6. tak terduga 2
Nayla dan Carla sudah menerima mangkok sotonya masing-masing. Saat membalikkan badan ternyata meja yang mereka incar sudah diduduki Irfan dan juga Alif.
"Yah kok udah diduluin sih?" gerutu Carla. Kedua gadis itu hendak berbalik badan berniat untuk duduk ditempat lain.
Hingga sebuah suara menghentikan langkah keduanya.
"Yaudah gabung aja.." ucap Alif tiba-tiba. Bahkan Irfan pun terlihat cengo mendengarnya. Tidak biasa Alif menawarkan mejanya untuk gadis yang bahkan tidak dekat dengannya. Dulu saat SMA pun saat gosip beredar tentang kedekatannya dengan Vika pun ia tidak pernah menawarkan tempat duduk untuk Vika yang sudah dekat dengannya.
Carla pun girang. Ia berjalan menghampiri Irfan dan Alif yang kini sudah memulai makan soto miliknya.
Lagi-lagi nayla harus pasrah dan menuruti sahabatnya.
Irfan berpindah posisi duduk disamping Alif. Carla pun duduk di depan Irfan. Tinggal satu 3 kursi lagi. Nayla merasa bimbang hendak duduk dimana. Tidak mungkin ia duduk di samping Alif. Atau duduk di kursi ujung yang ada nanti dikira tidak sopan. Lagi dan lagi Nayla harus rela. Ia pun duduk di kursi samping Carla berhadapan langsung dengan Alif.
"Fan kamu suka banget ya sama sotonya Mbok Darmi?" tanya Carla sembari menuangkan kecap kedalam sotonya.
"Iya. Emang kenapa?" balas Irfan cuek karena ia fokus dengan mangkok soto didepannya.
"Kamu sampai rela kesini tiap hari gitu? Hanya untuk makan soto?" ucap Carla dengan nada heran dan sambil geleng-geleng kepala.
Tawa Irfan pun mendadak pecah, begitu juga dengan Alif yang baru saja memasukkan makanannya pun menjadi tersedak. Lalu ikut tertawa bersama Irfan.
Deg.
Nayla tertegun sesaat. Melihat tawa alif yang masih sama seperti 6 tahun yang lalu. Alif akan terlihat semakin tampan saat ia tertawa atau tersenyum. Suara tawanyapun begitu renyah. Itu karena efek dari orang yang jatuh cinta semua yang terlihat dan terdengar selalu bagus. Apa itu artinya Nayla masih ada rasa dengan Alif?
Ditambah lagi jantung Nayla berdetak lebih kencang. Nayla mencoba untuk menormalkannya dengan cara mengambil nafas dalam-dalam lalu membuangnya perlahan. Itu ia ulangi sampai 3 kali tapi hasilnya masih sama. Nayla pun membungkukkan badannya tangannya beralih mengusap usap dadanya. Untung saja meja didepannya sedikit lebih tinggi. Sehingga kegiatannya tidak begitu terlihat.
"Ya ampun Car..gimana aku nggak kesini tiap hari orang aku kerjanya disini." jawab Irfan setelah berhasil menghentikan tawanya.
"Kerja disini? Jadi apa?" Carla penasaran.
"Tukang kebon.." jawab Irfan sembarangan.
Carla ber oh ria mempercayai Irfan tetapi ia langsung ingat jika ia pernah dengar jika Irfan melanjutkan kuliahnya di solo.
"Bohong..soalnya aku pernah denger kamu lanjut kuliah disolo. Masak iya jadi tukang kebun." Carla memprotes.
"Dia guru olahraga disini Car.." sahut Alif yang tadi hanya diam.
Carla kembali ber oh ria. Kali ini ia percaya dengan apa yang diucapkan Alif.
Lalu ingatan Nayla dan Carla pun kembali saat mereka tengah digodain murid sma tadi. Tiba-tiba para murid tersebut lari setelah melihat Irfan dan juga Alif. Oh jadi itu alasannya. Batin Nayla dan juga Carla.
