20. uletbulu
Kini Alif bisa bernafas lega karena satu masalahnya sudah selesai tinggal satu masalah lagi yang sampai hari ini masih menggantung. Masalah perjodohannya.
"makasih pak sudah mau membantu saya." ucap seseorang mengagetkan Alif.
"itu sudah jadi kewajiban saya Yud. Lain kali kalau ada masalah seperti ini kamu jangan sungkan untuk becerita." yudha yang berdiri di depannya hanya mengangguk. Betapa menyesalnya dia, karena sudah mengambil uang perusahaan untuk kepentingannya sendiri.
"Ya sudah jangan difikirkan lagi. Sekarang kembali berkerja." kata Alif yang langsung diangguki anak buahnya tersebut.
Ya. Masalah uang perusahaan memang sudah selesai. Yudha ternyata yang m3nggunakan uang tersebut, untuk biaya operasi ibunya. Dan Alif sebagai atasannya tidak marah justru ia membantu yudha, meringankan beban yudha.
***
Setelah beberapa hari ini ia fokus d3ngan masalah perusahaannya, maka hari ini ia akan menemui abahnya untuk kejelasan perjodohannya. Ia tidak mau menggantung gadis pilihan orang tuanya terlalu lama. Karena memang Alif sudah meminta pada Abahnya untuk fokus pada masalahnya di kantor lebih dulu.
"Assalamu'alaikum Bah ...." sapa Alif saat menghampiri pria paruh baya yang sibuk dengan tanamannya.
"Wa'alaikumussalam..." abah berbalik.
"lhoh kapan kamu datang?"
"Nembe mawon, Bah." jawab Alif seraya menyalami Abah.
"ibu wonten, Bah?" tanya Alif saat keduanya kini sudah berjalan beriringan masuk kedalam rumah.
"Oh ... Ibumu lagi ke pasar sama Mbok Tun. Katanya mau beli baju buat calon istrimu."
Deg.
Mendengar jawaban dari Munif -abah Alif- kerja jantung Alif menjadi lebih cepat.
"Malam minggu nanti kita akan sowan ke rumahnya. Jadi kamu batalin semua janji. Kamu harus luangkan waktu. Jangan sampai nggak bisa datang." ucap Abah lagi.
"Enggeh Bah. Insya'Allah, Alif usahakan."
Malam minggu? Itu artinya masih 5 hari lagi. Dan itu artinya uletbulu udah datang. Alif sibuk dengan p3mikirannya s3ndiri.
"assalamu'alaikum ... Abah ...." terdengar suara dari depan rumah, sontak membuat kedua pria beda usia yang tengah asik dengan aktifitasnya masing-masing, dengan kompak menoleh kearah sumber suara
"wa'alaikumussalam ...." jawab keduanya kompak.
"coba tebak ibu sekarang sama siapa?" tanya sang ibu saat masuk kedalam rumah.
Alif dan Abah Munif pun melihat kearah seseorang yang tengah berjalan di belakang Ibu dari Alif.
Mbok Tun. Ya, seseorang itu adalah Mbok Tun.
"ya ampun buk. Abah fikir tadi Ibu mau ngasih kejutan. Lha itu kan Mbok Tun buk." ujar Abah.
Aminah pun berbalik, ia menoleh kebelakang. Ada Mbok Tun yang kini tengah menenteng beberapa plastik.
"bukan ... Aduh kenapa nggak masuk sih? Sini ... Kebetulan ada Alif juga." Aminah kembali berjalan menghampiri seseorang yang ternyata masih ngumpet di balik pintu.
Dengan sedikit tarikan, akhirnya orang itu pun muncul. Berjalan beriringan d3ngan Aminah menuju ke tempat dimana ada Alif dan Abahnya.
"lhoh ... Ulet bulu?" Alif terkejut ketika melihat sosok wanita yang selama ini hanya ada difikirannya. Tapi saat ini wanita itu berdiri dihadapannya. Tengah tersenyum malu tanpa memandang kearahnya.
"tadi ibu ketemu Anin di depan ... Katanya baru datang dari Jogja." Aminah m3njelaskan. Tapi tidak ada yang menanggapi. Ketiga orang yang berada di depannya sibuk dengan fikirannya masing-masing.
Katanya minggu depan. Kenapa sekarang udah dateng? Batin Alif berbicara.
Sedangkan munif t3ngah mengkhawatirkan akan kelanjutan niatannya untuk menjodohkan Alif. Karena menurutnya saat gadis didepannya ini muncul, maka hati Alif akan kembali menjadi bimbang.
