Archive 3 - First Shooting Practice

Kehidupan baruku di kamp pengungsian Asakusa mulai aku jalani layaknya kehidupan normalku sebelum perang itu terjadi. Karena aku hidup seorang diri di unit apartemen ini, semua urusan pekerjaan rumah menjadi tanggung jawabku yang mengharuskan diriku untuk hidup mandiri. Masalah keuangan sudah bukan menjadi masalah utama lagi karena saat ini uang tidak memiliki nilai berarti di dunia yang telah hancur-lebur dengan satu musim abadi yaitu, musim salju abadi yang terus menyelimuti seluruh bagian belahan bumi sebagai dampak dari rusaknya iklim global akibat penggunaan thermonuclear yang terbilang secara berlebihan.

"Hmm... hmmm... hmm.." Aku mengumamkan nada lagu favoritku sambil menyiapkan makanan untuk mengisi perutku yang mulai kelaparan sebelum mulai menjalani aktivitas baruku di kamp pengungsian ini.

Bicara soal makanan yang tengah aku siapkan kali, semua bahan-bahan makanan bagi penghuni gedung apartemen ini sebenarnya sudah disiapkan oleh pihak pengurus dimana sudah tersimpan rapi di tempat penyimpanan pada unit masing-masing. Sebagian besar didapatkan dari pengiriman suplai oleh pihak militer yang telah terjadwal dan akan diantarkan ke tiap-tiap kamp pengungsian setiap minggunya. Sementara sisanya merupakan hasil dari sistem pertanian skala kecil yang dijalankan oleh masing-masing kamp pengungsian.

Dalam pikiranku, aku berencana untuk mengunjungi tempat latihan menembak yang dibuat oleh pihak militer untuk melatih kemampuan menembak baik dari militer sendiri maupun orang-orang yang berencana untuk ikut membantu pihak militer sebagai tenaga paramiliter dimana mereka diizinkan untuk menjelajahi area di luar kamp pengungsian atas memauan masing-masing. Alasan kenapa aku ingin mengunjungi tempat tersebut karena diriku perlu mempelajari hal-hal penting yang dapat berguna ketika menjelajahi reruntuhan kota di luar area kamp yang aman dan dapat membantu pihak militer jika menghadapi ancaman yang datang seperti kelompok penjarah yang menurut rumor yang ada tengah berkeliaran demi mencuri maupun menjarah persediaan makanan maupun obat-obatan dari truk suplai militer

Setelah selesai menyiapkan menu makanan kali ini, aku langsung menyantapnya di meja makan yang berada tidak jauh dari dapur. Sesekali aku memperhatikan layar ponsel milikku yang tengah menampilkan informasi mengenai perkembangan situasi saat ini. Berdasarkan informasi yang aku lihat tersebut, pihak militer masih melakukan proses pencarian para pengungsi yang mungkin saja selamat dan belum dipindahkan ke kamp-kamp pengungsian yang tersedia.

"Heh... jadi proses pencarian dan pemindahan pengungsi lain masih dilakukan." Aku bergumam sesaat di jeda makanku.

Semua peralatan makan langsung aku rapikan ke tempat cuci piring setelah selesai menyantap makanan. Aku kemudian memasukan ponselku tersebut kedalam saku pakaian dan bergegas pergi menuju tempat tujuanku kali ini yaitu, tempat latihan menembak yang berada di salah satu sisi kamp. Tak lupa, aku mengunci pintu apartemenku sebelum pergi meninggalkan gedung apartemen ini.

Suasana kamp yang tampak begitu hidup mewarnai perjalananku menuju tempat tujuan hari ini. Tampak beberapa orang begitu hanyut dengan keramaian yang ada di tempat ini sehingga perlahan-lahan mulai melupakan kesedihan mereka akibat perang besar yang melanda seluruh penjuru dunia. Dengan hanya bermodalkan ingatanku mengenai setiap area, aku terus melangkahkan kaki menyusuri kamp demi mencapai lokasi tujuan.

Sekitar dua puluh menit telah berlalu dan diriku sampai di tempat yang menjadi tujuanku. Terlihat beberapa orang baik dari militer maupun tenaga paramiliter tengah sibuk latihan. Ada beberapa orang tenaga paramiliter berlatih dengan pendampingan salah satu anggota militer. Tanpa berlama-lama, aku segera masuk ke tempat tersebut dan disambut oleh salah satu anggota militer.

"Selamat datang di tempat latihan menembak Kamp Asakusa. Apakah kamu mau mencoba berlatih menembak, nak?"

"Tentu saja."

