11. Bertemu Baby Hiu
Setelah bersenang-senang di atas udara sambil menikmati pemandangan laut yang begitu jernih. Misca dan Glory memilih untuk membeli beberapa makanan ringan.
"Kesitu bentar, yuk," ajak Misca seraya menarik lengan Glory.
Memang, mata perempuan itu selalu tau dimana letak barang-barang indah. Buktinya Misca langsung bisa melihat dimana beberapa toko menjual pakaian.
"Mau beli yang ini," kata Misca seraya mulai mencocokkan sebuah Dress bernuansa pantai tanpa lengan.
"Ambil aja," kata Glory.
"Sepuluh tolong dibungkus, pak."
"Hah? Sepuluh?" Bola mata milik Glory hampir saja terjatuh ke lantai saking terkejutnya mengetahui sang istri harus membeli baju sebanyak itu. "Satu aja nggak bakal habis seharian, kok."
"Ini oleh-oleh buat teman-teman gue, Glo!"
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
Setelah hampir lima hari berada di Bali, sore ini pasangan suami istri itu harus kembali ke Jakarta. Bukan hanya karena sudah puas menikmati pulau indah dengan segala pantainya, tetapi Misca harus kembali bekerja. Begitu pun dengan Glory, yang masih harus menyelesaikan skripsinya.
Semua barang-barang milik Glory sudah berhasil masuk ke dalam koper, tetapi berbeda dengan Misca yang sedang asyik mengomel karena barang-barang miliknya tidak muat di koper, padahal sebelumnya semua pakaiannya berhasil masuk semua ke dalam benda itu.
"Kenapa, sih? Kok, nggak muat," gerutu Misca pelan, tetapi masih bisa terdengar oleh Glory.
Glory yang sibuk menggeser layar ponsel sembari telentang di atas kasur pun segera beranjak dari tidur menjadi duduk. "Mau gue bantuin gak?"
"Nggak usah. Gue bisa sendiri kok," sahur Misca ketus. Perempuan itu bahkan sudah hampir tiga kali mengeluarkan pakaiannya lalu memasukkannya kembali dan terus seperti itu.
Glory yang melihat itu pun semakin pusing dibuatnya. Pria jangkung itu beranjak lalu meraih koper miliknya yang tergeletak di dekat kursi lalu membawanya ke atas tempat tidur.
Tanpa aba-aba Glory merebut beberapa tumpukan pakaian yang berada di tangan Misca.
"Eh, eh, apa nih?" tanya Misca terkejut saat menyadari tindakan Glory.
"Sebagian simpan di koper gue aja. Masih muat kok."
Misca melirik Glory, lalu mengubah posisinya menjadi berhadapan dengan Glory. "Tapi, nanti susah dong. Gue mau bawa balik baju gue."
Glory menghela napas. "Lo lupa?"
Perempuan yang sudah resmi menjadi seorang istri itu ternyata tidak mengerti maksud dari pembicaraan sang suami. Perempuan itu hanya menaikan sebelah alis dengan kernyitan di keningnya. "Apa?"
"Kita tinggal bareng, Caca!"
Meskipun tidak dalam satu bangunan, tetapi tetap saja mereka memang tinggal bersama. Tepatnya berada dalam kosan yang sama. bahkan kamar mereka bersebelahan. Jadi tidak ada salahnya jika pakaian Misca berada dalam koper milik Glory
"Kok, bisa?" Lagi-lagi perempuan itu terkejut dengan pernyataan Glory.
Glory menghentikan pergerakan tangannya yang masih sibuk mengemas pakaian sang istri. Lalu Glory menghela napas perlahan. "Udah lupain aja."
Misca tak ingin memperdalam rasa keingintahuannya. Perempuan itu hanya mengedikkan kedua bahunya, lalu membantu Glory mengemas pakaiannya.
Butuh beberapa menit hingga akhirnya semua pakaian berhasil masuk ke dalam koper. "Akhirnya," kata Glory merasa lega.
"Glo."
Glory mendongak, menatap telaga bening milik sang istri. Namun, Misca tak menjawab. Perempuan itu justru berlari kecil ke depan kamar dan meraih sebuah kotak berisi sepatu baru yang resmi menjadi miliknya sejak beberapa jam yang lalu.
"Ini simpan dimana?" tanya Misca.
"Masih ada lagi?" Glory justru malah ikut melempar pertanyaan. Pasalnya selama di Bali misca membeli beberapa barang yang menurut pria itu sangat tidak dibutuhkan. "Gue bilang juga apa, kan? Jngn beli barang yang gak dibutuhkan."
"Kata siapa gak butuh?" sewot Misca. "Gue butuh sepatu ini kok buat nanti lari pagi di lapangan samping kosan."
"Ca, lo bisa aja kan beli sepatu di Jakarta. Jadi nggak nambah kapasitas di koper juga." Glory memperingati. "Bahkan beberapa baju yang tadi lo beli aja gak muat di dalam koper lo, Caca!"
"Udahlah. Gue gak mau tau, pokonya sepatu ini harus gue bawa pulang!"
Setelah semuanya selesai, mereka segera meninggalkan kamar hotel dan memesan taksi online untuk pergi menuju bandara.
Senja yang merekah ke arah barat mengiringi perjalanan pulang sepasang suami istri itu. Di dalam mobil menuju bandara, tak henti-hentinya Misca terus mengoceh.
