14. Lamaran
"Iihiiirrr jadi tadi ada yang nelpon tapi malah dibentak?" irfan pun tertawa "Cieeee Alif udah mulai nyerang nih."
"Eh monyet..itu kan tadi juga kamu yang nyuruh." bentak Alif lalu melempar bantal kecil lagi tepat mengenai wajah dari Irfan.
Senyum dan pipi merona diwajah Zahra seketika menghilang saat mendengar sanggahan Alif. Untung sedari tadi Zahra terus menunduk, jadi perubahannya tidak akan terlihat.
Tidak mau berlama-lama lagi, ia pun berbalik, berjalan kembali menuju dapur. Meninggalkan Irfan dan juga Alif yang entah berdebat tentang apa karena Zahra sudah tak mau lagi mendengarkannya.
Zahra merutuki kebodohannya yang masih selalu terlalu berharap pada makhlukNya. Padahal ia tahu jika itu hanya akan menimbulkan rasa sakit dihatinya.
Astaghfirullah... Zahra mengucap istighfar dalam hati.
Sepeninggalan Zahra. Irfan malah jadi mencak-mencak sendiri.
"Eh kutu. Kapan aku nyuruh kamu nelpon dia? Seingatku enggak." Irfan melotot kearah Alif.
"Jalau perhatian mah bilang aja kali Lif...."
"Bukan gitu. Aku cuma lihat digrup cuma dia doang yang gak bales chat kamu. Jadi aku fikir dia nggak buka chatting grup. Makanya aku telfon. Kan kita satu tim."
"Alesan. Orang aku tiap kasih info langsung mastiin semuanya udah liat apa belum. Dan Nayla udah liat kok. Kamu cuma mau ketemu dia doang kan? Ngaku..."
Alif yang ditodong oleh sahabatnya itu hanya bisa diam. Ia tidak bisa menyanggah ataupun menjawab.
"Udah ah... keburu tamunya pada dateng ntar." ucap Alif lalu mengajak Irfan menggotong sofa yang tinggal 2 lagi.
***
Dilain tempat, tepatnya di dapur. Zahra sibuk membantu Nanda membersihkan sendok. Ia berusaha menghilangkan ingatannya tentang sanggahan Alif tadi. Serta menghilangkan semua perasaannya. Termasuk rasa sukanya pada laki-laki yang tidak pernah melihat kearahnya. Lelaki yang mungkin tidak menganggapnya ada.
Selesai dengan semua pekerjaannya. Kini sudah saatnya para tamu undangan dan temen-teman Nanda datang. Satu per satu sudah datang dan memasuki rumah Nanda. Disambut ramah oleh kakek, ayah dan suami kakaknya Nanda yang baru pulang dari kantor.
Sedangkan para ibu-ibu ditambah Alif dan Irfan menunggu di dapur.
Tampaknya tamu undangan sudah hadir semua. Tinggal teman-teman Nanda yang mungkin memilih datang setelah acara intinya selesai.
Setelah semua hidangan telah tersaji. Ayah Nanda mengambil perhatian semua tamu undangan. Ia mengatakan sepatah dua patah kata menyambut kedatangan para tamu undangan. Setelah itu Pak Sarto -ayah Nanda- menyerahkan acaranya kepada Ustadz Samsul. Acaranya dimulai dengan pengajian. Pembacaan ayat suci Al- Qur'an. Dilanjut dengan pemotongan rambut bayi mungil anak dari kakaknya Nanda.
Setelah selesai. Acarapun ditutup dengan doa. Mendoakan si bayi supaya kelak menjadi anak yang sholeh. Anak yang berbakti pada orang tua. Anak yang berguna untuk agamanya. Anak yang bisa menetuskan perjuangan dalam membela agamanya.
Baru lah setelah itu acara yang ditunggu-tunggu para tamu undangan. Yaitu makan makan.
Zahra dan Carla ikut membantu Alif dan Irfan menghidangkan makanan inti.
Belum selesai mereka mengeluarkan hidangannya. Tiba-tiba ada yang beruluk salam. Satu rombongan masuk kedalam rumah. Pak Sarto pun menyambut kedatangannya dengan ramah.
Tapi rombongan itu malah digiring masuk ke ruang tengah. Dipisah dari para tamu undangan.
