Archive 4 - Sign Up for Paramilitary Personnel
Tak terasa hampir seminggu telah berlalu semenjak diriku mulai rutin menjalani latihan menembak bersama instruktur yang menemaniku saat pertama kali memulai latihan pada hari itu. Tanganku sudah mulai terbiasa memegang senjata api dan dapat mengendalikan hentakan balik yang ditimbulkan saat menembak. Terlebih lagi, aku sudah cukup menguasai teknik dasar menembak sehingga cara menembakku dan posisi tubuh saat menembak menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Saat ini aku tengah menghabiskan waktuku untuk terus mengasah kemampuan menembakku seorang diri di tempat latihan menembak. Meski aku berlatih tanpa adanya pengawasan dari instrukturku kali ini, sesekali akan ada anggota militer yang berjaga di tempat tersebut berjalan dibelakang setiap bilik menembak guna memastikan semuanya masih terkendali. Kilatan cahaya api yang timbul pada ujung laras senjata saat menembak dan suara dentuman yang cukup keras mewarnai suasana tempat latihan menembak hari ini.
"Jika aku berhasil mengasah kemampuan menembakku ini, kemungkinan aku akan diizinkan untuk memiliki senjata api meskipun hanya sebatas beberapa tipe saja." Aku bergumam dalam hati sambil terus menembakan senjata api berjenis senapan serbu yaitu M4 Carbine.
Peluru demi peluru terus melesat dari laras senjata tersebut menuju ke target sasaran yang berada hampir 100 meter dari posisiku. Tangan kiriku terus menggenggam erat bagian rail pada senjata tersebut sambil memberikan tekanan ke arah tubuhku untuk meredam hentakan saat menembak yang bisa disebut sebagai recoil. Dengan begitu, tembakan yang aku lakukan tidak akan terlalu menyebar kemana-mana.
Perlahan tapi pasti tubuhku sudah dapat menyesuaikan postur yang baik dan benar saat menembakan senjata api dan memori ototku mulai terbiasa ketika harus menangani hentakan senjata yang perlu diredam saat menembak. Dengan begitu, aku bisa melakukannya dengan lebih mudah tanpa terkendala sedikitpun ketika harus terjun di lapangan.
"Tapi kalau dipikirkan lagi, aku masih belum bisa memiliki senjataku sendiri meski kemampuan menembakku sudah cukup bagus. Masalah perizinan kepemilikan senjata api akan menjadi masalah berikutnya agar aku bisa secara resmi memiliki senjata api sendiri."
Setelah selesai menghabiskan sekitar 2 jam lamanya, aku memutuskan untuk mengakhiri latihanku kali ini. Dengan segera aku memeriksa kembali M4 Carbine yang aku gunakan untuk memastikan tidak ada peluru yang tersimpan di dalam laras senjatanya serta memasang kembali pengaman lalu mengembalikannya bersama beberapa wadah peluru yang sudah kosong.
Salah satu petugas yang berjaga langsung menyambut diriku yang akan mengembalikan M4 Carbine beserta wadah peluru yang aku bawa, "Apakah kamu sudah selesai dengan latihanmu, nak?"
"Iya.. Aku sudah cukup puas dengan hasil latihanku kali ini. Diriku sudah mulai terbiasa menangani senjata api terutama yang memiliki laras panjang."
"Begitu ya, aku senang mendengarnya." Petugas itu langsung memberikan barang-barang yang aku kembalikan kepada rekannya, "Bicara soal menangani senjata api, apakah kamu terpikirkan untuk ikut serta menjadi bagian dari tenaga paramiliter?"
"Kalau boleh jujur, aku memang sempat terpikirkan soal itu. Tetapi, aku jauh lebih memikirkan soal izin kepemilikan senjata api secara personal." Aku hanya bisa mengelus bagian belakang leherku sambil mengucapkan kalimat tersebut.
"Izin kepemilikan ya?? Memang benar mengurus izin tersebut akan cukup rumit terlebih lagi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk bisa mengantongi izin tersebut agar dirimu bisa memiliki senjata api sendiri secara resmi."
Rekan dari petugas yang berjaga tersebut langsung datang kembali setelah selesai menyimpan M4 Carbine beserta wadah peluru pinjamanku tadi. Dia menghampiri diriku dan rekannya ketika tidak sengaja mendengarkan percakapan kami soal perizinan kepemilikan senjata api.
"Soal perizinan tersebut, kamu bisa mendapatkan dengan mudah jika dirimu menjadi bagian dari tenaga paramiliter. Itupun kalau dirimu memiliki niatan untuk ikut serta menjadi tenaga paramiliter."