"Bisa ke Bali lagi gak, ya? Semoga bisa liburan ke Bali bareng teman-teman," ucap Misca seraya menatap beberapa pengguna motor yang baru saja melewati mobil yang ditumpangi Misca.
Berbeda dengan Glory yang memilih untuk memejamkan mata, meskipun tak benar-benar tertidur. Tentu saja Glory dapat mendengar ocehan sang istri barusan.
"Sama gue lagi dong ke Bali-nya," celetuk Glory seketika membuat Misca menoleh.
"Ish ... males banget," sungut sang istri.
***
Kali kedua Glory harus menarik dua koper, belum lagi tentengan belanjaan yang katanya oleh-oleh untuk teman-teman Misca. Ini sungguh merepotkan Glory.
"Barang-barang punya dia aja udah banyak banget. Ditambah oleh-oleh ini," oceh Glory sambil tetap membawa semuanya menuju lantai dua kosan miliknya.
Brukkk!
Akhh!!
"Sakit, Glory!" Misca terpekik saat merasakan sakit yng luar biasa di bagian jari kakinya, akibat dari koper yang dilepaskan Glory secara tiba-tiba.
"Kamar gue?" Glory terperangah saat mengetahui kamar miliknya menjadi seperti ruang keluarga. Hanya ada sofa dan televisi. Semua barang miliknya menghilang.
"Barang-barang gue hilang," kata Glory putus asa.
"Makanya bayar kosan tepat waktu, supaya gak diusir. Atau gue rasa, barang-barang Lo semuanya disita sama ibu kos."
Misca hanya bisa terkikik pelan menyaksikan hal itu. Perempuan berbaju putih itu langsung menarik koper miliknya dan mulai membuka pintu kamar kos miliknya. Tetapi ....
"Akhh. Kamar gue!" Tak kalah histerisnya. Misca juga sangat terperangah melihat kamar kos miliknya yang berubah secara tiga ratus enam puluh derajat.
Glory yang masih berdiri di depan pintu segera menghampiri Misca. "Kamar Lo juga hilang?"
Misca mengangguk pelan. "Ini aneh!" ucapnya.
"Gue harus tanya ibu kos," usul Glory. Tetapi baru saja kakinya hendak melangkah. Ponselnya bergetar menandakan adanya sebuah pesan masuk.
Disana tertera beberapa nama papanya, dan ayah mertua.
_Papa sudah membelikan Hiu seperti yang diminta istirimu_ Pesan sang Papa.
_Ayah sudah merenovasi kosan kalian berdua. Harusnya ayah belikan rumah untuk kalian, tetapi Papamu melarangnya_ Pesan ayah mertua.
Melihat reaksi Glory yang tiba-tiba berdiam diri di tempat dengan wajah datar membuat Misca semakin kebingungan dengan situasi yang kini terjadi.
"Kenapa, Glo?"
"Ayah mertua yang renovasi kosan ini."
Misca membulatkan mata tak percaya. Bagaimana bisa orang tuanya mengubah desain kamar kosnya menjadi seperti apartemen mewah.
Seorang perempuan baru saja keluar dari kamar yang paling ujung.
"Misca?" Perempuan itu berlari kecil menghampiri Misca. "Lo udah balik?"
Misca hany menanggapi pertanyaan perempuan itu dengan senyuman dan anggukan kepala tipis.
"Selama lo gak ada ... orang tua lo dan orang tua ini bocah bikin gue pusing," kata Layla seraya mengarahkan jari ke depan Glory.
Layla memperlihatkan keadaan kamar mereka. "Lo lihat, gue harus pindah ke kamar kosong di pojok sana. Gara-gara tiga petak kosan ini diubah jadi apartemen sama bokap lo. Terus ...."
"Mbak Layla!" Suara teriakan itu berhasil membuat Layla menghentikan ceritanya.
"Eh, sebentar ya. Gue mau ngambil makanan dulu, pesanan gue udah datang. Lo istirahat aja, nanti baru kita cerita lagi."
Misca seketika bungkam, rasanya seperti mimpi. Bahkan membayangkannya saja, otak Misca tidak sanggup.
"Ca," panggil Glory.
Misca hanya menggerakkan dagunya. Tak ada satu kata pun yang keluar dari mulutnya.
Glory langsung menarik tangan Misca dan mereka berjalan ke depan pintu kamar kos milik Glory. "Ikut gue!"
"Ngapain, sih?"
Beberapa langkah dari pintu, akhirnya Glory melepaskan tangan Misca. Di depan sebuah akuarium yang cukup besar.
"Baby Hiu?" Mata misca bahkan langsung berbinar saat melihat mamalia yang sedang berenang kesan kemari.
Glory langsung meregangkan otot-ototnya yang sempat keram. Pria itu menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa. Persetan dengan semua barang-barang miliknya. Yang dia tau, malam ini dia harus benar-benar istirahat dengan tenang tanpa ada gangguan.
"Kasih nama siapa, ya?" tanya Misca pada dirinya sendiri.
"Cimi."
"Ya, nama kamu Cimi," kata Misca seraya mendekatkan wajahnya ke aquarium.
"Cewek stres!" sungut Glory.
☕☕☕
"Gue masih perawan, Glo!"
"Kalo gitu buktiin sama gue, Ca!"
Misca benar-benar tidak habis pikir kenapa juga pria itu mempermasalahkan tentang keperawanan. Apakah itu sangat penting untuknya?
"Lo gila, ya, Glo!" Misca menggeleng tak percaya. "Sumpah, gue nggak nyangka lo bisa nuduh gue yang nggak-nggak gini."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top