"Lhoh pak Syaiful." sapa Irfan. Irfan terlihat terkejut karena mendapati rekan guru nya juga datang. Setahunya pak Syaiful tidak ada hubungan saudara dengan Nanda. Rumahnya pun jauh. Jadi untuk apa pak Syaiful datang? Begitu kira-kira isi kepala Irfan.
Nanda yang baru keluar dari dapur langsung menyalami tamunya yang baru datang. Nanda tampak begitu akrab dengan keluarga pak Syaiful. Bahkan Nanda tidak merasa canggung saat di goda oleh salah seorang yang juga datang bersama rombongan. Nanda malah terlihat tersipu malu.
Saat acara makan-makan selesai. Pak Sarto mengajak tamunya untuk bergabung di depan. Begitu juga teman-teman Nanda. Mereka juga diajak duduk bersama di ruang tamu.
Karena sudah penuh, Zahra dan Carla tampak kebingungan. Mereka mengedarkan pandangan mencari tempat yang masih bisa mereka duduki, tapi hasilnya nihil.
Hingga lambaian tangan Irfan menyita perhatian kedua gadis yang masih berdiri tersebut. Irfan memberi kode supaya mereka duduk di dekatnya.
Zahra langsung menolak. Ia menggeleng. Mana mungkin ia menerima tawaran tersebut, lalu duduk bersebelahan dengan alif. Zahra tak sanggup dan pasti itu tidak akan ia lakukan mengingat agamanya melarang antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahromnya bersentuhan. Derduaan. Tindakan yang mendekati zina. Walaupun hanya duduk berdampingan tidak menutup kemungkinan mereka akan bersentuhan. Jadi Zahra dan Carla lebih memilih menghindarinya.
Acara pun kembali di mulai karena tiba-tiba ada seseorang yang kembali mengucapkan salam. Serentak menjawab salamnya. Lalu orang tersebut mengutarakan niatannya. Niatan yang membuat para tamu undangan yang lainnya terkejut. Begitu juga dengan teman-teman Nanda. Karena Nanda memang tidak pernah bercerita. Acara selanjutnya ternyata acara lamaran sekaligus pertunangan Nanda bersama pak Syaiful.
Carla menyenggol lengan Zahra, memberi kode pada sahabatnya supaya mengukiti arah pandangnya. Tak jauh dari mereka duduk. Irfan yang terkejut sampai tidak sadar membuka mulutnya lebar. Carla dan Zahra hanya bisa menahan tawanya.
Irfan terlihat sangat konyol.
****
Setelah acara selesai kini tinggal menunggu acara berikutnya yaitu rapat panitia reuni.
Acara akan diadakan pukul 1 siang masih ada waktu satu jam lagi. Berhubung sudah masuk waktu dzuhur maka semuanya pun bersiap untuk sholat dzuhur lebih dahulu. Mereka hendak sholat di masjid yang letaknya tidak jauh dari rumah Nanda.
Seusai sholat ternyata para anggota panitia sudah datang. Irfan pun memulai acaranya agar tidak kesorean.
Kali ini yang dibahas adalah sumber dana dan anggaran biaya.
Carla yang bertugas sebagai bendahara pun ternyata sudah menyiapkan rincian anggaran dana yang di butuhkan. Ia menyerahkannya pada Irfan untuk selanjutnya dibacakan. Dan meminta pendapat anggota lainnya apakah masih perlu tambahan atau tidak.
Semua sudah setuju dengan anggaran yang di rinci Carla tinggal mencari sumber dananya.
Amri yang sedari tadi diam, kini membuka suaranya. "Gimana kalau setiap yang akan hadir dikenakan biaya? Dan untuk yang mampu supaya menyumbang. Jadi teman-teman kita yang kurang mampu tetap bisa hadir. Nggak ada alasan lagi untuk nggak hadir."
"Setuju sih sama Amir. Jadi nanti tugasnya Carla untuk menghubungi teman-teman yang kiranya sudah mampu. Maukah mereka menyumbang." kini Widi juga ikut bersuara.
"Oke, baiklah. Kalau begitu sekalian saja. Apa dari teman-teman semua ada yang ingin menyumbang?" tanya Carla.
"Aku, Car.." Amir kembali tunjuk jari.
Carla bersiap untuk mencatat. "Iya, Mir?"
"Aku mau nyumbang suara aja. Aku mau nyanyi."
