7. pertemuan keluarga

Sepulang dari rapat panitia reunian. Nayla yang tadi diantar pulang Carla pun kini sudah berada dikamarnya. Ia membaringkan badannya mengingat kembali apa yang tadi ia alami. Bertemu kembali dengan Alif. Mengingat itu saja bisa langsung membuat pipi Nayla merona.

"Nayla..bisa bantu Bunda?" teriak sang Ibunda dari luar kamar.

"Iya Bun sebentar..Nay ganti baju dulu." Nayla pun menegakkan tubuhnya. Beranjak ke dalam kamar mandi yang berada di dalam kamarnya.

Setelah 5 menit Nayla keluar dengan baju rumahannya. Celana polkadot serta kaos berwarna biru tak lupa dengan jilbab instan warna hitam.

Ia menghampiri ibunya yang tengah berkutat di dapur. Ada banyak bahan masakan diatas meja dapurnya.

"Wah sepertinya akan ada acara besar bun?" tanya Nayla yang langsung mengambil sayuran untuk ia potong.

"Iya..akan ada pertemuan dua keluarga." jawab bundanya dengan tersenyum penuh arti.

Membuat Nayla mengerutkan keningnya. Mencoba menerka-nerka apa yang sudah direncanakan kedua orangtuanya.

"Emang siapa bund yang akan datang?" tanya Nayla semakin penasaran.

"Om Gunawan." singkat padat dan jelas jawaban dari bunda Nayla. Membuat Nayla membelalakkan matanya. Kaget dengan apa yang direncanakan bundanya. Diotaknya langsung terlintas tentang obrolannya dengan kakaknya.

Perjodohan antara dirinya dengan anak dari Om Gunawan dan Tante Rini, Adit namanya. Lelaki yang usianya 3 tahun lebih muda dari dirinya. Setega itukah Bunda dan Ayahnya?

"Bund Kak Riki udah pulang?" tanya Nayla tiba-tiba.

"Udah tuh di depan lagi beresin ruang tamu." jawab bunda yang terus fokus pada adonan yang tengah ia aduk.

Tanpa berkata apa-apa lagi Nayla langsung berlari.

"Kak..kak..kak Riki.." teriaknya sambil terus berlari.

Riki pun menghentikan aktifitasnya sejenak. Ia menatap adiknya.

"kak..kata bunda nanti malam ada acara pertemuan dua keluarga?" tanya Nayla memastikan.

"Iya terus yang dateng keluarga Om Gunawan kan?"

Nayla mengangguk.

"Itu artinya kamu harus siap dikhitbah Adit..cieeeee....ihhiiirrr ada yang udah mau nikah nih.." celetuk Riki menggoda adiknya.

"Stttt kakak apaan sih..jangan kenceng-kenceng dong.."

"Aku heran deh kak. Kan Adit itu 3 tahun lebih muda dari aku. Masak iya sih bunda sama ayah tega." Nayla menggerutu.

"Hahaha udah terima aja. Lagian kan Adit juga tampan mapan beriman lagi. Kurang apalagi coba?"

"Ahhh tauk ah..." Nayla membalikkan badan berjalan dengan kesal, kembali kedapur menghampiri bundanya yang kini sudah membentuk adonan tersebut menjadi bulatan kecil.

"Nay masukin ke oven.." perintah sang bunda saat adonan kuenya sudah selesai ia bentuk.

Nayla pun melaksanakannya. Dengan terus berfikir jawaban yang tepat jika memang benar nanti malan dirinya hendak dijodohkan. Ia ingin menolaknya jadi ia memikirkan kalimat yang pas, yang tidak menyakiti hati Adit dan juga tidak membuat malu keluarganya.

Tak terasa 3 jam sudah Nayla berkutat di dapur membantu bundanya. Sambil terus berfikir tapi ia belum juga menemukan kata-kata yang pas untuk jawaban yang akan ia berikan nanti malam.

"Nay..kamu siap-siap gih..ntar keluarga om Gunawan datengnya sebelum magrib." ucap bundanya membuyarkan lamunan nayla.

"Ini nayla juga udah siap-siap bund.." jawab Nayla yang sudah pasti hanya terucap di dalam hati. Karena saat ini Nayla langsung meninggalkan dapur berjalan menuju ke arah kamarnya.

"Kakakmu juga suruh siap-siap." teriak bunda.

Lagi lagi Nayla tidak menjawab, ia hanya langsung menyampaikannya pada sang kakak yang malah menonton tv.

"Kak disuruh siap-siap." tanpa menunggu jawaban dari sang kakak Nayla langsung berlari naik tangga menuju ke kamarnya yang berada dilantai dua.

Sesampainya di kamar, bukannya mandi atau memilih baju tapi ia malah berlatih di depan kaca. Ia melatih jawaban yang akan ia berikan pada Adit malam nanti.

"Maaf ya Dit tapi aku nggak bisa terima kamu..ah nggak bukan gitu..emm maaf Dit, Nayla belum siap..ah bukan juga itu artinya aku gantungin Adit.. Adit kamu tau kan kalau aku lebih tua 3 tahun dari kamu? Jadi apa pantas jika aku bersanding denganmu?" lagi-lagi Nayla menggelengkan kepala. Jawaban yang ia rangkai terasa tidak ada yang pas.

"Ah lalu aku harus gimana?" Nayla manjatuhkan tubuhnya di ranjang empuk miliknya. Ia merasa benar-benar frustasi

Ia memandangi langit-langit kamarnya, berharap menemukan jawaban untuk nanti malam.

"Nayla...kalo udah siap langsung bantuin bunda lagi ya.." teriak sang bunda dari bawah.

