秋 - Gelato [2.09]
"GUE SUKA SAMA LO! PUAS?!"
Setelah ngomong gitu Akiyama meninggalkan gue yang masih mematung di depan rumah gue sendiri.
Gue nggak tau, yang pasti setelah itu nyokap gue keluar karna katanya denger suara rame-rame. Trus dengan santainya tanya, "muka kamu kenapa merah?"
Gue nggak tau.
Gue nggak tau kenapa muka gue merah, kenapa muka gue rasanya jadi panas banget.
Dan gue juga nggak tau, kenapa jantung gue jadi ribut.
Masa gara-gara Akiyama sih?!
Akhirnya gue nggak bisa lepas dari bayang-bayang cowo itu semaleman-nggak, bahkan pagi ini waktu gue ke sekolah, sampe gue ke Pancaran Kasih pun gue masih kepikiran.
Gue kepikiran. Akiyama beneran suka sama gue?
Kok bisa? Mulai kapan? Kenapa? Bukannya kita dari dulu nggak pernah akur?
Dan itu lah kenapa gue sama Akiyama pagi ini jadi canggung banget. Untungnya banyak yang nggak sadar, dan pagi ini gue cuma ditugasin buat nganter Kouta. Bagusnya lagi, gue cuma berdua sama Miyu sekarang di lobi TK.
Seenggaknya gue bisa menghindar dari Akiyama sebentar. Selain itu gue juga punya sesuatu buat ditanyain ke Miyu.
"Miyu,"
Cewe yang duduk di sebelah gue itu kini menoleh. "Ya?"
"Pacar lo... dapet tempat mana?"
Mata Miyu mengarah ke atas sebentar, keliatannya lagi mengingat sesuatu. "Itu loh, panti jompo deket taman kota. Tau nggak? Gue lupa namanya."
Berarti Miyu beneran punya pacar dong.
Pertanyaan gue tadi cuma buat memastikan itu sih, jadi gue jawab basa-basi aja. "Oh... yang kelompok besar ya?"
"Yoi, berduapuluh kalo nggak salah." Jawabnya dan cuma gue jawab oh doang.
"Kenapa tiba-tiba tanya tentang pacar gue?"
Gue membeku. Lah iya yak, bisa dikira aneh-aneh dong gue. Tapi kalo langsung nanya "lo tuh selama ini ternyata udah punya pacar?" gitu kan aneh.
"Mmm... itu... soalnya di tempat kita kan..." gue mulai mengedarkan pandangan, sapa tau ketemu jawaban. Tapi belum sempet gue nemu jawaban, Miyu udah nyaut lagi. "Ooohh... lo nggak enak sama gue kalo semisal lo jadian sama Akiyama?"
HAH? "ENGGAK-"
"Tenang aja gue nggak masalah kok, jangan dipikirin."
Gue nggak ngerti sama apa yang cewe ini maksud sih, "Tapi gue nggak jadian-lagian kenapa Akiyama coba?"
"Karna keliatannya dia demen sama lo? Habisnya ya, dia tuh paling sering nanyain lo. Ya gue kira kalian pasti ada sesuatu."
Akiyama? Sering nanyain gue?
Sejak kejadian kemarin, pikiran gue tentang Akiyama seakan berubah. Seakan terbalik. Dari gue yang biasanya cuma mikirin sisi dia yang nyebelin, sampe sekarang setelah gue pikir-pikir lagi... he's not that bad.
Actually he's a lil bit nice-ya gitu lah pokoknya.
Tangan Miyu tiba-tiba udah mukul punggung gue dari belakang. "Lo tenang aja, meskipun lo, Karin, sama Harumi semuanya ada pacar di PK gue nggak masalah kok. Santai aja." Katanya.
Gue langsung mikir seketika itu juga. Lo, Karin, sama Harumi, katanya.
Oke singkirin dulu protes tentang gue sama Akiyama karna...
Harumi pacarnya ada di kelompok ini?!
- 𝐠 𝐞 𝐥 𝐚 𝐭 𝐨 -
Demi apa gue masih kepikiran kata-katanya Miyu.
