22. Sakura Spring
Author : HiroNaruse
Genre: Musim semi-pohon sakura.
Sub genre: -
------------------------
Musim semi....
Musim yang indah bukan?
Jalan yang tertutupi oleh indahnya warna merah muda bunga sakura
Saat dimana banyak perasaan cinta yang muncul
Saat dimana....
Aku juga dapat bertemu dengan cintaku
Tapi...
Akankah musim semi kali ini juga dapat indah?
~•••~Sakura Spring~•••~
"Hwaaa, ini hari yang indah. Akhirnya aku bisa berjalan di jalan menuju masa SMA ini. Untuk kali pertamanya ibu mengizinkanku bersekolah di sekolah campuran, aku sangat senang." ucap seorang gadis dengan pakaian SMA sedang berjalan di pinggir jalan dengan pohon sakura yang sedang mekar.
'akankah aku bertemu dengan pangeranku...' benak gadis itu dengan senyum yang terus terukir di wajahnya.
BRUK!!
Secara tidak sengaja gadis itu menabrak seseorang, seorang pria dengan seragam yang sama dengan gadis itu. Mereka bersekolah di tempat yang sama.
"A-ano ma-af aku tidak sengaja." kata gadis itu terbata-bata gugup melihat pria tampan di depannya.
"Ah... tidak apa-apa, lagipula aku juga salah karena tidak melihat ke depan" balas pria itu dengan senyuman.
Wajah gadis itu langsung memerah melihat senyuman manis dari pria itu.
Canggung.....
Suasana tiba-tiba menjadi sangat sepi dan canggung, sampai terdengar teriakan dari arah belakang gadis itu.
"AWAAS!" teriak orang dengan sepeda di belakang gadis itu.
Tapi gadis itu kurang cepat untuk menghindari laju sepeda sehingga gadis itu tersenggol dan terjatuh ke tubuh pria tadi. Orang dengan sepeda itu lantas meminta maaf pada mereka berdua dan pergi meninggalkan mereka berdua.
....
"Ah... Maaf." kata gadis itu menjauhkan tubuhnya dari pria tadi "mu-mungkin aku harus pergi sekarang."
Gadis itu pun berjalan dengan cepatnya meninggalkan pria itu dengan wajah yang masih memerah.
"Ah tunggu, namamu... siapa?" tanya pria itu.
"hm? Sakura... Kalau kau... namamu siapa?" jawabnya dengan senyuman manis.
"Takeshi" jawab pria itu.
***
Sakura POV
Tap... Tap... Tap...
"Haaah... tak kusangka dapat terjadi hari seperti ini, walau tadi ada beberapa yang mengganggu sih." ucapku sambil berjalan ke sekolah.
~•••~Sakura Spring~•••~
'Hari pertama SMA, kira-kira akan bagaimana yah...' benakku kegirangan setelah selesai dari upacara penyambutan murid baru.
Aku berjalan menuju kelasku, 1-C. Bertemu dengan banyak teman baru, huwaa aku sangat senang.
'Akankah hari ini jadi lebih baik lagi?' benakku tanpa menghilangkan senyum di wajahku, berjalan di koridor sekolah yang riuh.
Bruk
Lagi-lagi aku menabrak seseorang. Mungkinkah Takeshi? Aku pun lantas melihat orang di depanku dan ternyata bukan Takeshi, tapi seorang pria dengan rambut hitam, dia terlihat familiar.
"Ah maaf." ucapnya meminta maaf padaku lalu pergi dariku.
"Ah! kau." ucapku spontan setelah mengingat sesuatu, suaraku yang cukup besar mengalihkan pandangan banyak orang termasuk pria berambut hitam itu. Dia kemudian kembali menghampiriku.
"Apa kau memanggilku? eh... kita pernah bertemu sebelumnya ya?" tanya orang itu.
"Aku orang yang kamu tabrak tadi!" jawabku dengan sedikit membentak.
"Ooh... yang bersama Takeshi tadi?"
"Iya, kau kenal dia?" tanyaku balik.
"Kau tidak mengenalnya? Sebaiknya jauhi dia. Oh dan juga perkenalkan namaku Haru" jawabnya dingin, tersenyum lalu pergi.
'Humph, memangnya kenapa kalau aku dekat dengan Takeshi? Huh' benakku kesal.
