Nugas
Notif dari sebuah chat grup di handphoneku terus berdatangan secara berentetan, aku yang baru saja selesai mandi setelah pulang dari restoran pun mengambil benda itu dan membuka isi chat tersebut. Rupanya itu dari Yamato yang bilang bahwa besok kami harus berkumpul di kantin untuk membicarakan soal tugas yang akan kami kerjakan, yang lain pun menanggapi setuju termasuk aku, besok kami harus benar-benar mendiskusikannya dengan baik supaya tugas ini berjalan dengan lancar. Setelah pesan itu kubalas, kutaruh handphoneku dan kuputuskan untuk tidur.
Besoknya sekitar pagi jam setengah sembilan, aku yang sedang duduk sendirian di bangku kantin pun dikejutkan oleh mereka berdua. Ya, Tae dan Lisa, yang diam-diam mengagetkanku dari belakang.
"Ayolah kalian, ini masih pagi loh." kataku, mereka hanya tertawa cekikikan saja.
"Maaf-maaf, habis kamu rajin banget. Pagi-pagi begini sudah datang." ucap Lisa yang mulai duduk di bangku kosong yang lain.
"Iyalah. Kan ini buat tugas, kalau bukan karena ini juga aku pasti berangkatnya siang."
Tae yang mendengar kami berbicara pun mulai ikut mengobrol juga, "Kalau aku, karena harus memberi makan kelinci sebelum berangkat. Aku jadi kesiangan deh."
"Begitu ya, kelincimu sangat banyak Tae, bagaimana kamu tidur bersama mereka?" tanyaku.
"Ya .... terkadang mereka tidur di sampingku, seperti kucing saja. Dan kabar gembiranya, kelinciku sudah bertambah banyak!!" jawabnya dengan wajah riang yang bahagia. Aku dan Lisa hanya bisa merespon, "Wow."
"Oh ya, ngomong-ngomong dimana mereka? Kok belum sampai?" tanya Lisa yang mengecek jam tangannya.
"Sepertinya sebentar lagi, mereka juga lagi di jalan kok." kataku sambil mengetik di laptop.
Keduanya hanya mengangguk paham, tak lama kemudian dua orang yang dimaksud pun akhirnya datang sambil membawa alat seperti kamera dan perlengkapan lainnya di sebuah tas yang lumayan besar. "Maaf ya kami telat, tadi agak macet di jalan." ucap Futa.
"Santai saja, ayo duduk dulu." kata Lisa.
Mereka berdua pun duduk, sudah lengkap kelompok kami hari ini. Dan saatnya pembahasan tentang pekerjaan kami pun dimulai, "Langsung saja, jadi kita bakal syuting hari ini. Aku sudah minta izin sama yang punya restoran ini." sambil menunjukkan gambar restoran yang sempat kuambil dua hari yang lalu. Ketiga orang yang penasaran itu melihatnya dengan antusias dan serius.
"Kita syuting di sini? Ini restoran baru ya?" tanya Tae.
"Iya, anak pemilik restoran ini kenalannya (Y/n). Jadi dia bisa minta izin dengan mudah sama ayahnya." jawab Yamato.
"Kenalan?" ucap Tae dan Lisa yang tiba-tiba memasang wajah jahilnya, seolah sedang menggodaku. Aku langsung membantahnya, "Heh, aku cuma kenalannya dua hari yang lalu ya, nggak ada yang spesial."
"Hahaha, bercanda."
"Nah, lanjut. Nanti yang bagian rekam Tae dan Yamato, bagian yang disyuting Lisa dan Futa. Sementara aku bagian edit."
"Kamu sendiri yang ngedit? Biar aku bantu." tawar Yamato.
"Terima kasih Yamato, semuanya jelas kan sama tugas yang kubagi?" tanyaku untuk memastikan dan mereka mengangguk dengan setuju. "Baiklah, nanti sekitar jam setengah satu kita langsung pergi ke restorannya."