Pikiran gue melayang kemana-mana, sampe tadi waktu ketemu Kak Aoki ditanyain kenapa jalan sambil bengong.
Ya, gue lagi jalan ke basecamp dari tugas nyapu lantai tiga sama Akehoshi. Tapi katanya dia mau ke toilet dulu jadi gue disuruh turun duluan.
Tapi gue pikir-pikir lagi nih ya, siapa coba kalo bukan Akiyama? Harumi nggak sedeket itu sama cowo-cowo di kelompok ini.
Tapi Akiyama kan, ekhem-suka sama gue. Bilangnya sih gitu.
Pastinya bukan Isara. Akehoshi? Kalo iya-gue nggak tau harus bilang apa.
Dan gue beneran kicep setelah itu. Bener-bener nggak tau harus bilang apa.
Karna waktu gue membuka pintu basecamp, ada pemandangan aneh yang menyambut gue.
Sumpah aneh banget.
Dari segala kemungkinan yang terputar di otak gue, ini tuh termasuk urutan yang paling belakang.
Gue liat dengan mata kepala gue sendiri, Fuyumi yang lagi nyium kening Harumi yang lagi duduk nyender di tembok.
Maaf Akehoshi, tapi kayaknya gue mau pinjem punchline lo sebentar.
"HEEEEHHH??"
Fuyumi yang kaget langsung nengok ke arah ambang pintu, ke arah gue. Dia langsung meletakkan jari telunjuknya di depan bibir seakan menyuruh gue diem. Dan saat itu gue baru sadar kalo Harumi lagi tidur.
Gue langsung menutup mulut dengan dua tangan, tapi kayaknya terlambat karna Harumi udah menggeliat dan kemudian membuka matanya. "Ng? Jun?" Tanyanya dengan suara sedikit serak.
Gue yakin banget sekarang, bahkan Harumi panggil dia nggak pake nama marga.
"Maaf, berisik ya? Kalo masih ngantuk tidur lagi aja." Fuyumi sama sekali nggak segan buat nyium kening Harumi lagi dan sekarang sambil ngelus rambutnya juga. Permisi, ada gue di sini.
Dunia milik berdua ya anjir, gue numpang lewat doang.
Tapi Harumi kayaknya nyadar sama kehadiran gue dan mendorong badannya Fuyumi pelan biar menjauh. "A-ah sori lo..."
"It's okay she already caught me, waktu kamu tidur barusan." Kata Fuyumi yang didorong tadi. Dia kemudian memutuskan buat duduk di sebelah pacarnya.
Harumi yang awalnya masih terlihat setengah ngantuk langsung natap Fuyumi dengan tajam. "Memangnya tadi kamu ngapain waktu aku tidur?"
Fuyumi memalingkan muka sebelum bergumam, "...just kissing you."
"Jun..."
"Apa? Lagian dia juga masuk nggak pake ketok pintu."
Gue langsung masuk dan berdiri tepat di depan dua orang itu. "Heh, biasanya anak-anak masuk basecamp juga nggak ngetok dulu kali." Jawab gue nggak terima dan sepertinya Fuyumi agak tertohok.
"Ya udah, gue pergi. Selamat melanjutkan dunia milik berduanya." Gue mengambil botol minum gue di tas lalu kembali ke arah pintu.
Tapi sebelum keluar, ada suara yang menghentikan gue lagi. "Bendahara!" Fuyumi manggil jabatan gue dan gue terpaksa balik badan. "Apa lagi?" Tanya gue sambil merotasikan mata.
"Anak ini," Fuyumi merangkul Harumi dengan tangan kanannya sebelum melanjutkan, "punyaku."
"Jadi kamu nggak usah susah payah buat dia berduaan sama Hayato lagi. Karna nggak bakal aku biarin juga." Lanjut Fuyumi yang buat gue membeku bentar di tempat. Harus gue akui kalo gue agak panik sekarang.
"Ya gue kan sebelumnya nggak tau kalo kalian ternyata..." jawab gue sambil mendengus.
