Chapter 36

'I'll be your man through the fire. I'll hold your hand through the flames.'
-Mcfly-

Bisakah seseorang menamparku tuk menyadarkan bahwa semua ini cuma mimpi di siang hari? Jika mimpi, riuh tepuk tangan dan kilat kamera di depan sana terlalu nyata untuk dijadikan sebuah bunga tidur. Para pengejar berita tak berhenti memotret ketika si pria kopi memamerkan status baruku sebagai tunangannya. Dipeluk pinggangku begitu posesif seakan dunia harus tahu bahwa aku miliknya seorang sesekali mengecup kening tanpa malu. Namun, dia lebih banyak menjawab pertanyaan-pertanyaan wartawan terutama yang menyinggung masalah di penthouse waktu itu.

Mereka memuji penampilanku. Setidaknya itu yang kudengar meski sebenarnya sedikit tak nyaman dengan gaun pilihan yang menggambarkan sisi Andre. Gaun pink dengan potongan sebatas lengan atas, ilusi di bagian dada dari bahan tile dengan bordir bunga, dan bagian bawah dengan bahan dari kain organza kelas premium hingga mengembang seperti itu. Oke, seleranya bagus hanya saja bagi seorang Elizabeth Khan yang anti pakaian terbuka benar-benar gila. Seperti yang kuduga sebelumnya, dia selalu suka mengekspos punggungku. Kali ini dia memberi aksen terbuka di bagian punggung membentuk huruf U. Aku sempat protes namun dirinya tetap bersikukuh kalau gaun merah jambu ini menakjubkan.

Rambutku digulung rapi, menonjolkan leher jenjang yang dihiasi anting mutiara yang berkilau. Riasan natural yang dipulas di wajahku diimbangi warna lipstik merah menyala. Aku terpaku cukup lama mengamati diriku sungguh berbeda dan benar-benar bukan seorang Elizabeth Khan. Entah mengapa pulasan warna itu akan membuatku menjadi pusat perhatian. Hal yang sama terjadi pada Emilia yang sempat tercengang mendapatiku tengah bercermin, tapi detik berikutnya dia mengatakan kalau warna merah sangat cocok untukku.

"Aku merasa seperti nenek sihir menggunakan warna berani ini," omelku masih setia menilik diri sendiri di balik kaca cermin. Tapi warna gaunnya bagus dan kontras dengan kulit pucatku yang menakutkan. Apa perlu aku berjemur seharian saat musim panas mendatang?

"Karena kau belum terbiasa, Lizzie. Ah, Andre seharusnya masuk jurusan Fashion, seleranya benar-benar membuatmu sangat menarik. Kau adalah bintang hari ini."

"Jangan sampai dia dengar pujianmu yang terlalu berlebihan, Em. Ingat, kau sudah menendang adik kecilnya," kataku mengingatkan yang dibalas Emilia dengan tawa terbahak-bahak.

Di sisi lain, harus aku akui jika Andre membuat acara yang katanya 'sederhana' ternyata mewah seperti perhelatan besar. Di bawah gemerlap lampu menyilaukan mata juga lantunan musik jazz yang membuat orang ingin berdansa di tengah-tengah. Ditambah latar central park juga gedung-gedung tinggi di sekeliling seolah-olah membawaku berada di atas langit. Di luar sana, rembulan sepertinya begitu bahagia menyaksikan Andre menyematkan cincin berlian di jari manisku sebagai tanda aku adalah miliknya.

Jauh sebelum aku diseret ke Manhattan menggunakan helikopter, Andre mengatakan bahwa memang benar ini adalah salah satu rencananya untuk mengeluarkan Billy dari persembunyian. Sontak saja sebuah tamparan keras mendarat di pipi lelaki itu hingga meninggalkan bekas merah di sana. Tentu saja aku marah bukan main. Dia terlalu banyak ikut campur dan sekarang dia sedang memancing monster untuk kembali membekapku.

"Aku mencintaimu dan ini caraku melindungimu," ucapnya tegas tanpa ada keraguan terpancar di dalam iris mata biru samudra itu.

