The Egg and Fairy

Mia menatap lamat-lamat buku berdebu yang kini ada di tangannya, gadis berumur 10 tahun itu bahkan sekarang dapat kerasakan jantungnya yang berdebar kencang.

Aku menemukannya!

Dalam euforia itu dia lalu mengangkat tinggi-tinggi buku seberat 5 kg dengan ukuran 50 × 30 cm itu.

"Mia! Kamu dimana?"

Dengan cepat dia menyembunyikan buku itu di dalam gaunnya yang cukup besar, sebelum pintu kamar itu terbuka.

"Kamu nyari nenek ya? Nenek lagi di ruang makan." ucap Ibunya
"Oh ya jangan lupa hari ini kita akan pergi piknik jadi cepatlah ganti bajumu. Ibu mau menyiapkan bekalnya."

"Baik." sahut Mia lalu melangkah keluar dari kamar neneknya.

Dia lalu menaruh buku besar itu dibawah tempat tidurnya.

Sebenarnya dia ingin nenek yang membacakan isi yang terdapat dalam buku itu, namun neneknya yang sekarang terkena penyakit pikun itu selalu lupa dengan janjinya untuk menceritakan beberapa mitos.

Mia tentu saja mengerti dengan kondisi neneknya itu, maka dengan segenap keinginan dan tekadnya ia masuk ke dalam kamar nenek dan mengambil buku yang berisi kumpulan mitos dan cerita epos itu.

***

"Mia, kamu habis ngapain semalam?" tanya Ibunya di meja makan.

"Habis belajar Bu." ucap Mia dengan sedikit kebohongan. Semalaman dia membaca buku yang tebalnya diatas 300 itu.

"Lain kalo jangan belajar sampe larut, nanti kamu berubah menjadi panda lho." ucap Ayahnya sambil mengacak rambut pendeknya.

"Hu-uh! Rambutku jadi berantakan!" ucap Mia sambil membetulkan posisi poninya.

"Jangan goda anakmu lagi, nanti dia marah." ucap Ibu

"ma... ma... maam...."

Mia menoleh kearah adiknya lalu menganbil pisang yang ada di meja.

"Lapar ya? Buka mulut...."

Gadis kecil yang disampingnya lalu menggenggam pisang yang sudah terkelupas itu. Mia lalu melepas genggamannya membuat tangan-tangan kecil itu yang sekarang menguasai buah itu sepenuhnya.

***

Mia berjalan pulang dari sekolahnya sambil mengingat-ingat pelajaran matematika yang di ajarkan oleh gurunya tadi pagi.

"Ah... sepertinya aku salah jalan lagi." ucap Mia begitu tersadar kalau dirinya sekarang berada di jalan yang sangat sepi dengan pohon pinus yang menjulang tinggi.

Entah sudah keberapa kalinya dia begini, mungkin dia harus menghilangkan kebiasaanya belajar sambil berjalan.

"Semoga sup dirumah tidak keburu habis." ucapnya sambil berbalik, namun ekor matanya menangkap benda berwarna putih diantara semak berwarna hijau tua.

Dia mendekatinya dan menemukan bahwa benda berwarna putih itu berbentuk agak lonjong.

Mia membuka tasnya dan memasukkan benda asing itu kedalamnya.

Sesampainya dirumah mia mulai meneliti asal muasal benda lonjong itu.

Benda itu seukuran kelapa, dengan bentuk lonjong dan sedikit lebih panjang.

Mia mengocoknya dan dia dapat mendengar bunyi air di dalamnya. Otaknya mulai berfantasi.

"Jangan-jangan ini telur Naga!" ucapnya setengah berteriak.

Dengan semangat menggebu-gebu ia pun mengambil buku usang neneknya dan membaca bab yang berisi tentang naga.

***

Mia menatap jendela kamarnya, ia sudah selesai mengerjakan pr dan kini ia memilih untuk melihat bintang dan bulan pada malam hari.

Sebuah cahaya berkelap-kelip melintas di jendelanya membuat mata gadis itu membulat lebar.

"Aku akan pergi menangkap kunang-kunang!" ucapnya sambil mengambil tasnya dan jaring penangkap serangga.

Mia keluar melalui jendela lalu dengan semangat mulai menangkap serangga yang berpijar itu.

Ia juga tak lupa membawa telur kesayangannya, ia tak berani membiarkan benda bulat-lonjong itu sendirian di kamarnya.

"Satu, dua,...lima!"

Mia lalu memasukkan toples yang berisi kunang-kunang itu ke dalam tasnya.

Dia lalu melihat sekeliling, sepertinya saat ini dia tersesat.

Pohon-pohon yang tinggi terlihat menghalangi cahaya bulan yang ada membuat Mia sedikit takut.

Karena terlalu asik memburu kunang-kunang dia jadi lupa waktu dan tempat.

Cukup lama ia berdiam diri hingga ada banyak kunang-kunang terbang melewatinya.

Tertarik, ia memutuskan untuk mengikuti gerombolan kunang-kunang itu hingga akhirnya ia sampai di sebuah danau.

