Archive 2 - New Life in Asakusa Shelter Camp
Setelah menempuh waktu perjalanan sekitar 10 hingga 15 menit dari bunker perlindungan Sumida-3, truk militer yang aku naiki bersama beberapa orang lainnya tiba di pintu masuk kamp pengungsian Asakusa untuk menjalani pemeriksaan awal terlebih dahulu. Aku bergegas turun bersama yang lain setelah diminta untuk turun dan diarahkan oleh salah satu anggota militer di tempat tersebut untuk menuju pos pemeriksaan yang berada di samping gerbang masuk kamp.
"Semua orang dimohon untuk turun dari truk dan segera menuju pos pemeriksaan yang ada disebelah sana untuk menjalani pemeriksaan awal sebelum masuk kedalam area kamp pengungsian," kata salah satu anggota militer yang suara sedikit berteriak agar dapat didengar dari kejauhan.
Sambil menunggu didalam barisan pengungsi hingga tiba giliranku untuk mendapatkan pemeriksaan, aku terus memperhatikan area sekitar gerbang masuk kamp pengungsian yang masih dipadati oleh beberapa pihak militer yang berjaga demi keamanan. Diriku masih cukup tercengang ketika melihat bentuk luar kamp pengungsian yang merupakan kubah transparan berukuran raksasa saat pertama kali melihatnya dari kejauhan.
"Jika dilihat dari ukuran kubah yang sebesar ini, aku yakin area kamp pengungsiannya pasti luas sekali. Terlebih lagi, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membangun kubah sebesar dan setinggi ini agar bagian didalamnya dapat digunakan sebagai kamp pengungsian." Kalimat tersebut langsung bergumam dari mulutku setelah terlintas di dalam pikiranku yang tidak dapat membayangkan seberapa beratnya pihak militer untuk menciptakan kamp pengungsian seperti ini dalam jumlah yang mungkin terbilang cukup banyak.
Giliranku untuk mendapatkan pemeriksaan akhirnya tiba setelah beberapa waktu berlalu. Aku langsung mengikuti arahan yang diberikan petugas pos pemeriksaan kepada diriku tanpa berlama-lama.
"Bisa tolong tunjukan tanda pengenal anda untuk proses pendataan!"
"Tentu saja, ini tanda pengenalku." Aku langsung mengambil kartu pelajar dari dalam tasku dan menunjukkannya kepada petugas tersebut.
"Fujimiya Hinako, ya? Baiklah kalau begitu, saya masukan datanya terlebih dahulu."
Setelah dataku selesai dimasukan oleh petugas tersebut, aku kemudian diarahkan ke salah satu bilik pemeriksaan kesehatan awal untuk melihat kondisi fisikku sebelum diperbolehkan masuk kedalam area kamp pengungsian. Satu per satu prosedur pemeriksaan tahap awal aku jalani secara baik dan tanpa kendala sedikitpun. Aku hanya bisa berharap hasil pemeriksaan kesehatanku terbilang baik ketika petugas medis yang memeriksa diriku tengah memperhatikan layar tablet berisi ceklist pemeriksaan.
"Hasil pemeriksaan kesehatanmu terbilang cukup bagus, nak. Terlebih lagi, nilai paparan radiasi yang kamu terima setelah keluar dari tempat perlindungan berada di angka yang aman."
"Itu berarti..."
"Kamu lolos pemeriksaan kesehatan tahap awal dan diperbolehkan untuk masuk kedalam area kamp pengungsian."
"Terima kasih banyak."
"Tidak perlu berterima kasih kepadaku. Silahkan ikuti arahan petugas yang ada disana untuk bisa masuk kedalam area kamp pengungsian.
Aku bergegas bangkit dari kursi yang aku duduki lalu berjalan menuju petugas yang diarahkan kepadaku tadi. Badanku mendapat semprotan dekontaminasi untuk sesaat agar menghilangkan partikel yang mungkin saja berbahaya jika tanpa sengaja terbawa masuk kedalam area kamp pengungsian yang terbilang steril dari pengaruh keadaan di luar kubah. Setelah selesai mendapat dekontaminasi, aku tanpa pikir panjang langsung keluar dari ruang dekontaminasi dimana pemandangan dan suasana kamp pengungsian Asakusa langsung menyambut diriku.
"Wow... aku tidak menyangka bagian dalam kubah yang aku lihat tadi terasa sangat hidup seperti sebuah kota kecil dan beberapa bangunan yang sebelumnya rusak maupun hancur sudah diperbaiki maupun dibangun ulang hingga menyerupai bentuk awalnya." Aku terus melangkahkan kakiku menyusuri area kamp pengungsian demi membiasakan diri terlebih dahulu dengan lingkungan baruku kali ini.
Setelah menghabiskan beberapa saat untuk proses adaptasiku dengan lingkungan kamp pengungsian Asakusa, aku bergegas menuju ke salah satu bangunan apartemen tinggi yang dijadikan sebagai tempat tinggal bagi para pengungsi yang ada disini. Ketika sudah masuk kedalam bangunan tersebut, aku langsung diarahkan oleh beberapa orang untuk mengurus pendataan yang diperlukan untuk bisa mendapatkan akomodasi tempat tinggal. Akomodasi tempat tinggal akhirnya aku dapatkan setelah pendataan yang diperlukan selesai aku lalui.
