Sekedar
Kadang merasa sendiri, membiarkan luka berdarah. Biar, sampai dia membeku sendiri.
Tak ada yang peduli. Menepi seorang dia. Dunia seakan menjauh, kendati hati teramat membiru. Tunggu sampai ia menghitam. Sembilu mengiris, melilit, sampai tak bisa bernapas. Sesak. Ruang makin menyempit, atau mungkin sudah tak ada.
Sepi jadi teman baik.
Tak ada lainnya, semua seakan menutup mata dan telinga. Atau mungkin mereka tuli dan buta?
Dan yang dirasa, hanya diri yang merasa seperti ini. Hanya ia seorang. Tak ada yang merasa seperti ia.
Atau kah ia yang berpandangan sempit?
Belum sempat luka mengering. Hantaman datang sili berganti. Tak lihat waktu, maupun keadaannya.
Bermimpi sendiri.
Berkhayal sendiri.
Cerita sendiri.
Semua terpendam sendiri.
Dunia begitu ramai, namun kenapa diri masih merasa sendiri?
Berpikir seorang diri. Masih adakah yang mau meminjamkan punggung untuknya, sebentar. Sampai badai reda.
Adakah yang mau meminjamkan paha, sekedar tempat menaruh kepalanya. Yang berat. Menyimpan sebongkah pertanyaan yang menggunung. Pikiran yang berkecambah. Sebentar saja, sampai ia sedikit lega. Bisa menegakkan kepalanya sendiri. Memberi sedikit energi untuk menerima tamparan kembali.
Adakah yang mau menariknya dalam hangat pelukan. Sedikit saja membuatnya mengerti, apa itu kasih sayang.
Karena baginya dunia teramat kelam. Sekedar untuk menetap.
.
.
-alunanmalam
101117
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top