Ide
Tahun ini adalah tahun yang benar-benar membuat kami sibuk, selain dengan tugas kuliah yang bertumpuk dan tak ada hentinya aku juga disibukkan dengan kegiatan baru, ya sebuah tugas untuk membuat vidio. Temanya bebas terserah kami mau isinya apa yang penting harus dikerjakan dan dikumpulkan sebelum deadline, katanya sih untuk tugas akhir. Kelompok untuk tugas kali ini aku bersama dengan dengan dua orang laki-laki dan dua orang perempuan, laki-laki itu Yamato dan Futa sedangkan perempuannya Lisa dan Tae, kami berlima pun memutuskan untuk membuat suatu vidio tentang kuliner yang ada, seperti channel review makanan di pinggir jalan.
Aku yang bertugas sebagai tim kreatif harus pintar-pintar mencari tentang ide ini, bahkan setelah kucari-cari di sosial media ternyata sudah banyak yang membuat konten seperti itu. Haaah mataku sampai sakit karena sibuk mencarinya di komputer lab, kuregangkan tubuhku yang juga sudah mulai kaku itu, dari arah belakang dua orang perempuan itu menepuk bahuku,
"(Y/n), sudah dapat ide nya?" tanya Tae.
"Belum." jawabku sambil menggeleng.
"Sudah jangan terlalu dipaksa. Bagaimana kalau kita makan siang dulu, ini sudah lewat jam makan sih." kata Lisa sambil melihat jam tangannya.
"Boleh."
Akhirnya kami bertiga memutuskan untuk makan di kantin kampus dan memesan beberapa makanan, dan ternyata dari arah samping yang berupa meja makan sudah ada Futa dan Yamato yang lebih dulu sampai. Kami menghampiri mereka dan duduk bersama, aku mengawali percakapan dengan sebuah pertanyaan,
"Kalian berdua bagaimana, apa sudah dapat ide juga?"
"Aku belum ...." jawab Futa.
"Sama." sahut Yamato.
"Tugas akhir ini sangat membingungkan, ah tapi bagaimana kalau kita rekam kegiatan kita sedang makan ini? Itu bisa jadi ide untuk tugas bukan?"
"Ya kamu benar Lisa, tapi sepertinya itu sudah ada yang buat. Lagipula makanan di kantin ini juga sudah banyak yang review karena banyak yang jual." ucapku lagi.
Lisa tampak kecewa karena idenya terdengar pasaran, tak ada percakapan lagi dan kami hanya fokus pada makanan masing-masing. Tapi tak lama kami berbincang-bincang hal lain, Tae yang duduk di sebelahku berusaha menyemangatiku agar tidak sedih dalam tugas ini, katanya ia akan membantu sebisa mungkin. Sore harinya setelah kelas selesai, aku memutuskan untuk langsung pulang sementara keempat temanku ingin pergi ke suatu tempat yang mungkin saja bisa menjadi bahan konten nanti.
Kulangkahkan kaki ku melewati jalanan yang ramai dengan kendaraan dan beberapa toko yang mulai menyalakan lampunya. Berbagai macam makanan pun mulai dijual dan bau harumnya sangat menyeruak di hidungku, tapi itu sama sekali tidak membuatku merasa lapar, justru aku malah semakin kepikiran dengan tugas, hingga tak sadar aku menabrak seseorang.
BRAKK
"Aduh ...."
"Aduh .... maaf saya tidak lihat." kataku sambil mencoba bangun.
"Tidak apa-apa, saya juga minta maaf." katanya.
Aku berdiri sambil menepuk celana panjang ku yang kotor karena debu itu, kulihat orang yang kutabrak tadi itu pun melakukan hal yang sama denganku. Orang itu kemudian melihatku sambil tersenyum, "Kamu tidak apa-apa kan?"
"Iya aku baik-baik saja."
Kulihat di tangannya tampak memegang sebuah tas yang entah apa isinya, ia kembali menenteng tas merah itu dan mulai berjalan ke arah berlawanan dariku. Aku merasa penasaran dan mencoba bertanya, "Maaf .... anda mau kemana?"
"Hah?" dia menoleh lalu menjawab, "Aku mau ke sana, orang tuaku baru membuka restoran hari ini. Kalau kamu mau kamu bisa datang ke sana."
"Restoran?"
"Iya, orang tuaku sih yang mengelola."
Kesempatan! Sepertinya aku harus berkunjung ke sana untuk mengetahui menu apa yang dia punya, dan seperti yang dikatakannya tadi dia baru saja membuka restoran itu, dengan sigap aku langsung menarik tangannya untuk mengajakku ke tempat itu langsung, "Aku mau kesana, ayo tunjukkan jalannya."
"Eh ... tu-tunggu ..." katanya karena tangannya kutarik, aku memang berjalan sangat cepat hingga berlari kecil dan sampailah kami di sebuah gedung kecil yang sudah rapi itu. Ia menarik tangannya, wajahnya agak kesal dan tanpa sadar ia mengomeliku, "Sudah kubilang tunggu dulu! Tidak usah main tarik-tarik begitu!"
"Maaf-maaf, tadi aku terlalu bersemangat."
"Huuuh ya sudahlah, untung saja tidak jatuh lagi. Kalau begitu kamu tunggu saja dulu di luar, biar aku siap-siap dulu."
"Oke."
Pemuda surai pink itu kemudian masuk ke dalam restoran tersebut, aku menunggunya di luar selama lima menit. Langit sudah mulai gelap sementara aku malah mampir dulu kemari, yah tapi bukan suatu hal yang buruk juga aku kesini. Tak lama ia membuka pintu restoran itu dan mempersilahkanku untuk masuk. "Silahkan masuk."