"Mengingat dirimu masih terbilang cukup muda dan akan tinggal sendiri disini, kamu bisa meminta sesuatu dari siapapun yang ada di tempat ini jika perlu bantuan atau sebagainya."
"Baik, aku akan selalu mengingatnya."
"Baguslah kalau begitu. Sebaiknya kamu segera beristirahatlah untuk sejenak karena aku yakin kamu pasti merasa lelah setelah berjalan-jalan mengelilingi area kamp Asakusa ini untuk beradaptasi."
"Uun~, terima kasih banyak atas perhatiannya."
Kedua kakiku langsung melangkah menaiki tangga menuju lantai 6 dimana tempat tinggal baruku berada saat ini. Meskipun sebenarnya bangunan apartemen ini memiliki fasilitas lift untuk naik keatas, aku sengaja memilih untuk tetap menggunakan tangga sebagai sedikit latihan bagi tubuhku agar dapat tetap terjaga dengan baik. Terlebih lagi, dalam benakku sempat terpikir untuk dapat menjelajahi area di luar kubah kamp pengungsian jika diperlukan suatu ketika nantinya.
Sesampainya di lantai 6, aku mulai menyusuri lorong lantai tersebut untuk mencari letak unit apartemen yang menjadi tempat tinggalku dimana nomor unitnya sudah tercantum pada kartu elektronik yang aku terima tadi. Perlahan tapi pasti aku terus melangkah sambil terus mencocokan angka unit yang terpampang pada intercom yang berada di sebelah pintu masuk.
"Unit nomor 610... 610..." Aku terus mengucapkan nomor tersebut berulang kali hingga pada akhirnya aku berhasil menemukannya. "Akhirnya ketemu juga, unit nomor 610."
Tanpa basa-basi, aku menyentuhkan kartu tersebut pada pemindai kartu di gagang pintu untuk membuka kunci pengaman dan masuk kedalam unit apartemen tersebut agar bisa secepat mungkin mengistirahatkan diriku ini. Setelah berada didalam, aku langsung menyalakan lampu dan tidak lupa mengunci kembali pintu masuk agar tidak ada orang lain yang masuk sembarangan. Aku langsung disuguhkan dengan kondisi apartemen yang tampak tertata rapi dan sudah dihiasi dengan beberapa furnitur yang terbilang cukup lengkap.
Aku langsung meletakan tasku di kursi dan menghempaskan tubuhku ke sofa untuk mengistirahatkan diri. Sudah lama sekali aku tidak merasakan kembali kenyamanan seperti ini setelah beberapa bulan bertahan di bunker perlindungan Sumida-3 sejak perang besar thermonuclear pecah di berbagai belahan dunia.
"Ahh~ akhirnya aku bisa mengistirahatkan tubuhku yang sudah merasa cukup lelah selama berjalan-jalan mengelilingi area kamp pengungsian tadi. Terlebih lagi, untuk saat ini aku bisa beristirahat dengan nyaman di atas sofa ini hingga semua tenagaku pulih kembali."
Meskipun saat ini aku bisa beristirahat dengan tenang dan nyaman, tetapi pikiran dan hatiku terus mengkhawatirkan keadaan teman-temanku terutama Anri karena aku belum sama sekali mendapatkan kabar dari mereka. Aku ingat benar kalau Anri selalu mengirimkan kabar mengenai kondisi dirinya kepadaku terutama disaat situasi darurat agar membuat diriku bisa merasa sedikit tenang dan tidak terlalu mengkhawatirkannya.
Secara tidak sadar, aku menyentuh layar gelang hologram yang masih menempel di pergelangan tanganku untuk menampilkan tampilan layar smartphone milikku secara holografik dengan jarak beberapa centimeter. Tangan kananku mulai aku gerakan untuk menyentuh ikon aplikasi pesan pada tampilan hologram tersebut agar dapat terbuka dan dirimu bisa melihat semua pesan yang masuk yang aku terima selama ini.
'Masih belum ada pesan baru dari siapapun terutama Anri yang biasanya akan terus bertukar pesan dengan diriku demi menyampaikan keadaannya saat ini. Aku mohon kalian masih dalam keadaan baik-baik saja dan sudah berada di kamp perlindungan yang kalian tuju setelah keluar dari bunker perlindungan.'
Karena tidak mendapati pesan baru sedikitpun setelah melihat isi seluruh pesan masuk yang ada didalam aplikasi pesan tersebut, aku memutuskan untuk mematikan tampilan hologram tersebut dan menghela nafas berat karena merasa sangat cemas dan khawatir sehingga diriku mulai merasa sedikit tidak bisa tenang seperti tadi. Lengan tangan kananku langsung aku letakan di wajahku untuk menutupi kedua mataku agar diriku bisa beristirahat sejenak tanpa harus memikir hal tersebut terlalu lama.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top