"Ya udah, nggak usah gitu lagi. Kamu juga sebenarnya nggak suka kan? Jangan menyiksa diri sendiri."
Gue mengerutkan dahi waktu mendengar tanggapan Fuyumi yang membuat gue bingung. Maksudnya apaan coba? Menyiksa diri sendiri?
Harumi yang dari tadi diem aja sekarang mulai tertawa kecil. "Bendahara, Akiyama tuh nggak seburuk itu kok. Kasih dia kesempatan ya?" Katanya.
Kasih dia kesempatan?
Dia tau kalo Akiyama suka sama gue?!
"Itu-"
"Nggak usah didengerin, mereka berdua ditaburi wijen." Belum sempat gue mengeluarkan kata-kata, kedua telinga gue udah ditutup oleh tangan. Orang itu juga menarik kepala gue ke belakang dengan pelan yang otomatis membuat gue melangkah mundur dan menabraknya.
Akiyama Hayato, gue udah mulai hafal dengan suara itu dan gue 100% yakin kalo dia adalah orang di belakang gue sekarang ini meskipun gue nggak bisa liat mukanya sekarang.
Tapi di posisi ini gue bisa mendengar sesuatu, apalagi setelah dia melepaskan tangannya dari telinga gue dan berpindah ke bahu. Nggak terlalu jelas tapi gue nggak terlalu bego untuk nggak tau suara apa ini.
Suara detak jantungnya Akiyama.
Yang sekarang terdengar cepet dan agak nggak beraturan.
Nggak jauh beda sama punya gue.
"Ayo pergi, mereka berdua ganas kalo diganggu." Akiyama menautkan tangannya dengan punya gue dan membawa gue menjauh dari sana. Meninggalkan Harumi dan Fuyumi yang cuma bengong waktu liat dia dateng.
Dia bawa gue ke kantin SD terus beli 2 botol minuman dingin, tapi gue malu. Ga malu gimana ini tangan gue dari tadi nggak mau dilepas!
Untung kantinnya sepi karna bukan jam istirahat.
"Nih," Dia ngasih satu botol ke gue, dan lanjut bawa gue jalan-jalan sekitar situ.
"Thanks..." Jawab gue sambil mencari-cari alasan bentar. "Akiyama,"
"Hm?"
"A-anu, tangan... gue mau buka botolnya."
Dengan cepat dia langsung menarik tangannya dan meletakkannya di tengkuk. "Ma-maaf."
Gue ngelirik bentar dan menemukan ekspresi Akiyama yang akhir-akhir ini menghantui pikiran gue.
Ekspresi canggung dengan semburat merahnya yang terlihat agak jelas di pipi dan menjalar hingga telinga.
Ga tau, gue ga tau kenapa ada sensasi aneh dalam diri gue waktu liat dia ngeluarin ekspresi itu.
Tapi waktu tatapan mata kami ketemu entah kenapa gue langsung panik dan cepet-cepet minum minuman gue yang dia beliin barusan.
Kami pun jalan menyusuri lorong sekolah-sekolah yang sepi tanpa sepatah kata. Iya, pada diem semua. Sampai pada akhirnya ada suatu pertanyaan random yang keluar dari cowo di sebelah gue ini.
"Lo... nggak bakal bawa gue ke dukun kan ya?"
Gue ketawa bengek. Gue barusan inget dong kalo gue pernah ngomong gitu. Padahal waktu itu gue jelas bercanda.
Tapi kok rasanya pingin gue kerjain dikit lagi ya?
"Niatnya sih gitu,"
Dan Akiyama langsung mundur beberapa langkah menjauh dari gue. Gue ketawa lagi, tapi kali ini dia cuma natap gue aneh sambil tanya "beneran?"
Gue mengatur nafas dulu sebelum berbalik dan menyilangkan tangan di dada. "Gue nggak bakal bawa lo ke dukun kalo lo mau jawab satu pertanyaan gue."
Akiyama tampak bingung sebentar lalu mengangguk, "tanya apa?"
"Lo... sejak kapan suka gue?"
秋 - to be continued.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top