Archive 1 - Welcome to Winter Wasteland

Beberapa bulan telah berlalu semenjak insiden Thermonuclear Apocalypse yang terjadi di seluruh belahan dunia, semua orang berada di bunker tempat perlindungan hanya bisa berharap kalau perang sudah berakhir agar mereka bisa segera kembali ke permukaan. Aku bersama beberapa orang yang menjadi tenaga relawan selama berada di bunker masih terus menjalani tugas kami sambil terus memantau informasi mengenai keadaan terkini yang ada di wilayah permukaan.

"Masih belum ada informasi yangg berguna saat ini mengenai situasi permukaan kali ini." Aku menatap ke arah dinding bunker sesekali karena informasi terbaru dapat muncul sewaktu-waktu.

Aku bersama kedua rekan relawanku masih sibuk membagikan ransum makanan kepada semua orang yang berada di dalam bunker perlindungan Sumida-3, tempat perlindungan terdekat bagi orang-orang yang sebelumnya berada di area Tokyo Skytree dan sekitarnya saat terjadinya perang thermonuclear saat itu. Aku terus memberikan sedikit semangat kepada orang-orang agar tidak putus asa dalam keadaan seperti ini dan memiliki harapan bahwa semua yang terjadi pasti akan kembali normal seperti sedia kala.

Setelah selesai membagikan ransum makanan, aku memutuskan untuk beristirahat sejenak di salah satu sisi dinding bunker sambil melihat kondisi mental orang-orang yang mengevakuasikan diri ke tempat ini. Aku merasa sedikit tenang dan senang melihat orang-orang masih memiliki harapan untuk dapat kembali ke permukaan suatu saat nanti meskipun tidak tahu kapan kesempatan tersebut datang.

"Kerja yang bagus, nak. Aku tidak menyangka gadis SMA seperti dirimu mau membantu proses evakuasi saat itu dan dengan sukarela menjadi tenaga relawan demi mengurus semua keperluan orang-orang di bunker perlindungan Sumida-3 ini." Sesosok pria paruh baya duduk di dekatku sambil menyodorkan sebotol minuman isotonik kepadaku. "Minumlah ini untuk mengganti cairanmu yang hilang tadi."

"Terima kasih, paman. Aku akan segera meminumnya," balasku kepada pria tersebut atas pemberiannya kepadaku dan mulai meneguk minuman tersebut.

"Jujur aku cukup terkejut ketika kamu pernah menceritakan bahwa dirimu memiliki pengetahuan soal bertahan hidup di keadaan bencana besar bahkan benar-benar paham soal pengevakuasian orang-orang serta letak tempat perlindungan terdekat. Kalangan muda saat ini masih terbilang tidak terlalu banyak mengetahui hal-hal tersebut seperti dirimu."

"Itu bukan apa-apa, paman. Aku memang sengaja mempelajarinya semua agar suatu saat bisa diterapkan ketika kondisi bencana kecil maupun besar seperti saat ini terjadi." Aku tersenyum kecil nan samar saat mengatakan kalimat tersebut kepada paman yang duduk disampingku saat ini. "Terlebih lagi, apa yang telah terjadi saat ini bukanlah bencana biasa melainkan bencana yang luar biasa besar yaitu perang dunia."

"Apa yang kamu katakan memang ada benarnya, nak. Kita hanya bisa terus berharap agar semuanya segera berakhir dan kondisi kembali normal."

Disaat aku dan paman tersebut tengah berbincang mengenai suatu hal, tampilan hologram mulai menyala dan menampilkan pesan bahwa perang sudah berakhir dan meminta kepada orang-orang untuk bersiap-siap menghadapi suatu hal ketika kembali ke permukaan nantinya. Momen yang dinantikan setiap orang yang berlindung di bunker perlindungan akhirnya tiba, ekspresi bahagia dan lega mulai terpancar dari wajah orang-orang terutama yang berada di dalam bunker perlindungan Sumida-3.

"Sebaiknya kita segera mengumpulkan semua tenaga relawan untuk membahas tindakan selanjutnya sebelum mengembalikan semua orang yang ada disini naik ke permukaan." 

"Baik, paman."

Aku dan paman tersebut bergegas berdiri dari posisi duduk kami dan mulai mengumpulkan tenaga relawan demi membahas tindakan selanjutnya yang akan diambil kali ini. Terlebih lagi, tidak ada satupun yang mengetahui secara pasti mengenai kondisi permukaan saat ini karena kurangnya informasi yang ada. Setelah semua tenaga relawan terkumpul, pembahasan langsung dimulai untuk menentukan tindakan yang perlu diambil saat ini berdasarkan pendapat yang diutarakan oleh masing-masing tenaga relawan.

