冬 - Eccedentesiast [1.12]

Aku mendengar suara sekilas dari arah belakang, namun niat awalku untuk menoleh teralihkan pada sebuah pesan yang masuk ke dalam handphoneku.

Akiyama H.
| Jangan liat belakang

Aku menautkan alis lalu menoleh ke samping, meminta penjelasan kepada cowok yang dari tadi masih berada di sampingku ini.

Tapi belum sempat aku mengeluarkan pertanyaan, sudah kembali ada notifikasi pesan baru datang.

Akiyama H.

| Jangan ajak gue ngomong

Tapi bgsd kita sebelahan? |


| Makanya jd orang jangan bego"

??? |


| Liat dari pantulan hp lo
| Hp lo kan gelap tuh

Setelah membaca dua kalimat terakhir yang dikirimnya aku segera memfokuskan mataku untuk melihat dari pantulan layar handphoneku.

Untungnya wallpaper chat yang kupasang hitam itu semakin membantuku untuk melihat bahwa ada orang berhoodie hitam yang sedang memandang ke arah—

ANJING.

ITU MAH HOODIE HITAM YANG TADI.

Orang berhoodie hitam yang tadi aku lihat dari jendela kamarku, nggak salah lagi. Posisinya memang di belakang kami sekarang tapi agak jauh, orang itu lebih dekat dengan akses masuk taman dari jalan raya sedangkan aku dan Akiyama lebih dekat dengan jalan perumahan. Jadi kurasa chat di hp kami berdua nggak bakal keliatan kecuali kalo orang itu bawa teropong.

Tapi orang itu terlihat seperti lebih memperhatikan Akiyama daripada aku.

Akiyama H.

Berurusan sama isilop lo? |
Buronan sejak kapan? |


| KETIKAN LO GA ADA ADAB
| Jelas" targetnya lo bego

Tapi dia ngawasin lo? |


| Gue kira jg gitu awalnya
| Tp dia sesekali ngelirik lo
| Berarti fix dia mikir cara nyingkirin
   gue
| Karna gue deket sama targetnya

Jangan sotoy |
Tapi memang sih tadi gue liat org itu |
ada di dkt apart Jun  


| Ini tuh kritis namanya
| Lagian orangnya barusan dtg
| Paling 5 menitan, sambil lari"
| Dan tadi posisi kita udh diem dieman
| Jadi lebih aman kita tetep diem
| Lo tadi dr apart ke sini lari?

Nggak lah gila |
Naik gojek gue |
Trus abangnya gue suruh ngebut |


| Nah kan fix
| Berarti tuh org kesini lari" ngejar lo
| Dia nggak kepikiran lo bakal ke sini
   naik gojek ngebut
| Mana jalan ke rumah gue belibet

Kok lo mendadak pinter sih |


| Lo minta bgt gue santet ya
| Mau kabur nggak?
| Lo dijemput Haruna jamber?

Jam 6 katanya |
Keknya bentar lagi Haru-nii nyampe |
kalo mau kabur jangan jauh-jauh  


| Apa nunggu abang lo aja ya?
| BGSD ORAGNHYA JLAN

KAVBUR AJA SAT GUE TKUT |


| KONBINI DEPAN

Akiyama menghitung pelan 3 hitungan lalu menarik paksa tanganku sambil berlari ke arah mini market perumahan yang kebetulan dekat dengan ayunan yang kami duduki. Setidaknya mini market itu lebih ramai dibanding taman yang tadi kami tempati.

Benar saja, orang berhoodie hitam itu juga ikut berlari mengikuti kami. Untung saja aku dan Akiyama bisa lari sedikit lebih cepat—efek kepepet.

"Bang, ada orang hoodie item masuk nggak tadi?" Kata Akiyama ketika kami berdua sampai di kasir untuk membayar minuman. Kakak kasir itu memberikan struk serta uang kembalian dengan sebelah alis terangkat. "Nggak masuk, tapi nunggu di luar tuh."

Akiyama menghela nafas, lalu menyerahkan kembali uang kembalian itu ke arah kasir. "Kalo gitu gue sekalian numpang masak mie, yang biasa ya." Seakan terbiasa, pemuda di balik meja itu mengambil satu cup mie instan dan menghitungnya di mesin sebelum menyerahkan makanan itu pada Akiyama.