***
Lalalalaa🎶
Aku bersenandung sambil berjalan mengelilingi sekolah, dan melihat banyak orang baru. Tak lama kemudian seseorang yang tak asing bagiku yaitu Takeshi sedang membantu seorang gadis yang kakinya sedang sakit. Lalu dia melihatku dan senyum ke arahku.
'Huwaa ternyata dia orang yang baik'
Hari demi hari ku jalani di sekolah hanya memperhatikan Takeshi, dia terlihat benar-benar terkenal. Tidak jarang pula dia menyapaku dan berbincang denganku, dia orang yang ramah. Tapi... aku heran mengapa pria bernama Haru itu menyuruhku menjauhinya? entahlah.
~•••~Sakura Spring~•••~
Kemudian pada suatu hari
"Etto... Sakura? hm... kau tahu? selama ini aku memperhatikanmu" ucap Takeshi.
Tak kusangka Takeshi akan mengucapkan kalimat seperti itu. Aku hanya dapat berharap Takeshi serius dengan perkataannya. Dengan gugup aku mulai bertanya.
"A-apa maksudmu?" tanyaku.
"Sakura... aku menyukaimu" itulah jawaban dari Takeshi.
Wajahku kini kembali memerah mendengarnya, aku bahkan tidak tahu apa yang harus ku katakan untuk membalas perkataannya. Dan tanpa kusadari ku menjawab bahwa aku juga menyukainya. Dan mulai berpacaran dengannya.
'Apakah ini benar-benar terjadi? ini bukan mimpi kan? aku berpacaran dengan pria populer sekolah' benakku. Kami pun sepakat untuk bertemu di taman esok sore dan berjalan ke kelas masing-masing.
***
Bodoh...
ucap seseorang dari belakangku.
"Sudah ku katakan untuk menjauhinya, tapi kau malah berpacaran dengannya." kata orang itu yang tak lain adalah Haru. Pria yang pernah menabrakku.
"Memangnya kenapa? ini hidupku, kau tidak perlu mencampuri urusanku" ucapku kesal.
"Dia hanya mempermainkanmu tau? masih baik aku mengingatkanmu" lanjutnya.
Namun, aku hanya menganggapnya sebagai angin lewat, aku mengacuhkannya dan kembali berjalan ke kelasku.
keesokan hari pun tiba, sesuai kesepakatan aku dan Takeshi bertemu di taman, saling berpegangan tangan seperti pasangan lainnya. Makan dan nonton bersama hingga hari sudah menjelang malam, dia kini mengajakku ke sebuah tempat. Seperti sebuah club malam, tapi apa yang mau dilakukan Takeshi di sini?
"Apa yang akan kita lakukan di sini Takeshi?" tanyaku takut.
Kemudian Takeshi menyandarkan tubuhku ke tembok dan mendekatkan wajahnya. Aku sungguh ketakutan, padahal kami baru saja pacaran. Apakah yang dikatakan Haru benar? Takeshi hanya mempermainkanku.
Aku kini mencoba memberontak, kemudian menggigit tangan Takeshi dan kabur dari tempat itu. Tak lama setelahnya, hujan turun begitu derasnya dalam sekejap membasahi seluruh tubuhku.
"Hah! sudah ku katakan untuk menjauhinya, kau memang keras kepala. Dia sudah seperti itu dari dulu, dia hanya playboy yang memanfaatkan gadis untuk kepuasannya sendiri" kata Haru yang tiba-tiba muncul di sampingku.
Apa mungkin dia mengikutiku karena khawatir...
***
'Ternyata SMA bukan tempat yang selalu menyenangkan' benakku yang kini sudah terbaring di atas kasur dengan air mata yang mengalir deras seiring turunnya hujan.
''Tak kusangka Takeshi orang yang seperti itu" ucapku lalu kemudian tertidur.
~•••~Sakura Spring~•••~
Keesokan harinya di sekolah
Aku serasa ingin pindah dari sekolah ini setelah kejadian kemarin dan juga tak ingin melihat Takeshi lagi. Seandainya aku mengikuti saran dari Haru.
Mungkin... Ini memang salahku.
Tap... Tap... Tap...