Aku juga tapi aku terlalu takut.

"Tinggallah bersamaku setelah acara ini, Lizzie," sambung Andre.

"Jangan memanggilku seolah kita dekat," protesku dengan kerutan alis.

"Sampai kapan kau akan berpegang teguh pada sifat keras kepalamu, huh?" Andre mengetatkan rahangnya, mengusap wajahnya kesal seraya melonggarnya kancing atas kemejanya yang terasa mencekik. "Dengar, Elizabeth. Aku tidak punya banyak waktu sementara keluargamu sudah bersiap dengan koper-koper mereka."

Aku mengedikkan bahu tak mau peduli, namun hal gila yang dilakukan si pria kopi menyebalkan itu adalah menggendongku tanpa permisi seperti membawa sekarung gandum di pundak kanannya. Berulang kali memberontak seperti cacing kepanasan, tapi Andre mengabaikannya dan berakhir dengan sesuatu yang sia-sia ketika dia berhasil membawaku masuk ke dalam helikopter dan memberikan sebuah kecupan manis di bibir. Sorot mata biru yang menawan itu mengamatiku dan seketika sekujur tubuhku terhipnotis, antara sensasi ingin mencicip sebentar mulut kurang ajarnya dan menyalurkan sesuatu bahwa ... sejujurnya aku rindu.

Sungguh aneh bukan?

Aku mungkin sudah gila dengan hubungan kami yang sejak awal tidak pernah berjalan dengan benar.

"Wajahmu memerah," kata Andre menyingkirkan helai rambutku ke belakang telinga dan membuyarkan lamunan panjang yang sedang kuselami. "Apa kau sedang memikirkanku atau-"

"Jangan terlalu percaya diri," sungutku kesal sembari menyipitkan mata padanya.

Dia terkekeh dan anehnya suara Andre di telingaku bagai melodi indah yang ingin kudengar tanpa henti. Oh, sialan! Jantungku berdebar kencang bersamaan aliran darah yang berdesir cepat. Manalagi penampilan di balik tuksedo hitam dan rambut cokelat tembaganya terlihat memesona. Beruntung dia tidak mendengar betapa keras debaran dadaku saat ini akibat tertutup musik Frankie Vallie manakala orang-orang yang diundang berjalan ke tengah-tengah area dansa.

Andre menyudahi wawancaranya dan meminta media untuk memberi privasi sementara dia harus menikmati malam bertabur gemintang. Dia melambaikan tangan, melempar senyum manis itu lantas merangkul pinggangku lagi untuk masuk ke dalam ballroom hotel bintang lima. Sesekali dia berbisik bahwa begitu bahagia bisa bersanding denganku setelah masalah-masalah yang menerpa kami. Aku berpaling dan mengatakan kalau belum memaafkan dirinya. Tentu saja, aku tidak akan mengatakan bahwa hatiku sudah mulai tertambat pada si pria kopi. Kalau dia tahu, kuyakin kepalanya bakal membesar dan meledak saat ini juga.

"Aku akan menunggu sampai kau benar-benar mengampuniku dan jatuh cinta padaku," ucapnya penuh percaya diri.

"Oh, sangat bossy sekali," cibirku ketika kami berada di lantai dansa.

Dia terkekeh ketika menarik pinggangku mendekat ke arahnya ketika alunan musik Frankie Vallie makin memenuhi aula besar ini. Semua tamu menyanyikan lirik romantis tersebut begitu pula dengan Andre seakan pesan tersirat di lagu itu mewakilkan isi hatinya. Aku tersipu malu saat dia kembali memberi ciuman di bibir, mengaburkan semua masa lalu yang pernah membelenggu dan menjadi mimpi buruk. Andre dan segala pesona yang dimilikinya bagai pelangi yang menerangi duniaku yang gelap.

Lelaki itu menempelkan keningnya di keningku, memejamkan mata untuk meresapi makna di balik lagu yang sedang dinyanyikan oleh seorang lelaki keturunan Amerika-Afrika itu. Suara musik makin kencang ketika orang-orang mengulurkan tangan dan berputar sambil bernyanyi bersama.