Pada akhirnya diputuskan untuk mengirim satu grup berisi tujuh orang untuk terlebih dahulu naik ke permukaan untuk memberikan informasi soal keadaan di atas tanah saat ini serta mengirimkan sinyal kepada pihak militer yang selamat dari perang thermonuclear. Aku dipilih menjadi salah satu anggota grup tersebut bersama enam orang lainnya untuk menjadi yang pertama kali naik ke permukaan setelah beberapa bulan lamanya.

Grupku langsung masuk kedalam lift untuk naik kembali ke permukaan demi menjalani apa yang sudah ditugaskan sebelumnya. Di dalam hati kami merasa tidak sabar dan sedikit resah dengan apa yang akan disaksikan oleh kami bertujuh setelah mencapai permukaan. Pikiranku terus dipenuhi dengan spekulasi mengenai kondisi permukaan saat ini mengingat dampak dari thermonuclear secara berlebihan dapat merusak iklim dunia yang menyebabkan hanya akan ada satu jenis musim yang akan melanda seluruh belahan dunia.

"Tidak lama lagi aku akan melihat kondisi permukaan saat ini secara langsung dengan kedua mataku sendiri. Kira-kira apa yang akan aku saksikan nantinya setelah mencapai permukaan tanah," gumamku pelan sambil terus memikirkan semua spekulasi yang tadi muncul didalam pikiranku.

Lift yang dinaiki akhirnya sampai di permukaan tanah dan mulai menunjukan pemandangan wilayah permukaan saat ini ketika pintu lift mulai terbuka secara perlahan. Aku bersama rekan-rekan grupku dikejutkan dengan kondisi kota yang sebagian besar sudah hancur-lebur dan menyisakan reruntuhan bangunan yang masih berdiri kokoh. Tidak hanya itu, setiap sisi kota dihiasi dengan tumpukan salju dan suhu udara saat ini terasa begitu dingin dengan perkiraan sekitar 10 derajat celsius.

Kami bertujuh bergegas keluar dari dalam lift yang kemudian disambut dengan hujan salju ringan. Dua orang rekan grupku yang mendapatkan tugas untuk memberikan informasi soal keadaan di atas tanah saat ini serta mengirimkan sinyal kepada pihak militer langsung melakukan tugas mereka masing-masing. Sementara itu, diriku dan beberapa anggota lainnya mulai menjelajahi sedikit area di sekitar pintu masuk bunker perlindungan Sumida-3.

"Dunia yang selama ini dikenal oleh banyak orang telah berubah sangat drastis menjadi sebuah reruntuhan yang sangat sulit untuk dikenali. Pada akhirnya, semua orang harus memulai hidup baru mereka di dunia baru ini." Kalimat tersebut terlontar dari mulutku ketika aku tengah menjelajahi salah satu reruntuhan bangunan pecakar langit yang sebagian besar sudah hancur tak berbentuk dan terkesan begitu terbengkalai.

Sekitar setengah jam telah berlalu, informasi mengenai kondisi permukaan telah disampaikan dan sinyal yang dikirimkan telah direspon dengan datangnya beberapa truk pengangkut dari pihak militer untuk membawa orang-orang menuju kamp pengungsian yang telah dibuat. Aku kembali menemui rekan-rekan satu grupku setelah hatiku merasa puas menjelajahi sedikit area sekitar pintu masuk bunker perlindungan. Kami bertujuh segera membantu proses pengembalian orang-orang ke permukaan tak lama kemudian.

Truk pengangkut yang dikirimkan oleh pihak militer sampai di lokasi kami saat ini dan mulai mengangkut orang-orang untuk segera membawa mereka menuju kamp pengungsian yang ada di beberapa tempat. Pihak militer yang dibantu dengan tenaga relawan tidak ingin membuang banyak waktu lebih lama lagi demi memastikan proses pemindahan dapat berjalan lancar dan cepat.

"Nak, aku rasa sudah saatnya untuk kita berpisah disini. Terima kasih sudah mau meluangkan waktu dan tenagamu untuk menjadi bagian dari tenaga relawan selama beberapa bulan ini."

"Terima kasih juga, paman. Aku merasa senang menjadi salah satu bagian dari tenaga relawan bersama paman dan yang lainnnya."

"Aku harap kita dapat bertemu lagi suatu saat nanti dan semoga dirimu baik-baik saja."

"Begitu juga dengan paman. Aku berharap yang terbaik untuk paman."

Setelah mengucapkan salam perpisahanku kepada paman tersebut, aku segera naik ke atas truk yang akan membawaku bersama beberapa orang menuju kamp pengungsian Asakusa yang lokasinya tidak terlalu jauh dari posisiku saat ini. Meskipun aku merasa lega dengan telah berakhirnya perang thermonuclear tetapi didalam hatiku yang terdalam masih mengkhawatirkan keadaan teman-temanku terutama Anri.

'Aku harap Anri dan semua teman-temanku baik-baik saja dan sudah sampai di kamp pengungsian terdekat.'

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top