Nayla pulang sendiri. Bisa tolong cek'in kedalem? Atau kita cek bareng-bareng?"

Nayla pun ikut panik. Biasanya Nayla kecil memang menunggu dikelas atau di pos satpam sampai jemputannya datang. Dan biasanya dirinya atau Carla yang menemani Nayla kecil. Tapi gara-gara kerjaan numpuk makanya tadi ia menitipkan Nayla kecil pada Pak satpam.

Nayla dan Alif pun berlari hendak masuk kembali untuk mencari Nayla kecil.

Di depan gerbang ia berpapasan dengan Carla yang sudah akan pulang.

"Ada apa kok pada lari-larian?" tanyanya pada Nayla juga Alif.

"Ceritanya panjang. Intinya Nayla ilang." kata Alif lalu kembali berlari diikuti Nayla.

Mendengar itu, Carla langsung mematikan mesin mobilnya. Ia keluar dari mobil lalu berlari menuju pos satpam.

"Maaf Pak, Bapak liat Nayla?"

"Nayla yang mana Bu?"

"Nayla kecil.."

"Oh yang suka dianter jemput mobil mewah itu ya Bu?"

Carla mengangguk.

"Tadi sih sepertinya udah dijemput Bu. Tapi nggak tahu siapa mungkin Ayahnya tapi mobilnya beda bu. Kali ini warnanya silver. Biasanya kan hitam ya Bu. Ah tapi kalo orang kaya mah bebas. Mau ganti seminggu sekali juga bisa. Ya kan Bu?"

Mendengar penjelasan dari satpam Carla langsung menghubungi Nayla. Carla tidak mendengarkan celotehan pak satpam yang malah ngelantur membicarakan tentang mobil dan orang kaya. Carla meminta Nayla dan juga Alif menghampirinya.

Tak lama Alif dan Nayla pun keluar sambil berlari.

"Nayla udah dijemput."

"Nggak mungkin soalnya tadi Mas Bowo bilang aku yang suruh jemput. Mas Bowo lagi ada meeting jadi nggak mungkin dia jemput Nayla sendiri. Ibu juga nggak mungkin." kata Alif menjelaskan.

"Tadi kata Pak satpam ada mobil mewah warna silver." lanjut Carla.

"Mobil warna silver? Di keluarga kami nggak ada mobil warna silver. Semua mobil warnanya hitam. Kalau bukan mobilnya Kak Sinta."

Saat mendengar penuturan Alif. Carla langsung berlari kearah mobilnya. Tidak lagi memperdulikan teriakan Nayla yang memanggil dirinya. Carla langsung tancap gas meninggalkan Alif dan juga Nayla.

"Ya sudah kamu sama aku aja." usul Alif.

Nayla terdiam sesaat. Bingung untuk memutuskan, haruskah ia satu mobil dengan Alif dan hanya berdua? Atau menolak saja, ia bisa pulang dengan naik ojek atau angkutan umum. Tapi bagaimana dengan Nayla kecil?

"Kamu bisa duduk dibelakang." ujar Alif lagi yang seolah tahu kegundahan hati Nayla.

Akhirnya Nayla pun mengangguk.

Lalu mereka berjalan menuju mobil hitam yang terparkir agak jauh dari gerbang sekolahan.

"Emang Sinta itu siapa?" tanya Nayla saat mereka sudah masuk kedalam mobil.

"Sinta itu Ibu kandungnya Nayla." jawab Alif sambil menghidupkan mesin mobilnya lalu menjalankannya perlahan.

Suasana jadi hening. Mereka hanya diam. Nayla lebih memilih fokus memandangi pohon yang berjajar di pinggir jalan. Tapi saat merasa Alif tidak melajukan mobilnya dengan kencang Nayla melihat dari kaca spion tengah. Dari raut wajahnya terlihat jika kini Alif bisa lebih santai.

"Maaf Lif ... tapi apa kamu udah nggak khawatir lagi? Kok jalannya pelan?"

"Enggak. Kan Nayla udah sama ibunya. Lagian Mas Bowo lagi nggak disini kan? Jadi biarlah Mbak Sinta bertemu anaknya."
Kata alif. Nayla pun membenarkan.

" Lagian aku kan bawa kamu, masak iya mau aku ajak ngebut." lanjut Alif yang langsung memberikan efek kemerahan dipipi Nayla. Nayla menunduk untuk menyembunyikan semburat merah dipipinya.

"Kalo kamu mabuk kan mobil aku bisa kotor." sambung Alif lagi yang langsung merubah warna wajah Nayla. Kini semua wajahnya terasa panas. Jika tadi hanya pipinya tapi kini semua wajahnya. Menandakan jika dirinya tengah kesal. Karena itu sama saja Alif mengkhawatirkan mobilnya.

Tbc.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top