Setelah perbincangan tersebut, kami berlima pun masing-masing memisahkan diri ke dalam kelas karena jam sudah menunjukkan waktu belajar. Perlengkapan syuting itu dibawa oleh Yamato dan Futa, sementara aku, Lisa dan Tae segera memasuki kelas. Di dalam kelas, Lisa yang sepertinya masih tertarik dengan restoran dan kenalanku tadi pun bertanya kembali, "(Y/n), kenalan kamu anak pemilik restoran ini kan? Ceritain dong ke kita gimana kamu ketemu sama dia."
"Kenapa? Kamu naksir ya sama kenalanku?" ledekku.
"Ih, bukan begitu. Aku cuma mau tahu aja, siapa tahu dia juga kuliah di sini." katanya, Tae hanya angguk-angguk.
Aku pun mulai bercerita, "Jadi, waktu kemarin pas aku pulang, aku nggak sengaja nabrak dia. Dia lagi bawa banyak kardus dan kutanya mau kemana, terus dia jawab mau ke restorannya karena mau buka hari itu juga. Karena penasaran ya aku langsung pergi ke sana, dan parahnya aku malah main tarik tangannya aja."
"Terus dia marah nggak?" tanya Tae.
"Ya marah, aku diomelin. Tapi ngomelnya itu lucu loh. Setelahnya aku langsung disambut sama dia di restoran itu, suasananya beda banget sama restoran lain, kayak perkampungan gitu. Habis itu aku ya pesan makanan."
"Hoh ...." angguk mereka, "Di sana kamu pesan apa?"
"Pesan seblak."
"Seblak? Apaan tuh?" tanya Lisa.
"Itu semacam sup, isinya ada makaroni, sawi putih, sawi hijau, kerupuk basah mungkin ... terus ada mie, sosis, telur dan bakso. Rasanya juga enak kok."
"Ih kayaknya enak deh, jadi pengen nyobain! Apalagi nanti yang di syuting makan itu aku." kata Lisa yang sangat senang dan membayangkan dirinya sedang makan itu. Tae hanya membalasnya, "Yah, padahal aku juga mau. Tapi nanti aku jadi kameramen sih."
"Kalau buat kamu nanti cium baunya aja ya." ledekku lagi.
"Mana puas?" jawabnya dan disambut oleh gelak tawa kami bertiga sebelum akhirnya dosen datang dan siap mengajar kami di pagi hari menjelang siang itu.
***
Usai kelas selesai, kami berlima memutuskan untuk segera ke restoran tersebut. Seperti biasa, suasana di sana ramai oleh para pengunjung. Aoi yang melihat kedatanganku bersama dengan keempat temanku langsung menuntun kami ke sebuah meja yang memang sudah disiapkan untuk kami, "Nah, silahkan pakai dengan nyaman." ucapnya.
"Terima kasih Aoi." balasku dan dibalas dengan senyumannya.
Selanjutnya kami pun segera mengerjakan sesuai dengan yang kami diskusikan tadi pagi, Tae dan Yamato menyiapkan kamera dan kedua orang yang lain segera duduk.
"Enaknya pesen apa nih?" tanya Futa.
"Gimana kalo pesen seblak aja? (Y/n) cerita tadi pagi soal itu, kayaknya enak deh." usul Lisa.
"Seblak? Boleh tuh, sama apa lagi nih? Biar makanannya nggak cuma satu."
Yamato yang sedang memeriksa kameranya pun bilang, "Sama pecel lele aja. Itu juga enak kok."
"Seblak sama pecel lele ya? Yaudah, kita pesen itu aja."
Pesanan itu dicatat dan tak perlu waktu lama hidangan tersebut pun datang. Para kelompokku yang sudah siap pun kemudian memulai syutingnya, dimulai dengan hitungan mundur dari Tae. Futa dan Lisa segera berakting seperti seorang food vloger yang biasa ada di YouTube maupun televisi, "Hai semua! Sekarang kita lagi ada di restoran Wakakusa nih. Tuh liat, suasananya beda banget temen-temen, kayak tradisional begitu." ucap Lisa sambil memperlihatkan interior restoran itu.
