Archive 0 - Prologue

Arc 1 - Beginning of End

Musim panas tahun 2XXX menjadi sebuah momen penting akan sebuah kehidupan baru yang sangat tidak terduga bagi diriku. Kala itu, aku tengah menikmati liburan musim panas selama beberapa minggu setelah menjadi masa pembelajaran selama beberapa bulan di sebuah SMA swasta yang berada di Tokyo. Pada awalnya, hari ini aku berencana untuk menghabiskan waktu bersama teman-temanku akan tetapi mereka sudah memiliki rencana lain maupun sesuatu yang tidak bisa mereka tinggalkan.

"Hah~, setidaknya aku masih menikmati waktuku untuk berjalan-jalan di pusat perbelanjaan Tokyo Skytree  meski hanya sendirian saja. Terlebih lagi, aku menghormati keputusan teman-temanku yang awalnya aku ajak untuk ikut bersamaku tetapi ada hal lain yang perlu mereka lakukan. Jadi mau bagaimana lagi selain menerima kenyataannya."

Sebelum itu, perkenalkan namaku adalah Fujimiya Hinako. Seorang gadis pelajar kelas 11 SMA yang bisa terbilang cukup normal layaknya gadis-gadis remaja kebanyakan yang memiliki ketertarikan terhadap banyak hal yang selalu menjadi perbincangan di kalangan remaja perempuan normal lainnya.

Meskipun dari penampilan luarku yang tampak seperti gadis remaja biasa, aku memiliki pengetahuan soal bertahan hidup dalam keadaan bencana skala besar dan beberapa kemampuan penunjangannya. Bahkan aku sudah mempelajari standar dan prosedur evakuasi apabila terjadi bencana serta letak tempat perlindungan yang ada di setiap wilayah terutama di wilayah Tokyo sendiri. Dengan kata lain, aku selalu siap untuk menghadapi keadaan bencana apapun termasuk bencana terburuk sekalipun.

"Hmm~" gumamku pelan ketika gelang hologram yang aku kenakan bergetar untuk sesaat ketika sebuah pesan masuk kedalam smartphone milikku karena keduanya sudah tersinkronisasi satu sama lain.

Aku langsung melirik kearah layar gelang hologram tersebut dimana menampilkan sebuah simbol amplop dengan angka satu berukuran kecil di bagian kanan bawah. "Sepertinya ada pesan masuk. Kira-kira siapa yang mengirimkannya dan apa isi pesannya?" Aku segera menyentuh layar gelang tersebut untuk segera menampilkan pesan itu langsung dihadapan mataku secara holografik.

Mungkin kebanyakan dari kalian bertanya-tanya kenapa pesan tersebut ditampilkan secara holografik. Jawabannya adalah karena teknologi sekarang sudah memasuki era virtual dimana teknologi berbasis Augmented Reality, Spatial Augmented Reality dan Centralized Integrated Network telah diterapkan dimana-mana. Hal itu dapat dilihat dari banyaknya tampilan hologram yang memenuhi di setiap sisi kota yang telah menggunakan teknologi tersebut.

"Ternyata pesan masuk adalah pesan dari Anri. Coba aku lihat isi pesan yang dia kirimkan kepadaku kali ini." Aku mulai membaca isi pesan tersebut secara perlahan sambil terus berjalan menyusuri keramaian pusat perbelanjaan.

Hinako, aku harap kamu masih baik-baik saja ketika menikmati waktu berjalan-jalanmu meski hanya sendirian. Maafkan aku karena tidak bisa menemanimu saat ini karena hari ini toko tempat kerja paruh waktuku sedang membutuhkan tenaga tambahan guna menangani pelanggan yang begitu banyak dan tanpa henti pada masa liburan seperti ini. Aku yakin kamu sangat memahami situasiku kali ini sehingga aku tidak bisa menerima ajakanmu waktu itu. Terima kasih karena sudah menghormati keputusanku ini.

Setelah membaca pesan tersebut, aku benar-benar paham dengan alasan kenapa Anri sempat menolak ajakanku waktu itu. Dia harus membantu rekan-rekan kerjanya di toko tempat kerja paruh waktunya yang tengah kewalahan menghadapi pelanggan dalam jumlah besar sementara tenaga yang ada sangat terbatas.

"Setidaknya dia melakukannya dengan sukarela karena keputusannya yang dia ambil sudah ia pikirkan baik-baik. Aku hanya bisa berharap dia akan baik-baik saja disana," ucapku sambil menonaktifkan tampilan hologram tersebut agar diriku bisa menikmati kembali waktu berjalan-jalanku kali ini.

Setelah beberapa saat berlalu, tiba-tiba semua tampilan hologram yang ada langsung berubah menjadi merah dan menampilkan simbol peringatan bahaya. Suara siren ada pengumuman situasi darurat mulai terdengar di setiap sisi kota termasuk di tempat aku berada saat ini yaitu pusat perbelanjaan Tokyo Skytree. Semua orang yang ada disekitarku langsung mengevakuasikan diri mereka masing-masing dengan arahan beberapa petugas maupun orang-orang yang memahami prosedur pengevakuasian.