Dia terkesima dengan banyaknya kunang-kunang yang ada.

Kata buku, kunang-kunang adalah peri yang menyamar saat pergi ke bumi.

Mia lalu melihat sekeliling.

Tapi bagaimana cara mereka merubah wujudnya kembali menjadi peri ya? Pikir Mia

Saat ia melangkah untuk berpindah tempat, ia terpeleset dan jatuh ke dalam danau.

Tangan kecilnya berusaha menggapai-gapai permukaan, namun air memaksanya untuk turun ke dasar.

Mia jangan menyerah! katanya dalam hati menyemangati diri.

Ia akhirnya bisa menggapai permukaan, dengan pelan namun pasti ia akhirnya sampai ke tepian.

Tapi tunggu dulu, bukankah ia tenggelam saat malam hari? Tapi sekarang kenapa langitnya mendadak terang benderang seperti ini?

Mia dapat melihat keanehan di tempatnya berada sekarang, semua pohon terlihat lebih kecil dari biasanya, dan kupu-kupu berukuran lebih besar dari biasanya.

Ia juga dapat melihat berbagai bunga berwarna-warni. Dan waktu angin berhembus beberapa kelopak bunga juga terbawa dan menyapu hidungnya dengan wewangian yang menenangkan.

Hanya ada satu kata yang dapat ia gambarkan tentang tempat ini.

Ajaib!

Tasnya lalu terbang membuat tubuhnya terangkat keatas.

"Kya!!!"

Gadis itu berteriak saat tasnya terbang lebih tinggi dan cepat.

Tas itu dan dirinya lalu jatuh diantara hamparan bunga, Mia dapat merasakan sakit di bokongnya.

Tasnya lalu naik keatas seakan ingin membawanya terbang lagi. Namun Mia tentu saja berusaha untuk menahan tasnya itu, ia tidak ingin terbang dengan kecepatan yang memabukkan.

Sebuah tonjolan terlihat seakan ingin beringsek keluar, Mia menyadari itu dan serta merta membuka resleting tasnya.

Benda itu lalu meluncur dengan cepat kearah samping lalu menabrak sebuah pohon lalu diam.

Mia lalu mendekati benda itu, yang ternyata adalah toples yang digunakannya untuk menyimpan kunang-kunang tadi.

Namun bukan kunang-kunang yang ia temukan di dalam toplesnya sekarang.

"Peri!" seru Mia

Ada lima manusia mungil di dalam toplesnya lengkap dengan sepasang sayap serangga di pinggungnya.

Mia lalu membuka toplesnya dan mengeluarkan lima peri yang terlihat pusing sehabis tabrakan itu.

Salah satu dari mereka terus mengomel dengan bahasa yang tidak dipahami oleh Mia.

"Wahai bocah lancang! Kenapa kau memasukkan kami ke dalam tempat yang pengap itu?" Peri yang sedaritadi mengomel tersebut akhirnya bersua dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh Mia.

"Aku kira kalian beneran kunang-kunang, maaf." ucap Mia akhirnya

"Gesya jangan galak pada anak kecil, lagi pula wajar jika mereka melakukan hal seperti itu, aku pernah ditangkap oleh anak-anak dan sehari kemudian mereka melepasku." kata Peri laki-laki dengan rambut dan pakaian yang berwarna biru gelap.

"Tapi Jazz...."

"Freya, Excel, Iun, apa kalian baik-baik saja?" tanya Jazz tanpa memperdulikan Gesya yang masih kesal.

"All ready Okay!" jawab Excel sambil menunjukkan cengirannya yang khas.

"Baik," ucap Freya peri yang berkuncir dua, sedangkan Iun hanya mengangguk.

Mia masih memandang kelima peri kecil yang sedang ada di dekatnya itu.

Gesya, peri kecil yang tadi mengomel menggunakan baju yang berwarna merah terang, kedua bola mata dan rambutnya juga berwarna merah terang.

Jazz, peri bergender laki-laki dengan sifat yang dewasa.

Excel, peri yang kelihatannya yang paling ceria dan tidak ambil pusing mengenai hal yang tadi terjadi. Memakai pakaian yang berwarna hijau kontras dengan rambut dan matanya yang berwarna kuning.

Freya dan Iun, sepertinya mereka peri kembar, pakaian mereka berwarna coklat dengan gradasi warna pink di ujung rok. Yang membedakan mereka hanyalah gaya ranbut, Freya memiliki rambur panjang dan dikuncir dua sedangkan Iun berambut pendek dan digerai.

Mia lalu memperhatikan sekitar.

"Sudah dulu ya! Aku mau pergi dulu!" kata Mia sambil beranjak dari sana.

Excel menatap kepergian Mia, dia lalu menoleh kearah Keempat temannya.

"Apa menurut kalian baik membiarkan anak manusia itu berkeliaran sendiri?" tanyanya

Jazz masih berusaha untuk menenangkan Gesya yang masih marah-marah dan berniat untuk membalas tindakan Mia yang menurutnya kelewatan. Sedangkan si kembar hanya saling tatap.