"Sebelum itu, bolehkah aku tahu alasan yang mendorongmu untuk hal ini?"

"Karena diriku ingin mempelajari hal-hal penting yang dapat berguna ketika menjelajahi reruntuhan kota di luar area kamp yang aman dan dapat membantu pihak militer jika menghadapi ancaman yang datang," jawabku dengan percaya diri.

"Heh begitu ya. Aku rasa alasanmu tersebut cukup kuat, nak." Anggota tersebut mengangguk pelan sambil memegang dagunya, "Terlebih lagi, saat ini kami memang membutuhkan tenaga tambahan yang perlukan dari pihak sipil yang bersedia menjadi tenaga paramiliter mengingat besarnya ancaman yang ada di luar kamp pengungsian."

"Aku juga sudah tahu dan paham benar soal hal tersebut karena banyaknya rumor soal penjarahan oleh kelompok penjarah yang mengincar suplai makanan dan obat-obatan yang ditujukan ke kamp pengungsian."

"Baguslah jika kamu sudah tahu dan paham soal itu, nak. Bisa tunjukan tanda pengenalmu?"

Dengan cepat, aku menunjukan kartu pelajar milikku kepada anggota militer tersebut. Dia langsung memperhatikan secara seksama kartu pelajarku lalu meminta rekannya untuk melihat data pemeriksaan kesehatanku waktu itu. Setelah mendapatkan konfirmasi soal data pemeriksaanku tersebut, anggota tersebut menangguk pelan lalu mengembalikan kartu pelajarku.

"Baiklah, nak Hinako. Sebelum kamu bisa memulai latihan menembak, akan ada instruktur yang akan mengajarkanmu soal hal-hal dasar soal senjata api dan teknik dasar menembak. Silahkan ke sebelah sana dimana untuk menemui instrukturmu kali ini."

"Baik."

Tanpa berbasa-basi, aku berjalan menemui seseorang yang akan menjadi instrukturku kali ini. Bunyi desingan peluru dan dentuman dari laras senjata api yang cukup keras tertangkap oleh telingaku ketika berjalan menghampiri instrukturku kali ini.

Orang yang menjadi instrukturku langsung menyambut diriku. "Selamat datang, apakah ini pertama kalinya kamu latihan menembak?"

"Iya, ini baru pertama kalinya aku latihan menembak. Terlebih lagi, aku belum pernah memegang senjata api sedikitpun." Aku memberikan jawabanku sejujur mungkin.

"Hmm.. cukup dimengerti. Kalau begitu, aku akan memberikan beberapa penjelasan mengenai dasar-dasar yang perlu kamu ketahui."

Instrukurku kali ini mulai memberikan penjelasan mengenai dasar-dasar senjata api dan beberapa teknik menembak yang biasa digunakan. Aku mendengarkannya dengan seksama agar tidak ada yang tertinggal satupun. Tidak lupa aku juga memperhatikan peragaan yang ditunjukan kepadaku dengan sebaik mungkin.

"Bagaimana? Apakah kamu sudah mengerti dengan apa yang aku jelaskan tadi?"

"Tentu saja. Aku sudah mengerti."

"Baiklah, jika kamu sudah mengerti." Instrukturku langsung memberikan sebuah pistol kepadaku, "Sekarang, pakailah pistol ini terlebih dahulu sebagai tahap awal latihanmu kali ini."

"Pistol?? Apakah ini merupakan tahapan awal bagi pemula?" tanyaku sambil menerima pistol tersebut.

"Tepat sekali. Ini sebagai pembiasaan terlebih dahulu sebelum bisa menggunakan tipe senjata api lainnya."

Mendengar ucapan instrukturku tersebut, aku jadi mengerti tujuan utama kenapa latihan menembak paling awal selalu menggunakan senjata api jenis pistol terlebih dahulu. Bagi orang yang belum pernah menyentuh maupun memakai senjata api terutama kalangan sipil. Mengapa aku bisa menyimpulkan begitu? Itu dilakukan agar penggunanya dapat mengendalikan genggaman mereka maupun mengatasi hentakan yang ditimbulkan saat menembak.

Aku bergegas memulai sesi latihan menembak yang menjadi tujuan utamaku hari ini dengan pendampingan instrukturku. Sesekali instrukturku memberikan sedikit saran soal cara menembakku agar dapat terlihat benar. Sesi latihanku kali ini berjalan selama hampir dua jam lebih. Aku dan instrukturku memutuskan untuk menghentikan latihan kali ini setelah dirinya merasa apa yang sudah aku pelajari sudah cukup.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top