Aku bergegas berlari meninggalkan pusat perbelanjaan bersama orang-orang lainnya untuk segera pergi menuju ke tempat evakuasi yang berada tidak jauh dari posisiku saat ini. Sesekali aku menyempatkan untuk ikut membantu mengarahkan proses evakuasi secara hati-hati agar tidak terjadi hambatan dan meminimalisir tingkat kepanikan saat ini.

'Semoga saja Anri dan yang lain masih baik-baik saja dan sudah mulai mengevakuasikan diri mereka ke tempat perlindungan terdekat,' gumamku dalam hati karena mencemaskan keadaan teman-teman dekatku di saat darurat seperti ini.

Aku bersama beberapa orang lainnya yang membantu proses evakuasi segera berlari secepat mungkin menuju tempat perlindungan sambil terus memperhatikan keadaan sekitar jika saja masih ada yang tertinggal maupun mengalami kesulitan. Suara gemuruh mesin pesawat jet dan dentuman yang begitu keras mulai terdengar selama aku berlari untuk mengevakuasi diri.

"Suara dentuman dan gemuruh jet?? Jangan bilang keadaan darurat saat ini terjadi karena perang." Kedua mataku terus memperhatikan area sekitar sambil terus berusaha untuk berlari menuju tempat perlindungan.

Bagiku saat ini, keadaan darurat akibat pecahnya peperangan merupakan skenario terburuk yang dapat terjadi kapanpun dan dimanapun tanpa memedulikan kondisi suatu negara. Kondisi tersebut menjadi titik puncak dimana setiap orang harus mampu bertahan hidup apabila sudah memasuki masa pasca perang. Terlebih lagi, kondisi suatu wilayah pasca perang akan menjadi sangat jauh berbeda dan cukup sulit dikenali.

Akhirnya, aku sampai area dimana tempat perlindungan berada setelah sekitar 15 menit berlari dari pusat perbelanjaan Tokyo Skytree. Karena lift yang merupakan pintu masuk menuju tempat perlindungan tengah menurunkan beberapa orang ke dalam tanah, aku harus harus mengantri sesaat untuk menunggu giliran masuk kedalam lift setelah lift tersebut naik kembali ke permukaan.

Lift yang ditunggupun sudah naik kembali ke permukaan dan siap untuk membawa rombongan terakhir proses evakuasi saat ini. Aku yang merupakan bagian dari rombongan terakhir langsung masuk kedalam lift untuk bisa langsung turun menuju tempat perlindungan yang dibangun di bawah tanah. Pintu lift pun langsung tertutup dan mulai turun ke dalam tanah setelah semua orang pada rombongan terakhir sudah masuk kedalamnya.

Lautan manusia menjadi pemandangan utama tatkala aku bersama orang-orang pada rombongan terakhir keluar dari lift dan masuk kedalam tempat perlindungan yang berupa sebuah bunker bawah tanah. Semua orang yang berhasil mengevakuasikan diri hanya bisa pasrah dan berharap akan keselamatan keluarga maupun orang terdekat mereka.

"Semoga saja apa yang aku takutkan terbukti benar adanya." Hatiku merasa tidak tenang karena aku mempunyai firasat buruk bahwa saat ini merupakan darurat perang berskala besar.

Sebuah guncangan yang begitu hebat yang berasal dari permukaan berhasil membuat bunker tempat perlindungan bergetar untuk sesaat hingga menyebabkan jatuhnya beberapa debu dari langit-langit bunker dan sistem pencahayaan sempat mati selama beberapa detik. Orang-orang mulai tampak sedikit panik bahkan ada sebagian yang berteriak dan melindungi kepala mereka dengan kedua tangan karena khawatir akan tertimpa sesuatu.

Tak lama kemudian, muncul beberapa hologram berisi pengumuman keadaan darurat saat ini di beberapa sisi dinding bunker. Karena rasa penasaranku semakin kuat, aku memutuskan untuk melihat hologram pengumuman tersebut yang langsung membuat begitu terkejut. Apa yang aku takutkan pada akhirnya terbukti benar dan begitu nyata untuk dihadapi.

"T-tidak mungkin... keadaan darurat kali ini ternyata adalah... perang dunia thermonuclear," ungkapku dengan perasaan tidak percaya dan diriku masih sulit menerima kenyataan pahit saat ini.

Dunia yang aku kenal selama ini sudah berubah sepenuhnya menjadi kehancuran massal akibat perang thermonuclear berskala masif yang melanda setiap sisi belahan bumi. Terlebih lagi, dengan banyaknya penggunaan senjata thermonuclear telah menyebabkan rusaknya iklim dunia membuat dunia hanya akan memiliki satu musim yang bersifat abadi. Dengan kata lain, dunia saat ini telah mengalami apa yang bisa disebut sebagai Thermonuclear Apocalypse.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top