"Jangan...." serempak, semuanya menolak sumbangan dari Amir karena mereka tahu jika Amir tidak memiliki suara yang bagus.
Amir pun menekuk wajahnya. Merasa kesal dengan teman-temannya.
"Kalau gitu. Untuk konsumsi aku yang bayar." Alif yang dari tadi hanya mendengarkan kini juga bersuara.
Carla mencatatnya.
"Tapi maaf teman-teman. Bagaimana kalau untuk setiap orang yang datang kita wajibkan membawa buku bekas, atau pakaian layak pakai, minimal satu. Yang nantinya bisa kita sumbangkan kepada panti asuhan atau anak jalanan. Jadi acara ini bukan hanya untuk sekedar temu kangen tapi juga bisa bermanfaat." Zahra ikut bersuara.
"Wuiiihhh ide Nayla cemerlang..oke aku setuju." Irfan mengacungkan dua jempolnya. Disusul Amir dan Widi. Lalu semuanya ikut mengangguk menyetujui.
"Kalau gitu sudah ya? Rapat selanjutnya kita akan bahas persiapannya. Jangan lupa tugasnya masing-masing. Seksi dokumentasi. Seksi hiburan. Seksi konsumsi dan dekorasi. Harap segera menyiapkan. Apalagi untuk Alif dan Nayla kalian harus segera mensurvei lokasi, konsumsi dan dekorasinya. Tugas kalian yang paling banyak. Mengingat acara ini akan diselenggarakan setelah hari raya idhul fitri. Dan itu tinggal menghitung hari. Mungkin hanya tersisa 40 hari lagi."
Semua mengangguk.
"Ya sudah sebelum saya tutup...." ucapan Irfan terpotong karena Carla kembali mengangkat tangannya.
"Maaf. Ada pengumuman." ucapnya kemudian.
"Apa kamu mau nikah. Ya ampun aku belum siap. Aku belum diangkat jadi PNS. Tunggu dulu ya." Irfan kembali melancarkan serangannya.
Carla yang mendengar itu hanya memutar bola mata malas. Malas meladeni gombalan sobek Irfan.
"Kadi gini. Mulai saat ini kalau panggil Nayla jangan lagi Nayla tapi Zahra." lanjut Carla membuat sebagian teman-temannya bingung.
"Kenapa?"
"Kok ganti?"
"Ada apa?"
"karena ada seseorang yang nyuruh dia ganti nama panggilan." jawab Carla lalu tersenyum penuh arti pada Alif dan juga Zahra.
"Oooooooo" serempak teman-temannya membulatkan bibir mereka.
"siapa Nay..eh Ra..cieeeee..."
Mendengar godaan teman-temannya zahra hanya bisa menunduk menyembunyikan rona di pipinya. Tapi kemudian ia penasaran akan ekspresi alif. Ia melirik dari bawah kerudungnya. Ternyata Alif tetap memasang wajah cueknya.
"wah kayaknya ada yang bakal nusul Nanda nih.." celetuk salah satu temannya.
"ah abang sakit hati dek.." sahut Amir yang mendrama.
"Bukan gitu teman-teman. Hanya saja ditempatku ngajar ada anak yang namanya sama jadi terkadang susah untuk manggilnya. Saat kami bersama dan hanya salah satu diantara kami yang di panggil. Kami malah menoleh bersamaan. Jadi atas usul seseorang, aku merubah nama panggilan saja." Zahra menjelaskan panjang lebar tapi akhirnya ia kembali menunduk malu saat menceritakan seseorang yang mengusulkan tersebut. Pasalnya orang itu kini tengah duduk di depannya. Juga tengah mendengarkan penjelasannya.
"Tapi kalau teman-teman lebih nyaman dengan memanggil nama Nayla, aku juga nggak keberatan kok." lanjutnya.
Dan yang semakin membuat Zahra semakin malu. Zahra menangkap sebuah lengkungan di bibir pria itu. Senyuman yang dari dulu selalu membuat jantung Zahra melompat-lompat.
Tbc.
Buat yang nunggu cerita ini di next, maafkan karena baru bisa lanjut sekarang, karena ada berbagai alasan yang membuat cerita ini tidak langsung saya next. Padahal sudah saya ketik, hanya tinggal direvisi.
Semoga suka.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top