(Tiga)

Kirana menatap Taduh dengan bertanya-tanya, apa yang dilihatnya sekarang persis seperti film yang tak pernah dilihat di dunia nyata. Lihatlah laki-laki itu! rambut gondrong bertelanjang dada, celana pendek yang tidak seperti celana pada umumnya. Ada beberapa assesoris unik melekat di tubuhnya, kalung unik yang terbuat dari semacam tulang yang sudah dibentuk sedemikian rupa, tato kecil yang dibuat melingkar di lengannya, dan sebuah benda yang mirip dengan anting melekat di telinganya.

Belum habis pertanyaan di benak Kirana, dia terkesiap melihat penampilannya saat ini, dia berganti kostum seperti orang primitif juga, kain bercorak khas yang lebih menyerupai sarung. Rasanya Kirana seperti sedang bermain film.

Dia harus fokus dengan kondisi saat ini, semua yang berada di sekitarnya terasa aneh dan membingungkan, laki- laki itu, penampilannya, gubuk kecil serta pohon-pohon tinggi yang berada di sekitar pondok ini.

"Dimana aku? dan ... siapa kau?" ucapnya pada Taduh, Taduh tidak langsung menjawab, dia sibuk menumbuk daun dalam sebuah tempurung.

Beberapa saat kemudian, laki-laki itu bereaksi dan tampak sedikit bingung dengan bahasa Kirana, setelah mencerna sedikit demi sedikit dia akhirnya menjawab.

"Kau sekarat dan aku menyelamatkanmu." Taduh berbicara dengan logat yang aneh dan masih terasa kaku. Kirana kembali bertanya, jawaban Taduh belum begitu memuaskan ingin taunya.

Kirana mulai berfikir dan menemukan ingatannya kembali. Peristiwa tragis yang terjadi pada dirinya.

"Aku ingat, banjir bandang itu," Kirana meneteskan air mata, bagaimana kabar Richard sekarang? apakah laki-laki itu sedang menangis karena kehilangannya, atau malahan dia ikut terseret banjir juga pada saat itu? Jika Richard ikut meninggal, bagaimana nasib pernikahan mereka yang tinggal menghitung hari.

Kirana menenangkan dirinya, dia harus kuat agar bisa kembali berusaha kekondisi semula.

"Siapa namamu?" Kirana memandang Taduh, laki-laki itu tampak tidak begitu peduli, dia lebih tertarik memperhatikan api tungku di depannya. Memainkan kayu bakar di tangannya, sambil sesekali meniup api tungku yang mulai mengecil.

"Taduh."

Kirana tidak berbicara lagi, dia sibuk dengan pemikirannya sendiri, entah dimana dia sekarang, laki-laki itu sangat sulit memberikan keterangan yang jelas dan dapat dipahami Kirana. Dia irit bicara, bersikap tak peduli dan mirip dengan sebuah robot.

Kirana merasa ada yang aneh dengan tubuhnya, bagian pinggang ke bawah terasa mati. Dengan segenap tenaga dia mencoba menggerakkan kakinya, namun uasaha itu sia-sia. Sekuat hati dia menggerakkan kembali kakinya namun nihil, kaki itu berat dan mati rasa.

Dia mengambil kesimpulan bahwa dia sudah lumpuh saat ini. Kenyataan kedua menamparnya sangat kuat, lumpuh? Kirana terisak kecil, bagaimana perikahannya nanti? Jika Richard masih hidup apakah Richard akan tetap menerimanya yang sudah menjadi wanita cacat?

Taduh sudah menduga itu, dia membiarkan Kirana menangis melepaskan kesedihannya. Kenyataan itu akan memukul siapa pun yang menerimanya.

Entah sudah berapa lama gadis itu menangis. Sekarang dia sudah mulai tenang. Kirana sekarang merasa lelah dan lapar, ulu hatinya sakit dan perut melilit pedih.

"Aku lapar," ucapnya kemudian. Taduh mencerna maksud Kirana , setelah Taduh cukup memahami maksud Kirana, Taduh berdiri dan mendekati meja sederhana di samping tempat tidur kayu Kirana, mengeluarkan sebuah makanan yang sangat aneh bagi Kirana.

"Hanya ini yang kupunya di pondok ini."

Kirana memandang bubur itu dengan bimbang. Makanan apa ini? Bahkan dia belum pernah melihat makanan ini sebelumnya. Terlihat menjijikkan.

***

Versi langsung tamat ada di Karya Karsa

https://karyakarsa.com/Gleoriud/sebening-c

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top