Saat pertama kali aku masuk suasana di sana sangat berbeda, tidak seperti restoran yang pernah kukunjugi, tempat itu memiliki interior rumah kayu dan atap yang langsung memperlihatkan genteng-genteng, seperti rumah di daerah Jawa. Aku duduk di salah satu bangku, ia mulai membawakan buku menu dan memberikanku segelas air.
"Silahkan dilihat dulu."
"Baik."
Buku menu itu kubuka dan terlihatlah menu yang sangat-sangat berbeda, ada pecel lele, ayam geprek, dan lain-lain. Ini bukan makanan Jepang yang biasa kumakan, lebih tepatnya ini adalah makanan Indonesia. Ya negaraku ini memang banyak dikunjungi oleh orang asing salah satunya Indonesia, dan karena aku penasaran juga akhirnya aku memilih untuk memesan salah satu menu yang seperti sup itu, "Aku ingin pesan yang ini."
"Coba kulihat." katanya, "Oh itu ya, baik. Mau pedas atau sedang saja?"
"Sedang saja."
"Baik, mohon ditunggu pesanannya."
Setelah ia menulis pesananku di buku catatan, ia kembali ke dapur untuk memberikan pesanan tersebut. Selagi menunggu aku memilih untuk bermain ponsel saja sambil mengambil beberapa gambar restoran yang baru buka itu, tujuannya tentu saja untuk dikirimkan ke teman-temanku, siapa tahu mereka penasaran dan ingin berkunjung kemari. Setelah beberapa menit, pesananku sudah datang.
"Terima kasih telah menunggu, ini pesananmu." ucapnya sambil meletakkan sup itu.
"Terima kasih."
Hidangan itu memang terlihat seperti sup, tapi itu bukan sup sih. Aroma yang sangat menyengat tercium dari makanan itu, walau agak aneh tapi aku tak terlalu mempedulikannya, satu suap kumasukkan ke mulutku, rasa panas dan pedas itu membuat lidahku kepanasan, kemudian aku mengambil beberapa suap lagi sambil menebak-nebak rasanya.
"Bagaimana? Apa terlalu pedas?"
"Ah tidak kok, ini enak sekali. Tapi rasanya kuat sekali ya."
"Benarkah? Aku juga baru belajar memasak makanan itu sih, jadi belum terbiasa."
"Begitu ya, oh iya kalau boleh tahu apa nama makanan ini?"
"Namanya seblak, makanan ini khas daerah Jawa Barat. Aroma yang tercium kuat itu berasal dari kencur."
Wah aku baru tahu jika ada makanan asing yang bisa seenak ini walau baunya sangat menusuk hidung, entah karena lidahku yang cocok atau memang aku yang lapar karena ini juga sudah masuk waktu makan malam. Tanpa sadar makanan itu sudah kuhabiskan, rasanya benar-benar enak. Lelaki itu hanya tersenyum saja karena tahu masakannya itu sangat disenangi oleh tamu pertamanya. Selesai makan aku beristirahat sebentar, karena masih sepi dan dia juga sedang bersih-bersih aku panggil saja,
"Kamu .... bisa kita membicarakan sesuatu?"
"Ya baiklah."
Ia menghampiriku dan duduk tepat di kursi di hadapanku, "Apa yang mau kamu bicarakan?"
"Begini, sebelumnya kuperkenalkan dulu namaku. Aku (Y/n), aku mahasiswa dari Universitas XX. Sebenarnya ini tentang tugas akhir di kampusku, kelompokku ingin membuat sebuah vidio tentang wisata kuliner, tapi kami kebingungan karena sudah banyak orang yang melakukannya. Aku ingin membuat sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada, jadi bolehkah kami memakai restoranmu ini sebagai bahan konten kami?"
"Tunggu, bahan konten? Apa kamu seorang youtuber?"
"Bukan-bukan .... ini untuk tugas saja."
"Ah begitu ya, padahal aku bakal senang sekali kalau ada youtuber yang mengontenkan restoranku di channelnya." ucapnya lesu.
"Haha sayangnya aku bukan youtuber. Jadi bagaimana, apa boleh?"
Pria berambut pink itu terdiam sejenak sambil berpikir, aku hanya menunggu jawabannya saja, kuharap ia memperbolehkanku untuk memakai restorannya sebentar saja untuk dividiokan. Tapi dia malah menggeleng, "Maaf (Y/n) san, bukannya aku tidak mau. Tapi ini harus dibicarakan dengan orang tuaku dulu."
"Tidak masalah, aku akan menerima apapun keputusannya. Jika tidak boleh juga tidak apa-apa, aku tidak memaksa kok."
"Hei aku kan belum bilang tidak boleh. Aku akan bicara pada orang tuaku dulu untuk izinnya."
Aku sangat senang, dia sangat baik hati, aku memegang tangannya sambil terus mengucapkan, "Terima kasih .... terima kasih banyak."
"Ah ya .... ya .... tidak usah terlalu berlebihan (Y/n)."
"Oh iya, kalau boleh tahu siapa namamu?"
"Aku Aoi Wakakusa, panggil saja Aoi."
"Baiklah Aoi, terima kasih atas bantuanmu."
"Sama-sama."
Setelah itu aku membayar makanan yang tadi kupesan sambil terus mengucapkan terima kasih, ia juga sangat senang dan mengucapkan hati-hati saat aku ingin pulang. Akhirnya bahan untuk tugasku sudah dapat, sekarang tinggal kuberitahukan saja pada teman-temanku tentang tempatnya dimana dan seperti apa. Aku tidak boleh melewatkan kesempatan emas ini.
To be continued
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top