Percakapan pun berlanjut dengan mereka yang saling tanya kegiatan masing-masing. Karena ternyata hanya Carla dan Nayla yang tidak ikut bergabung digrup wa yang dibuat Irfan. Alasannya karena Irfan tidak tahu nomor Nayla dan Carla. Dan itu juga alasannya Irfan datang langsung kerumah Nayla dan Carla saat ingin mengajaknya menjadi panitia reunian.
Saat mengetahui ada grup di wa Carla protes kenapa nomornya tidak dimasukkan.
"Aku tahu nomor kamu yang baru aja juga enggak..kalian sepertinya ganti nomor. Terus aku inbox di facebook juga nggak pernah dibalas." jawab Irfan. Membuat Nayla dan Carla saling pandang.
"Kita udah lama banget nggak buka fb. Maaf deh kalo gitu kita yang salah."
"Yaudah berapa nomor kalian biar aku masukin."
Nayla dan Carla pun menyebutkan nomor telfon masing-masing.
"Oke udah gabung tuh..jangan keluar ya.."
Kedua gadis itu pun mengangguk serempak.
"Yaudah kita duluan ya. Bentar lagi Dzuhur nih. Kalian mau sholat dimana?" tanya Irfan yang sudah berdiri dari duduknya.
"Kayaknya disini Fan..di masjid ada mukena kan?" Carla menjawab. Karena memang tadi niatannya memang begitu. Setelah makan lalu sholat dimasjid sekolah.
Irfan mengangguk. "Yaudah kami duluan. Assalamu'alaikum." Irfan berjalan meninggalkan Nayla dan juga Carla yang masih duduk.
Sepeninggalan Irfan dan Alif. Nayla pun mengajak Carla untuk pergi juga. Tapi tak lupa mereka berjalan menuju Mbok Darmi hendak membayar pesanan mereka.
"Mbok berapa?" tanya Nayla sembari mengeluarkan uang yang ada di dalam dompetnya.
"Oh sudah dibayar Mas Alif Mbak Nay." jawab mbok darmi.
"Ah yang bener Mbok?" Nayla tidak percaya.
"Iya Mbak.."Mbok Darmi meyakinkan.
"Oh Yasudah. Makasih ya Mbok.."
Mbok Darmi pun mengangguk.
****
Dalam perjalanan menuju masjid sekolah. Terdengar suara adzan yang dulu, selama 3 tahun selalu mereka dengar. Suara adzan yang begitu merdu, dengan nada yang sangat disukai Nayla.
"Nggak berubah ya?" Carla menanggapi saat adzan itu sudah selesai.
Nayla mengangguk. Nada yang seperti itu amat disukai Nayla. Dulu ada tv yang menyiarkan adzan Magrib dengan nada seperti itu, Nayla langsung duduk di depan tv mengeraskan volumenya. Hingga Ayahnya geleng kepala. Dan dengan iseng Kakaknya mengubah chanel tv lain. Maka akan terjadi aksi kejar-kejaran berebut remote. Nayla tersenyum saat ingatan itu terlintas difikirannya.
"Ktu sudah jadi ciri khasnya Alif saat adzan."
Nayla membelalakkan matanya. "Hah?Alif?"
"Iya Alif. Emang kamu nggak tahu kalo suara adzan yang kamu sukai itu suara Alif?"
Nayla menggeleng. Ia fikir itu suara Irfan. Karena dulu setiap kali ke masjid Alif juga selalu bersama Irfan. Dan dulu Nayla sempat melihat Irfan memegang microfon sesaat suara adzan selesai. Jadi ia berfikir itu suara Irfan.
"Berarti kamu suka nada adzan itu bukan karena itu suara Alif?" tanya Carla memastikan karena ia sempat berfikir jika sahabatnya menyukai nada adzan itu karena Alif.
"Ya anggak lah Car..jauh sebelum aku denger Alif adzan pun aku udah suka nada itu" jawab Nayla.
"Maaf deh nay kalo gitu. Berarti selama ini aku udah shu'udhon sama kamu."
Nayla tersenyum.
"Itu artinya jodoh..Aamiiin.." celoteh Carla kembali. Ia tak tahu jika celotehannya itu berpengaruh besar bagi jantung Nayla. Karena dada Nayla kembali berdetak lebih kencang. Dan entah kenapa Nayla mengamininya.