"Makasih bang,"

"Hm. Lo ditembak siapa lagi sih?"

Akiyama hanya membalas pertanyaan itu dengan tawa garing lalu berjalan ke arah konter air panas. Tentu saja aku masih setia mengekor di belakangnya sambil meneguk teh botolan yang kubeli tadi.

"Ditembak?" Tanyaku penasaran saat kami menunggu air panas memenuhi cup itu.

"Dulu gue pernah nolak cewe, dan apesnya bapak cewe itu orang berseragam. Ada lah gue diteror semingguan, trus yang nolong gue ya yang jaga kasir tadi."

"What the—" Aku tercengang, cerita macam apa itu. Pantesan dia tadi kaburnya ahli banget?

"Derita orang ganteng."

Bacot sumpah.

Ting.

Aku memutar bola mataku jengah, belum sempat aku mengumpati cowok di depanku ini sudah ada notifikasi dari handphoneku yang menginterupsi.

Haru-nii
| Masih di rmh hayato kan?

Aku buru-buru mengalihkan fokusku pada chat room itu ketika melihat siapa yang ternyata mengirimiku pesan

Haru-nii

Nggak kak |
Ini di konbini perumahan |
Tapi masih 1 blok |

| Ok bentar lagi aku sampe
| Kamu g sendirian kan?

Sama Akiyama |
Tapi cepetan ya kak |
Ini kyk ada org ngikutin kami ber2 |
Read 18.02

Nggak lama setelah aku mengunci kembali handphoneku, Akiyama yang sedang asik menyeruput mie instannya tiba-tiba tersedak.

"Lo kenapa woi—"

Ya, kurasa tanpa perlu dijawab pun aku sudah tau jawabannya.

Bagaimana Akiyama tidak terkejut jika di balik dinding kaca itu sudah ada kakakku yang ditodong sebuah revolver tepat di dahi, oleh orang berhoodie hitam itu.


- 𝓔𝓬𝓬𝓮𝓭𝓮𝓷𝓽𝓮𝓼𝓲𝓪𝓼𝓽 -

"Kakak nggak apa-apa kan?"

"Udah kakak bilang berapa kali hm? Dia nggak bakal berani. Kalo berani bego sih namanya, ngeluarin senjata aja udah termasuk bego." Haru-nii hanya menjawab santai sambil sesekali mengetukkan jarinya pada kemudi.

Tepat setelah kejadian itu beberapa aparat datang dan meringkus orang berhoodie hitam yang menodong kakakku. Jujur saja jantungku sudah sempat mencelos ketika melihatnya dengan kedua mataku sendiri, namun kakakku yang satu ini malah dengan santai masuk minimarket lalu, "ayo pulang."

Ya siapa yang nggak bingung di situasi kayak begitu?? Akiyama aja auto mati kutu dan cuma ngangguk-ngangguk doang waktu kakakku pamit.

"Kok bisa tiba-tiba ditodong tuh kenapa sih kak?"

"Nggak tau sayangkuuu. Padahal niatnya mau aku kagetin doang orangnya, ngeliatin adek saya ya? Eh malah keluar revolver, nggak tau juga itu asli apa bukan."

Aku nggak ngerti sama jalan pikiran orang satu ini. "Jangan aneh-aneh dong kak, kalo sungguhan gimana?"

"Nggak bakal dek, bayaran dia nggak segede itu aku yakin. Keliatan amatir juga orangnya."

"Tapi kak..."

"Udah jangan overthinking dulu, masih sore. Buruan masuk tuh katanya kangen rumah?"

Aku tersadar jika mobil kakakku sudah terparkir rapi di garasi maka dari itu aku segera melepaskan seatbelt dan melompat turun untuk masuk ke rumah.

Ya, rumahku.

Rumah keluargaku yang sudah tak pernah lagi kudiami sejak dua bulan yang lalu.

Kangen? Banget.

Pintu terbuka dan pelukan mama langsung menyambutku. "Anak cantik mama pulang," lirihnya sambil mengelus pelan rambutku yang sudah agak lepek.

"Hm, tadaima." Aku membalas pelukan mama tidak kalah erat, diikuti mataku yang semakin memanas.

Aku pulang.

冬 - to be continued.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top