"Apakah memang tidak masalah jika gadis remaja seperti diriku ini ikut serta menjadi tenaga paramiliter? Bisa saja, diriku ini tidak memenuhi salah satu syaratnya." ucapku dengan nada cukup pesimis.
"Jika kamu merujuk pada syarat sebagai anggota militer, memang ada kemungkinan dirimu tidak memenuhi satu maupun beberapa persyaratan. Akan tetapi, persyaratan untuk menjadi anggota paramiliter tidak seketat itu."
Rekan petugas tersebut tanpa berlama-lama langsung menjelaskan persyaratan untuk bisa menjadi tenaga paramiliter. Tidak lupa, dia juga menjelaskan beberapa kelebihan yang bisa didapatkan oleh anggota tenaga paramiliter seperti izin kepemilikan senjata api dan izin untuk menjelajahi area di luar kamp pengungsian.
Seketika itu juga, aku cukup terkejut saat rekan petugas tersebut menjelaskan soal tenaga paramiliter mendapatkan izin untuk diperbolehkan menjelajahi area di luar kamp pengungsian. Aku benar-benar tidak menduga hal seperti itu bisa terjadi layaknya bukan hal yang bisa dibilang main-main.
"Jika memang benar begitu, itu berarti aku bisa menjelajahi area di luar kamp pengungsian ini untuk bisa menemukan keberadaan Anri dan yang lainnya."
"Tentu saja bisa." ucap rekan petugas itu, "Kamu bisa menjelajahi area di luar kamp pengungsian untuk menemukan keberadaan teman-temanmu itu. Bahkan, kamu bisa membantu pihak militer untuk usaha evakuasi terhadap orang-orang yang masih berada di luar sana maupun mengumpulkan informasi yang bisa berguna untuk kedepannya.
"Tidak hanya itu saja. Kamu juga bisa ikut serta dalam operasi militer yang akan dijalankan untuk mengamankan aset-aset penting di luar sana maupun menjaga keamanan dari beberapa kelompok yang cukup membahayakan." Petugas yang tadi sempat berbincang dengan diriku tadi langsung menambahkan beberapa hal dari ucapan rekannya tersebut.
Setelah mendengar penjelasan dari keduanya, pikiranku langsung dipenuhi dengan beberapa pertimbangan yang bisa dibilang cukup berat dan penting mengingat keputusan yang akan aku ambil akan sangat berpengaruh kedepannya. Ini akan menjadi titik penentuan terbesar yang akan aku ambil pada kehidupan baruku kali ini.
"Jadi bagaimana? Apakah kamu sudah memikirkannya baik-baik, nak Hinako?"
Aku hanya bisa menganggukan kepalaku untuk sesaat dan mengambil nafas dalam untuk menenangkan pikiranku, "Aku... sudah mengambil keputusan yang cukup berat setelah beberapa saat berpikir tadi."
"Aku.. akan... ikut serta untuk menjadi bagian dari tenaga paramiliter."
Kedua raut wajah petugas itu tampak cukup puas ketika diriku memutuskan untuk ikut bergabung menjadi bagian dari tenaga paramiliter. Mereka tampak begitu mendukung keputusanku tersebut setelah melihat perkembangan kemampuanku selama hampir seminggu ini. Petugas yang sempat berbicara denganku tadi langsung menyiapkan selembar formulir pendaftaran sebagai tenaga paramiliter untuk aku isi.
"Kalau begitu, isilah lembar formulir ini sesuai dengan datamu." Petugas itu memberikan sebuah pena kepadaku untuk bisa mengisi formulir tersebut.
Dengan segera, aku mengisi seluruh bagian dari formulir tersebut dengan sangat teliti dan sesuai dengan data pada kartu pelajar milikku. Formulir itu langsung aku serahkan kepada petugas tadi setelah selesai mengisinya.
"Apakah aku perlu menunggu hingga pendaftaranku diterima?"
"Bisa dibilang ya. Ada banyak orang yang juga mendaftarkan diri untuk menjadi tenaga paramiliter." Petugas tersebut langsung memastikan semua bagian dari formulir itu telah diisi lengkap oleh diriku secara sekilas lalu menyerahkannya kepada rekannya.
"Kamu akan mendapatkankan balasannya setelah dua hingga tiga hari. Jadi bersabarlah dan berharap untuk bisa diterima."
"Baiklah. Aku akan menunggu hasilnya."
Kemudian aku memutuskan untuk meninggalkan tempat tersebut agar bisa kembali ke apartmenku demi mengistirahatkan diri setelah berlatih menembak cukup lama tadi.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top