****
Sesampainya di dalam masjid. Baru ada beberapa guru dan murid yang masuk. Bahkan sampai iqomah dikumandangkan pun tidak bertambah.
Sholat dzuhur pun dimulai dengan Pak Ramli guru Agama yang menjadi imamnya.
Selesai sholat Nayla dan Carla melipat mukena yang ia kenakan lalu mengembalikkannya ke tempat semula.
"Nay kita kan belum ngucapin makasih sama Alif." ujar Carla saat mereka duduk di teras masjid mengenakan kaos kaki.
"Kamu aja ya Nay yang ngucapin makasih."
"Kok aku kan kamu juga ikut dibayarin?" Nayla tidak terima bukan karena ia tidak mau tapi ia takut jika ia menjadi gugup lalu ucapannya terdengar kacau.
Nayla mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Alif. Saat melihat kearah dalam masjid, ia melihat Alif masih duduk bersila ditemani Irfan dan juga Pak Ramli.
Sekitar 10 menit Nayla dan juga Carla menunggu. Akhirnya yang ditunggupun datang juga. Terlihat dari teras Alif dan Irfan serta Pak Ramli berjalan keluar masjid.
"Yasudah Pak kalau begitu kami pulang dulu. Kapan-kapan Bapak mampir." kata Alif lalu menjabat tangan Pak Ramli.
"Lhoh kalian masih disini?" tanya Irfan saat melihat kedua gadis bersahabat itu masih berdiri di teras masjid.
Alif dan Irfan pun menghampiri kedua gadis itu. Sedangkan Pak Ramli berjalan keluar.
"Bapak duluan.. Assalamu'alaikum.." Pak Ramli melambaikan tangannya.
Keempat orang itu hanya mengangguk lalu serentak menjawab salam Pak Ramli. "Wa'alaikumussalam."
"Ada apa nih?ada yang bisa dibantu? Atau Carla masih kangen gitu ma Mas Irfan?" tanya Irfan.
Carla hanya diam ia tidak tertarik menanggapi celotehan dari Irfan. Ia lebih memilih menyikut Nayla memberi kode supaya ia yang berbicara. Tapi Nayla bingung hendak mengucapkan apa atau lebih tepatnya ia bingung mau memulainya. Padahal mereka tinggal bilang "makasih Lif". Cukup dua kata itu. Tapi kata kata itu begitu sulit keluar dari bibir Nayla.
"Nayla mau ngomong sesuatu sama Alif." ucap Carla tiba-tiba. Semakin mempersulit Nayla.
"Mau ngomong apa?" tanya Irfan penasaran. Sedangkan Alif menunggu Nayla mengeluarkan suaranya.
"Oh atau kalian butuh privasi?" tanya Irfan saat Nayla tidak juga berbicara.
Nayla menggeleng. "Enggak ini bukan sesuatu yang rahasia kok. Jadi gini, kami cuma mau ngucapin makasih tadi udah dibayarin." akhirnya kalimat itu meluncur dengan lancar walau jantung Nayla berdetak kencang.
"oh itu..." Irfan menanggapi, ia pun ikut bernafas lega karena tadi ia sempat menahan nafas mengira apa yang akan diucapkan Nayla adalah sesuatu yang penting.
"Iya soalnya kan tadi kalian langsung pergi duluan. Dan nggak enak rasanya kalo kita nggak ngucapin makasih."
Alif mengangguk." Iya sama-sama." Alif tersenyum.
"Yaudah kalau begitu kita duluan. Assalamu'alaikum.."
"Wa'alaikumussalam.." jawab Alif dan juga Irfan bersamaan.
Kedua pria itu menatap kepergian dua gadis itu sampai mereka berbelok menuju ke parkiran.
Tbc.
Alkhamdulillah bisa update..
Maafkan jika masih ada banyak kesalahan. Mohon kritik dan saran yang membangun.
Terimakasih.
Ah iya hanya mau mengingatkan. Jangan lupa tadarusannya! Sudah khatam berapa kali? Bentar lagi hari raya loh..
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top