(Satu)
Sudah lima hari Kirana berada di lokasi tempat proyek pengembangan pembangunan hotel keluarganya. Lokasi yang sangat asri, hutannya masih perawan dilengkapi dengan sungai yang memiliki air yang sangat jernih. Kawasan ini merupakan tempat yang dekat dengan wisata air terjun terkenal di daerah itu.
Lelah Kirana terbayar dengan hasil kerja karyawan yang hampir mendekati enam puluh persen. Kirana tak pernah puas, di usia mudanya sudah banyak pencapaian kesuksesan didapatkannya. Dia tersenyum melihat kekasih disampingnya, laki-laki yang sudah dikenalnya dari kecil menjalin pertemanan yang akrab dan berubah menjadi kekasih saat mereka sama- sama melanjutkan studinya di Australia.
"Aku rasa satu bulan lagi hotel ini akan selesai". Kirana menatap puas bangunan delapan lantai itu.
"Dan aku berjanji bahwa kitalah pasangan bulan madu yang akan menikmati hotel ini pertamakalinya," jawab kekasih Kirana.
Kirana tersenyum memamerkan lesung pipinya, inilah yang disukainya dari tunangannya yang bernama Richard itu. Mereka sama dalam berbagai hal, tidak pernah bertengkar, selalu mendukung satu sama lain. Richard selalu menuruti apa keinginannya, membantu setiap ambisinya selama ini. Kirana akhirnya menjatuhkan pilihannya kepada Richard setelah laki-laki itu berjuang tanpa hasil selama empat tahun.
*****
Hujan lebat belum juga berhenti sejak kemaren sore dan itu sedikit menghambat pekerjaan proyek. Kirana mulai resah karena hotel ini harus selesai tepat seminggu sebelum pernikahannya, tapi cuaca bulan November memang tak terduga.
Baru saja Kirana meninggalkan tempat duduknya, seorang pria berumur lima puluh tahunan berjalan terburu-buru ke arahnya dalam keadaan basah kuyup, Kirana menangkap ada rasa kawatir yang sangat kentara di mata pria tua itu.
"Ibu Kirana, ada informasi darurat dari pihak desa, hujan yang terus- menerus membuat bagian hulu sungai sebelah timur tertimpa reruntuhan longsor."
Kirana belum merespon dan menunggu kemana arah pembicaraan tersebut.
"Longsor itu membuat akses jalan jadi tertutup tanah bercampur lumpur, sementara lima truk berisi material bahan bangunan terjebak di sana."
"Apa tindak lanjutnya sekarang?"
tanya Kirana tegas, wajahnya masih terlihat tenang walaupun hatinya cukup tidak cemas dengan kejadian ini, hotel ini takkan selesai tepat waktu.
"Kami mununggu perintah dari bu Kirana, bahan sudah habis, kami tak berani memberikan instruksi," jawab pria tua itu.
Kirana berfikir sejenak. "Saya ingin melihat sendiri lokasi kejadiannya, antarkan saya kesana sekarang!"
Pria tua itu menggangguk patuh kemudian mengikuti Kirana dari belakang.
*****
Benar saja, jalan aspal yang cukup lebar itu tertutup semuanya oleh longsor. Kirana berusaha menenangkan dirinya, menghipnotis dirinya sendiri bahwa pasti ada jalan keluar. Hari sudah beranjak sore, warna jingga yang biasa menghiasi langit kawasan wisata sekarang di gantikan mendung bewarna hitam.
"Maaf, bu Kirana. Kita harus segera kepenginapan. Karena sangat berbahaya jika kita berada di sini."
Kirana mengangguk dan segera masuk ke dalam mobil yang pintunya sudah dibuka terlebih dahulu oleh pria tua tersebut.
Sepanjang perjalanan Kirana tak berhenti berfikir. Mobil yang membawa mereka sudah sampai di dekat sungai. Tiba-tiba terdengar bunyi gedebuk keras, diikuti dengan suara ranting patah, belum sempat kebingungan di wajah Kirana tiba- tiba dia melihat air bah yang sangat besar merangkak naik menuju jalan aspal tempat mobilnya sedang berjalan.
Suara hantaman yang sangat keras mengenai mobilnya, air bercampur lumpur hitam beserta ranting pohon sudah masuk ke dalam mobil. Kirana yakin inilah detik-detik terakhir hidupnya, bagaimana reaksi Richard jika mengetahui dia sudah mati. Semuanya sudah gelap dan telinganya pun tuli. Dia sudah mati.
*****
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top