Kemudian terdengar langkah seseorang tengah berlari. Takeshi! Dia berlari mendekatiku, aku mencoba berlari menjauh namun percuma karena dia lebih tahu tempat ini dan berhasil memojokkanku.
Sekarang dia mencekikku, aku merasa sangat sesak. Aku tidak dapat berteriak meminta tolong, siapapun di sana... Tolong aku. Aku mulai meneteskan air mata dari kelopak mataku. Apakah ini akhirnya.
Tapi untunglah datang seorang guru untuk menyelamatkanku dari genggaman Takeshi. Di belakang guru itu ada Haru yang juga terlihat khawatir.
Takeshi pun diberi hukuman keluar dari sekolah karena perbuatannya yang keterlaluan. Dan dia tidak pernah nampak lagi sejak saat itu.
***
"Untunglah aku dan gadis yang Takeshi tipu dapat bebas dari genggamannya, em... ngomong-ngomong, kau sudah memperhatikan Takeshi selama ini yah?" tanyaku pada Haru yang kini berjalan bersamaku.
"Yap, orang itu selalu saja mengganggu pemandangan sekolah, sudah lama aku ingin membuatnya keluar dari sekolah. Tapi... tidakkah kau sadar kalau Takeshi memang mencurigakan dari awal? Waktu pertama kalian bertemu... dia berjalan ke arah yang berlawanan dengan sekolah, kan." jelas Haru.
"Aah benar juga yah, tapi... kenapa kau selalu muncul untuk membantuku?" tanyaku lagi.
"Hmm... bagaimana yaah, mungkin sudah tugasku" jawabnya dengan tersenyum lembut. Kini senyuman itu yang menjadi penyemangatku.
Ternyata SMA tidak seburuk yang kupikirkan. Semua tergantung dari orang itu sendiri. Karena pasti selalu ada kebaikan di balik keburukan.
Aku dan Haru pun selalu bersama. Dia selalu menemaniku dalam senang susahku, walau kami tidak berada dalam satu kelas.
***
"Sakura... apa kau sadar kalau aku sudah kelas 2?" tanya Haru saat sedang duduk di pinggir lapangan olahraga.
"Heeh! Kau kelas 2?" ucapku kaget mendengar pernyataan dari Haru "hee... Maaf karena terlalu sering mengataimu, kukira kita seumuran." lanjutku.
"Ah tidak apa, lagipula kita akrab karena sikapmu itu." balasnya dengan sedikit tertawa.
"Terima kasih, Haru." ucapku.
***
Hmhmhmhm🎶
Aku membereskan barang-barangku dan bersiap untuk pulang. Aku berjalan menuju ke kelas Haru untuk mengajaknya pulang bersama. Walau ini pertama kalinya.
'Eh? Dia sudah tidak ada' benakku melihat ruang kelas Haru yang sudah kosong.
Aku pun pulang sendirian, berjalan ke pintu gerbang sekolah. Dan kulihat Haru juga sedang berjalan pulang.
'Itu dia!' benakku.
Aku lalu mengikutinya diam-diam dan sampai di sebuah hutan.
'Eh? Apa yang dilakukannya di sini?' benakku bertanya-tanya.
Tapi aku tetap mengikutinya sampai masuk ke hutan dan sampai ke sebuah tebing. Di ujung tebing terdapat pohon sakura yang sangat indah dan Haru yang sedang duduk melihat ke langit.
Aku memanggilnya "Haru!" Dia berbalik dan tersenyum melihatku, senyumnya sungguh indah seperti pohon sakura yang sedang mekar di sebelahnya.
"Yo, Sakura" tegurnya.
"Hai Haru, apa yang kau lakukan di sini?" tanyaku.
"Hanya menikmati pemandangan" jawabnya singkat.
Aku ikut duduk di sampingnya dan memandang langit senja yang indah. Ku berpikir ini adalah hari terindah dalam hidupku. Bersama dengan haru di musim semi yang indah dihiasi merah muda bunga sakura yang mulai mekar dan berguguran.
"Haru, bagaimana pendapatmu tentang musim semi?" tanyaku mencairkan suasana.
"Menurutku... Ini musim yang indah, namun di balik keburukan ada kebaikan dan di balik kebaikan ada pula keburukan. Memang ini musim yang indah namun juga musim yang buruk bagiku, karena-" jawaban Haru terpotong entah kenapa.