"Iya, restoran ini unik banget ya. Oh ya nggak cuma itu, di depan kita juga udah ada makanan khas restoran ini nih. Kayaknya enak-enak, kita cobain yuk, let's go!" kata Futa dan mulai menyendok kuah seblak tersebut, dengan ekspresi sedikit terkejut dan kagum dia pun bilang, "Mmmm .... enak banget!! Ini namanya seblak ges, rasanya agak pedes sih, tapi ini enak." katanya seraya memakan suapan demi suapan yang masih terasa panas itu. Kemudian dilanjut oleh Lisa yang mengambil sepiring pecel lele,
"Dan, hidangan satu lagi yaitu pecel lele. Ini ikan yang digoreng, terus nanti dimakan pakai sambal dan lalapan ini. Mari kita coba!"
"Makannya langsung pakai tangan aja." kata Yamato.
"Eh? Langsung pakai tangan?"
"Iya, biar lebih mantap."
"Baiklah, kita langsung pakai tangan makannya. Selamat makan." ucapnya dan memasukkan satu suapan ke mulutnya, "Hmm, ini juga enak. Daging ikannya berasa banget di mulut, rasanya juicy gitu loh! Ya ampun, enak banget!"
Syuting itu pun berlangsung selama hampir satu jam hingga keduanya pun kenyang. Setelah itu rekaman itu pun selesai dan ditutup dengan segelas es kelapa muda yang menyegarkan, "Seger banget! (Y/n), kamu pintar deh pilih tempat makan yang enak kayak gini. Besok-besok aku kayaknya langganan di sini."
"Futa benar, makanan di sini enak-enak. Apalagi es nya ini."
"Terima kasih Futa, Lisa. Ini juga karena aku iseng aja milih restoran ini. Syukurlah kalau kalian suka."
Tae yang berada di belakangku menepuk bahuku dengan pelan, "(Y/n), gimana kalau kita juga makan? Aku lapar banget sejak lihat Lisa sama Futa makan."
"Aku juga lapar." ucap Yamato.
"Ah iya juga, yasudah kalau begitu ayo kita makan dulu. Terserah mau pesan apa, nanti aku yang bayar." kataku, kedua orang itu langsung berbinar dan mulai memesan, "Kalau gitu, aku mau nambah ini dong, kue putu ayu. Mumpung lagi ditraktir sama (Y/n)." ucap Futa.
"Khusus itu bayar aja sendiri ya." ucapku.
"Loh ....?" balasnya dengan tatapan lesu, yang lain hanya tertawa saja melihatnya.
***
"Terima kasih kerja kerasnya hari ini."
"Terima kasih juga, semangat ngeditnya ya!"
"Iya!"
Ketiga orang itu pulang ke rumah masing-masing, kini hanya aku berdua saja dengan Yamato untuk melakukan pengeditan vidio. Kami memutuskan untuk mengerjakannya di rumah Yamato yang memang tidak terlalu jauh dari restoran tadi, mengerjakannya di ruang tengah sambil memakan sedikit cemilan kue mochi. Kami bekerja secara bergiliran, mulai dari memilih musik yang bagus, desain untuk vidio tersebut dan beberapa tulisan. Ternyata Yamato sangat jago dalam edit-mengedit, walaupun kelihatannya simpel tapi itu penuh warna dan sangat menarik. Sepertinya yang banyak lebih banyak mengerjakannya adalah dia bukan aku, aku daritadi hanya memandorinya saja.
"Eh maaf ya, aku malah nggak ngerjain."
"Nggak papa kok, biar aku aja yang nyelesain. Kamu tinggal bilang aja kalau misal ada yang mau ditambahin atau dikurangin."
"Iya." anggukku dan menggigit mochi stroberiku.
Kusandarkan tubuhku pada tembok selagi Yamato sedang sibuk mengedit, aku memutuskan untuk menonton tv yang kebetulan sedang memutar acara yang aku sukai. Tapi tak berapa lama, sebuah pertanyaan terucap darinya, "(Y/n), kamu suka sama Aoi ya?"