Nayla tidak menjawab, ia malah menutupi kepalanya dengan bantal. Merasa frustasi karena tidak juga menemukan kalimat yang pas.

Ia pun menata hatinya dengan mengucapkan istighfar berkali-kali. Setelah merasa tenang ia pun berjalan kearah kamar mandi.

Butuh waktu 10 menit untuk Nayla merapikan dirinya. Kini ia sudah turun kembali kebawah dengan menggunakan gamis warna hijau telur asin dipadukan dengan jilbab warna biru.

"Waahhh adik kakak cantiknya...dandan ya? Cieeee.." goda sang kakak yang sudah duduk di depan tv tapi kini ia sudah menggunakan kemeja kotak-kotak warna hitam dan merah.

"Kan adiknya kakak ini emang selalu terlihat cantik..nggak mandi seminggu aja masih tetep cantik kalo Nay mah.." sahut Nayla membanggakan dirinya.

"Iya cantik tapi bau.." sahut sang ayah yang baru keluar dari kamar dengan menggunakan kemeja warna biru tua.

"Ih ayah.." rengek Nayla lalu meninggalkan kakak dan juga ayahnya.

Nayla menghampiri bundanya yang masih sibuk menyiapkan makan malam yang katanya spesial.

"Nayla suruh ngapain bund?" tanya Nayla saat sudah berada disamping bundanya. Sang bunda pun menoleh.

"wah anak bunda cantik banget..udah gedhe juga. Udah siap nih dilamar?" goda sang bunda yang malah semakin membuat Nayla merasa kesal.

"Iihh bunda apaan sih.."

Bunda pun tertawa melihat tingkah lucu dari anak bungsunya. Walaupun sudah besar dan sudah bekerja tapi terkadang sifat manja Nayla akan muncul.

"Kamu tolong ke toko depan ya..beli gula..bunda lupa gulanya habis." pinta bunda. Nayla pun langsung berangkat. Ia menyambar uang yang sudah di siapkan bunda diatas meja dapur.

Nayla memilih berjalan kaki karena memang tokonya dekat dengan rumahnya. Mungkin hanya sekitar 100 meter. Tinggal keluar komplek lalu menyebrang jalan.

***
Sepulang dari toko atau lebih tepatnya minimarket untuk membeli gula, Nayla sudah melihat ada sebuah mobil warna putih terparkir di depan rumahnya.

Nayla sudah bisa menebak jika itu mobil om Gunawan karena di dalam rumah sudah terdengar suara ramai.

"Assalamu'alaikum.." Nayla beruluk salam.

"Wa'alaikumsalam.." terdengar jawaban dari dalam.

Nayla melanjutkan berjalan menuju kearah ruang keluarga yang letaknya berada di samping kanan ruang tamu.

"eh Nayla udah pulang.." sambut tante Rini langsung berdiri.

Nayla hanya tersrnyum lalu menyalami tangan tante Rini, tak lupa ia mencium punggung tangannya.

"Sore om.." sapanya pada om Gunawan yang tengah asik berbincang dengan Riki dan juga ayahnya.

"Oh sore Nay.." om Gunawan hanya menoleh sebentar lalu kembali menghadap Riki dan ayah Nayla.

Nayla tampak celingukan mencari seseorang yang ternyata belum ia lihat. Adit. Ya sosok Adit memang belum ia lihat.

"Nyari apa Nay?" tanya Rini.

"Adit nggak ikut tant?"

"oh Adit lagi ke Surabaya. Lagi ngurus restonya yang baru buka kemarin. Katanya ada sedikit masalah gitu." jawab Rini membuat Nayla menganggukkan kepala faham.

"emm kalo begitu Nay ke dapur dulu. Silahkan dilanjut ngobrolnya."

Semua mengangguk.

Nayla pun berjalan kearah dapur dengan penuh tanda tanya. Kalau memang maksud kedatangan om gunawan kesini untuk ngelamar aku, kok Adit nggak ikut? Kok dia malah milih mentingin usahanya? Batin Nayla.

Sesampainya didapur ia hendak membuatkan minuman untuk para tamu sekaligus keluarganya.

"Cieeee yang udah nyariin calon suami..." goda Riki yang tiba-tiba muncul dari arah belakang Nayla.

"Apaan sih kak.."

"Udah pengen ketemu ya? Cieeee..."

"Emmm enggak sih kak..aku cuma lagi mikir aja gitu..misalnya nih ya kak..kalo yang mau nglamar itu kakak terus kebetulan bengkel kakak ada masalah klo kakak mentingin yang mana?"

"Ya ngelamar lah..kan bengkel bisa diurus temen kakak."

"Nah itu dia kak..yang mengganjal tu disini. Soalnya Adit pernah cerita kalo resto yang di Surabaya itu akan diurus temennya gitu. Jadi kayaknya tebakan kak Riki salah deh."

"Ya kita lihat aja. Lagian sekarang kan jamannya udah canggih. Bisa jadi adit nglamarnya lewat video call. Siapin jawabannya ya adekku..." Riki mencolek dagu Nayla sambil berlalu pergi meninggalkan Nayla yang mematung.

Benar juga. Bisa jadi seperti itu.. Gumam Nayla frustasi. Ia menggaruk kepalanya yang tentu tidak gatal. Aaahhh hiks hiks hiks..

Bersambung....

Berhubung masih suasana lebaran. Saya mau mengucapkan Taqobalallohu minna waminkum. Minal aidzin wal faidzin. Mohon maaf lahir dan batin sekiranya dalam tulisan saya ini dengan tidak sengaja malah menyakiti hati kalian.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top