"Ada apa Haru?" tanyaku.
"Sakura... aku menderita penyakit keras dan tidak ada harapan untukku lagi, aku menderita penyakit ini di musim semi sama seperti saat ini" jawabnya.
"Ka-kalau begitu sebaiknya kau pulang" ajakku sambil mengangkat tangan Haru.
'Bagaimana ini? Apakah Haru juga harus pergi dari hidupku!?' benakku kaget.
"Tidak Sakura, kalau aku pulang maka keluargaku akan terlihat sedih. Aku hanya ingin melihat mereka bahagia." ujar Haru.
"Ta-tapi keluargamu akan lebih sedih bila kau tidak di rumah" kataku sedikit membentak.
"Sakura... pergilah" kata Haru lemah.
"Ta-tapi Haru"
"Pergilah!" teriak Haru padaku.
"Baiklah" jawabku lalu berlari dengan air mata mengalir deras dari kedua mataku.
***
Untuk sekali lagi cintaku akan pergi meninggalkanku. Begitu menyedihkan, kan.
Setelah hari itu, aku jarang melihat Haru, padahal dia akan selalu ada di mana pun aku mencarinya. Tapi kali ini dia benar-benar pergi meninggalkanku.
Sudah seminggu kami tidak bertemu bahkan tidak pernah berpapasan. Dia seperti benar-benar hilang dari sekolah ini.
Dengan hati yang seperti telah remuk akan cinta, aku berjalan ke tebing tempat Haru menenangkan dirinya. Aku pun berteriak mengeluarkan semua beban dalam hatiku.
"Sakura..." ucap seseorang.
Aku pun berbalik setelah mendengar suara yang kurindukan itu, suara Haru. Berlari ke arahnya dan memeluknya erat, dan sesuatu pun terjadi. Tubuh Haru yang hangat perlahan menjadi dingin dan bersinar menyinari musim semi di masa SMA ini.
"Terima kasih, Sakura" ucapnya "karenamu, arwahku yang belum tenang kini dapat tenang, karena saran darimu, aku pulang ke rumah. Karena hanya itu permintaanku, untuk melihat kembali senyuman keluargaku yang kupikir tidak akan berkembang lagi" lanjutnya.
"Maaf Sakura, aku tidak mengatakan semuanya sebelumnya... sebenarnya aku telah tiada setahun yang lalu akibat penyakit yang kukatakan, di musim semi yang indah ini. Selama ini arwahku tidak tenang karena sesuatu yang selalu menjanggal di pikiranku, apakah keluargaku masih dapat tersenyum atau tidak tanpaku" jelasnya.
"Terima kasih sudah menemaniku selama ini, mungkin ini jawaban mengapa aku selalu ada mengikutimu. Karena aku memang telah tiada, aku bisa mengikutimu ke mana saja, dan tentunya aku dapat berbisik ke pak guru untuk menolongmu dari Takeshi waktu itu" lanjutnya dengan sedikit tertawa.
"Karena permintaanku telah terkabul, maka aku harus pergi. Sakura, terima kasih... selamat tinggal" kata terakhir dari Haru pun terucap. Kini dia benar-benar hilang dari hidupku.
"HARUUUU!! Tidak! Haru kembalilah Haruu!!!" histerisku sambil memeluk tubuh Haru yang tadinya masih berada di sini, kini aku jatuh ke tanah, dengan tangis yang sangat kencang. Sebuah hari yang sangat menyedihkan, tak kusangka musim semi akan menjadi seperti ini.
TIDAAAAK!!!
~•••~Sakura Spring~•••~
Haru sungguh telah menyadarkanku untuk tidak terlalu terpukau pada orang yang baru kutemui. Walau dia juga telah pergi, hahaha.
"Haaah... pada akhirnya aku sendiri, tanpa seseorang yang bisa menemaniku" ucapku yang sedang berjalan dengan membawa bunga menuju ke tebing Sakura, yah... tanpa kusadari Haru telah menamakan tempat ini dengan menggunakan namaku, tertulis pada batang pohon sakura di ujung tebing. Dia benar-benar memberikan senyuman dalam hidupku.
Terima kasih... Haru, terima kasih.
THE END
Takeshi.
Sakura.
Haru.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top