"Hah?"
"Kamu suka sama Aoi?" ulangnya lagi tanpa menoleh ke arahku.
Aku yang kebingungan pun hanya menjawab, "Enggak kok .... kenapa tiba-tiba nanya begitu?"
"Nanya aja. Soalnya waktu kita berdua ke sana, pas pulang, mukanya tuh kayak malu-malu senang gimana gitu kalau liat kamu. Kayak wah akhirnya kamu datang juga ya!"
Aku memukul lengannya pelan, "Ngawur kamu, muka lagi senangnya dia emang begitu kayaknya. Lagian kalau aku ketemu dia aku juga senang kok, dia orangnya baik."
"Jadi suka cuma sebagai teman?"
"Iyalah, kan kita baru ketemu dua hari yang lalu, apalagi aku juga jarang ketemu kalau nggak di restoran doang."
Yamato hanya tersenyum dan mengangguk, kemudian lanjut mengedit. Aku yang sedikit bingung pun melontarkan pertanyaan, "Kenapa senyum-senyum begitu? Mencurigakan deh."
"Ya aku senang kalo kamu sama dia cuma kenalan doang."
"Dih apaan sih." kataku, tapi Yamato hanya cengengesan.
Kulihat jam yang sudah menunjukkan angka setengah empat sore. Aku pamit padanya dan bergegas untuk pulang sebelum hari semakin gelap, dia mengangguk dan akan menyelesaikan tugas tersebut dengan segera mungkin. Di jalan, saat aku sedang menunggu bus datang, tiba-tiba saja Aoi menghampiriku dan menegurku. "Hei (Y/n)!"
"Aoi?" tanyaku.
"Mau pulang ya?"
"Iya, kamu sendiri?"
"Aku mau balik ke restoranku sih." jawabnya.
"Oh." anggukku dan memutuskan untuk duduk di sebuah bangku yang ada di halte tersebut.
"Kamu pulang sendirian?" tanyanya lagi.
"Iya, memang kenapa?"
"Ya ampun, sudah mau malam hari loh ini. Biar aku mengantarkanmu ya?" ucapnya dengan nada dan raut wajah yang khawatir. Aku merasa tidak enak dan langsung menolak tawarannya, "Tidak usah Aoi, rumahku dekat dari sini kok. Lagipula kamu tadi bilang mau balik ke restoran kan? Takutnya nanti kamu telat gara-gara aku lagi."
"Enggak kok, aku nggak lagi buru-buru. Biar kuantar sampai rumah supaya kamu selamat, oke?"
Aku tersenyum, "Baiklah, kalau begitu terima kasih ya."
"Sama-sama." jawabnya dan dia mulai duduk di sampingku, menunggu bus yang sebentar lagi akan datang. Dan akhirnya bus itu datang tepat waktu, aku ditemani olehnya dan diantar sampai ke rumah, benar-benar sampai depan rumahku. Aku merasa sangat senang dan mengucapkan terima kasih berkali-kali padanya, "Ah sudahlah, yang penting kamu pulang dengan selamat."
"Nanti kamu pulangnya gimana?" tanyaku yang mengkhawatirkannya, takut-takut dia malah nyasar karena tidak tahu jalan.
"Aku bisa pulang sendiri kok, jangan khawatir."
"Ah baiklah, aku percaya kamu bakal baik-baik saja."
Aoi tersenyum, telapak tangan kanannya mendarat di kepalaku dan mengelus rambutku dengan pelan. Seketika itu juga jantungku berdegup, aku juga kaget saat dia melakukan hal seperti itu. Kulihat wajahnya yang tersenyum dengan manis, "Masuklah, udaranya mulai dingin."
Aku mengangguk dan segera membuka pintu rumahku, sebelum dia pergi kulambaikan tanganku padanya sebagai ucapan perpisahan. Dia membalasnya dan berkata, "Sampai jumpa lagi, (Y/n)."
"Ya, sampai jumpa lagi, Aoi."
To be continued
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top