"Jazz! Aku akan mengikuti bocah itu!" kata Excel sambil terbang

Si kembar juga mengikuti arah terbang Excel.

Mia bersiul-siul sambil memperhatikan setangkai bunga yang bergoyang-goyang dan berganti-ganti warna.

"Cantiknya...." gumam Mia

"Hai!" sapa Excel tepat di depan Mia membuat gadis kecil itu terkejut dan terjengkal ke belakang.

Freya dan Iun lalu
membantu Mia berdiri.

"Selamat datang di negeri peri!! Namaku Excel dan mereka adalah Freya dan Iun." ucap Excel

Mia melihat kearah Freya dan Iun yang tersenyum dan melambaikan tangannya.

"Namaku Mia, salam kenal." kata Mia sambil mengangkat tangan kanannya mengajak ketiga peri itu bersalam, Mereka lalu mengayun-ngayun jari tangan kanan Mia.

"Tempat ini bagus sekali! Menakjubkan!" kata Mia

"Tentu saja!" ucap Freya lalu terbang mengitari Mia.

Gadis kecil itu dapat melihat serbuk berkilauan yang menempel ditubuhnya.

"Oke, saatnya kita untuk terbang!" kata Excel sambil mengepakkan sayapnya keatas, tubuh Mia terangkat dari tanah dan melesat terbang mengikuti arah Excel.

Sedangkan si kembar terbang di sisi kanan dan kiri gadis itu.

Excel terus mengoceh tentang daratan Peri yang merupakan salah satu tempat terindah di dimensi ini. Sesekali mereka terbang rendah si dekat pepohonan sehingga Mia dengan mudah memetik apel atau buah lainnya.

"Apakah ada tempat dimana para naga tinggal?" tanya Mia

"Ada, tempatnya berada di dekat gunung berapi." sahut Freya

"Walau begitu suhu disana tidak terlalu panas, kata si tua Bob ada pohon berdaun merah dan daunnya terlihat menyala-nyala seperti api." sambung Excel

"Jangan panggil Tuan Bob dengan sebutan seperti itu!" kata Iun sambil memukul pundak Excel

Tiba-tiba terdengar suara berisik dari balik pepohonan di depan mereka. Sepersekian detik kemudian Mia dapat melihat seekor banteng berlari kearah mereka.

"Jangan bilang kau mengusili dia lagi." kata Iun sambil menatap Excel

"Yah... mau bagaimana lagi... itu kan hobiku." ucap Excel

"Awas!" seru Freya saat banteng itu melempar pohon-pohon besar di depannya.

Ketiga peri itu sontak terbang dengan cepat dan acak.

"Mia!" seru Excel seakan baru mengingat sesuatu. Mia terbang dan berpindah tempat dengan bantuan mereka. Tentunya saat ketiga peri itu kelabakan Mia hanya bisa melayang di atas tanah.

Namun sebelum pohon itu menyentuh gadis itu, sesuatu seperti kaca mengelilinginya dan melindunginya dari serangan banteng itu.

Gesya terbang menukik dan membuat pohon-pohon tadi terbelah-belah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.

Jazz lalu mengikat banteng itu menggunakan cahaya yang berbentuk seperti tali.

"Freya! Iun!"

Si kembar lalu terbang  diatas si banteng sambil membaca mantra, lalu timbullah simbol-simbol yang tidak dimengerti oleh Mia diatas si banteng lalu menghisapnya.

Pelindung Mia menghilang, Excel membantunya turun menapak tanah.

"Kau ceroboh sekali!" semprot Gesya kepada Excel

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Jazz, Mia mengangguk antusias.

"Yang tadi itu keren sekali!"

Pipi Si kembar langsung bersemu merah.

"Pelindung tadi... bukannya itu pelindung khusus keturunan naga?" ucap Excel sambil mengusap pipinya yang merah karena ditampar habis-habisan oleh Gesya.

"Tapi... tidak mungkin keturunan naga berwujud manusia seperti ini." kata Iun ragu.

"Aku punya telur naga, mungkin itu yang tadi melindungiku."

Perkataan Mia sontak membuat kelima peri itu terkejut, Jazz sampai tersedak saking kagetnya.

"Apa itu benar?!" kata Gesya

Mia mengangguk lalu mengeluarkan telur itu dari dalam tasnya.

"Aku... baru melihatnya sekarang, ini benar-benar telur naga." kata Excel "Selama ini aku hanya membaca di buku."

"Kejadian ini sangat langka, kelahiran naga adalah suatu keajaiban." kata Jazz

"Aku berniat untuk mengembalikan telur ini besok, namun sepertinya nanti juga bisa." kata Mia lalu menguap.

"Apa aku boleh tidur disini? Aku mengantuk sekali." kata Mia sambil menguap.

000

Kelima peri duduk melingkar sedangkan Mia tidur diatas dedaunan dan bunga yang ditata seperti kasur dibawah sebuah pohon rindang.

"Jadi bagaimana?" tanya Excel

"Aku sudah bertelepati dengan tetua, kita harus membantu Mia untuk mengembalikan telur itu."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top