I love you baby and if it's quite all right

I need you baby to warm the lonely nights

I love you baby trust in me when I say

Dia memutar tubuhku sambil melantunkan lirik lagu itu membuatku tertawa lepas lantas menarikku lalu menempelkan dahinya padaku. Napas beraroma mint menerpa kulit wajah ketika Andre masih saja menyanyikan tiap liriknya tanpa bosan. Terbawa suasana, tanpa sadar bibir kami kembali bertemu dan saling mengecup lembut menumpahkan kerinduan bercampur gairah yang terpendam. Tapi kali ini sungguhlah berbeda. Tak perlu ada ciuman panas dan penuh paksaan, melainkan pagutan lembut yang membelai lidah hingga melelehkan seluruh tulang-tulang. Jika Andre tidak menahan badanku dalam dekapannya mungkin saja saat ini aku sudah tergolek lemas di lantai. Selain itu ... jutaan kupu-kupu dalam perutku beterbangan sampai mendesak diafragma sampai-sampai tidak ada kata yang bisa menggambarkannya.

"Ms. Khan, aku mencintaimu," bisik Andre di bibirku lalu menggesek-gesekkan hidung mancungnya. "Kau bakal mau jadi istriku kan?"

"Kenapa kau bertanya lagi?"

"Karena tadi kau diam dan hanya tersipu malu."

"Dan kau memaksaku--"

"Tidak ada paksaan, kecuali di bagian ... kau hanya terpaku melihat ketampananku," sela Andre lagi-lagi penuh percaya diri. "Kali ini, aku bertanya secara pribadi, Lizzie. Kau mau jadi istriku kan?"

Bibirku terdiam cukup lama akibat seluruh kinerja otakku mendadak berhenti dan semua kosakata yang kuhafal selama ini menghilang begitu saja. Iris mataku mengamati ekspresi lelaki itu mencari-cari apakah ada kebohongan atau rahasia lain yang masih tersembunyi. Tidak ada! Di sana hanyalah sebongkah harapan akan cinta yang terbalas dengan angan-angan bahwa kami mungkin bisa menjadi pasangan kekasih terhebat di dunia. Sayangnya, imajinasi kecil itu berganti dengan sebuah keraguan apakah aku sanggup hidup di sampingnya dengan masa laluku. Di sisi lain, aku terlalu takut jika menerimanya kembali maka dia lebih mudah menghancurkanku. Terlebih saat ini ... bayang-bayang Billy masih menghantui.

"Diammu berarti jawaban ya bagiku," tandas Andre seolah kehabisan kesabaran. Dia mengerlingkan sebelah matanya kembali mendekapku.

"Aku tidak mengatakan ya." Kutatap dirinya kesal. "Kenapa kau terlalu percaya diri sekali?"

"Memang kenyataannya begitu, Sayang. Kau baru saja mengatakannya. Di dalam kalimatmu ada kata ya," elak Andre menarikku dalam dekapannya. "Kau milikku."

"Posesif sekali. Ingatlah kalau aku tidak memaafkanmu, Mr. Jhonson," dengusku padanya bersusaha melepaskan diri. "Bisakah kau lepaskan aku? Kau membuatku sesak napas."

"Akan kuberi napas buatan, aku cukup ahli-- argh!" dia memekik kesakitan saat kehadiahi pukulan tepat di ulu hatinya. Rasakan itu!

"Pukulan penuh cinta, Sayang," kataku sinis berhasil meloloskan diri.

"Argh ... aku menyukainya meski menyakitkan," ucap Andre meringis namun lagi-lagi dia menarik lenganku untuk berdansa kedua kalinya. "Nyanyikan lagi lagu tadi, please!" teriaknya kepada sang penyanyi kemudian tak lama lantunan Frankie Vallie kembali terdengar.

You're just too good to be true
I can't take my eyes off you
You'd be like heaven to touch
I wanna hold you so much
At long last love has arrived
And I thank God I'm alive
You're just too good to be true
Can't take my eyes off You

I love you baby
And if it's quite all right
I need you baby
To warm the lonely nights
I love you baby
Trust in me when I say

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top