"aduuuuhhh kok malah pada diem-dieman sih? Ngobrol dong ... Kalian udah lama nggak ketemu loh ...." Aminah kembali menginterupsi. Lalu ia menarik tangan suaminya, ingin memberikan kesempatan pada dua remaja yang dulunya bersahabat tapi baru kali ini kembali berjumpa.
"kalian ngobrol dulu ya ... Ibu sama Abah mau kekamar dulu." ucap Aminah yang langsung mendapat lirikan tajam dari suaminya.
"ibu lupa? Mereka bukan lagi anak kecil. Mereka udah dewasa. Nggak boleh ditinggal berdua." bisik Abah saat tangannya kini sudah digandeng sang istri.
Aminah hanya diam.
Selepas kepergian Aminah dan Munif, kedua orang yang kini masih sama-sama berdiri itu juga masih juga diam. Tak ada yang berinisiatif untuk membuka percakapan. Bahkan mereka juga tidak saling pandang. Mereka tahu jika itu tidak diperbolehkan.
"emm duduk nin ...." kata Alif mempersilahkan gadis di depannya untuk duduk.
Gadis itu mengangguk lalu duduk di sofa yang berada disamping kanannya.
"kapan nyampe?" tanya Alif memulai percakapan. Karena merasa tidak enak jika terus diam.
"tadi pagi." jawab gadis itu singkat.
3ntah kenapa ada rasa canggung diantara keduanya. Mungkin karena lama tidak berjumpa. Gadis yang beberapa hari terakhir ini menghubungi Alif, sangat cerewet. Tapi gadis di depannya ini terlihat pendiam.
"bukannya kata kamu kemaren masih minggu depan ya?" tanya Alif lagi.
"rencananya emang gitu, tapi kata pakdhe lebih cepat lebih baik." jawabnya lalu gadis itu tersenyum.
Alif pun jadi teringat, jika gadis di depannya ini sudah akan m3njalani ta'aruf dengan seorang pria. Dan parahnya, ia yang harus menemani.
"aku kesini juga mau nanya itu. Yang kemaren aku omongin itu serius. Aku mau kamu yang nemenin aku."
"emang rencananya kapan?"
"besok. Kamu bisa kan?"
"Insya'Allah. Aku usahain. Tapi aku ngajak Nayla ya?"
"boleh. Tapi Nayla siapa? Pacar kamu?"
"dalam agama yang aku anut tidak ada kata pacaran. Nayla itu anaknya Mas Bowo." jawab Alif dingin.
"oh ... Mas Bowo udah punya anak? Iya ajak aja nggak papa kok. Katanya dia juga mau ajak adiknya."
Alif hanya mengangguk. Setelah itu ia berpamitan, karena masih harus kembali kekantornya. Untuk mengecek pesanan pelanggannya yang kemarin sempat menjadi masalah.
Alif memanggilkan ibu dan juga Abahnya untuk menemani Anin.
****
Keesokan harinya. Seperti yang sudah dijanjikan. Alif m3nemani Anin untuk bertemu dengan seseorang yang katanya akan melakukan ta'aruf dengannya. Sudah setengah jam mereka meunggu. Tapi tidak ada yang menghampiri mereka juga.
Dan mereka hanya menunggu, tanpa ada yang berbicara. Mereka sibuk mengedarkan pandangan, melihat ke sekeliling taman mencari sosok yang mereka tunggu.
"om Alif ... Nay mau eskrim ...." suara Nayla yang memang sengaja Alif ajak pun memecah keheningan. Walau sesaat karena tanpa menjawab Alif langsung berdiri dari duduknya lalu meraih tangan mungil Nayla, untuk menikutinya.
Anin pun menunggu sendirian. Tetapi tidak lama setelah kepergian Alif dan Nayla ia mendengar seseorang mengucapkan salam.
"Assalamu'alaikum ...." suaranya begitu lembut. Anin menoleh sambil menjawab salam "wa'alaikumussalam ..."
Dilihatnya seorang gadis yang mengenakan gamis coklat dengan motif bunga-bunga kecil berwarna hijau itu tangah tersenyum kearahnya.
Dibelakangnya ada seorang pria dengan kemeja berwarna biru laut juga tengah tersenyum kearahnya.
"maaf Mbak Zalfa ya?" tanya gadis itu, yang langsung mendapat anggukan kepala.
Gadis di depannya tersenyum. "saya Zahra dan ini kakak saya Riki."
Tbc.
Cihuiiiiiiii akhirnya part ini selesai juga. Awalnya bingung, gimana caranya mempertemukan mereka. Hingga akhirnya ide itu muncul. Jadi intinya. Ulatbulu nama aslinya Anin. Nah Anin ini nama panjangnya Zalfa Anindita, seseorang yang akan berta'aruf dengan Riki.
Nggak pada bingung kan?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top