Chapter 02
"Selamat pagi, Bintangku sayang!"
Mendengar Scorpio berteriak nyaring di dalam rumahnya membuat Bintang menghela napas berat. Ia mengerang dan membuka mata perlahan, menyibakkan selimut, lalu mendudukkan diri, menatap datar pada Scorpio yang tersenyum lebar seperti orang idiot di ambang pintu. "Apa?"
Scorpio berlari kecil, lalu tanpa rasa bersalah melompat ke atas ranjang. Gadis itu kemudian mengecup pipi Bintang dan memeluk pemuda itu erat-erat. "Kak Jeka ngajak gue jalan! Gila, gue seneng banget!"
Gadis itu lagi-lagi berteriak tanpa tahu diri.
Dia bahkan tidak peduli kepada Bintang yang membeku. Pemuda itu jelas terkejut. Lagipula, siapa yang bisa santai-santai saja ketika seorang gadis cantik tiba-tiba melompat ke atas ranjang, lalu dengan wajah cantiknya yang bodoh malah mengecup pipi begitu saja.
Demi Tuhan, Bintang juga hanya pria normal.
Mengerjap-ngerjap perlahan, lelaki itu berdehem pelan saat Scorpio mengguncang tubuhnya. Menunduk, dia menatap Scorpio tajam. "Jangan kayak gini sama cowok lain. Paham?"
Scorpio tertawa keras sebelum mengangguk patuh. "Enggak, kok. Gue kayak gini cuma sama sahabat kesayangan gue aja."
Bintang meringis, tersenyum getir, namun kemudian segera menguasai air muka dan tersenyum tipis. "Mau jalan kapan?"
"Besok malam," sahut Scorpio, dia menatap Bintang ragu-ragu. "Gue ... boleh pergi, 'kan?"
"Kalau gue bilang enggak boleh, lo bakal tetep pergi?"
Dia terkikik, menatap Bintang dengan senyum usil sebelum menenggelamkan wajah ke dada bidang pemuda tampan tersebut. "Tetep pergi, dong! Ini kak Jeka yang ngajak jalan. Bukan sembarang orang," sahutnya ringan, dia kemudian menarik kepala dan menatap Bintang yang mencebik.
"Denger," Bintang menangkup wajah Scorpio dan menatap tepat ke dalam iris gadis mungil itu. "Lo selalu ngelarang gue pergi sama cewek lain dan bilang cemburu. Terus sekarang lo seenaknya sendiri mau pergi sama kak Jeka? Sinting, ya?"
Tersenyum lebar, dari jarak sedekat ini Scorpio bisa merasakan hembusan napas Bintang.
Bintang harum meski baru bangun tidur.
Gadis itu melirik bibir lawan bicaranya.
Ah, bibirnya pasti lembut banget.
Scorpio mengerjap-ngerjap, tersenyum sinting dan membaringkan tubuhnya begitu saja. Ia menatap Bintang yang memperhatikannya setiap geraknya dengan satu alis terangkat.
Mau tahu? Baginya, Bintang itu pribadi yang hangat dan lembut. Pemuda itu manis dan pemalu. Hatinya tulus dan dia penyabar. Pemuda itu juga tidak banyak berulah apalagi menuntut sesuatu kepadanya, sekalipun Scorpio selalu membuatnya kerepotan.
Bahkan meski terdengar hiperbola untuk dikatakan, Bintang itu adalah orang tersabar di dunia. Pemuda itu selalu tenang, namun seringkali mendadak canggung ̶ entah mengapa. Dia juga sopan dan rajin menabung. Yang paling penting, sahabat sejak kecilnya itu tidak pernah keberatan ketika Scorpio memintanya mengerjakan tugas kuliah miliknya.
Pokoknya, kehadiran Bintang dalam hidupnya itu berkah yang luar biasa.
"Kenapa natap gue gitu, sih? Lo kayak tante girang kurang belaian, tahu? Bikin merinding," ujar Bintang terang-terangan.
Scorpio diam, menatap Bintang lamat-lamat, membuat yang ditatap jadi semakin bergidik.
"Bintang?"
"Apa?"
"You're mine, right?"
Bintang mengangkat alis. "am I?"
Scorpio mengangguk mantap.
"Are you sure?"
Scorpio tersenyum dan mendengkus. "I'm pretty sure that you are mine."
Meski tidak mengerti apa yang sedang Scorpio pikirkan, dia terkekeh gemas, berikutnya jadi ikut membaringkan tubuh di samping Scorpio dan memeluk gadis itu erat-erat. "Then, all of me is yours, Sweetie."
Jawaban yang baru saja Bintang lontarkan membuat Scorpio tertawa kegirangan, seperti bocah yang baru saja mendapat selusin permen gratis. Memiringkan tubuh, gadis itu balas memeluk Bintang. Scorpio tidak mengerti hubungan macam apa yang sedang mereka jalani. Keduanya selalu menegaskan hal yang sama berulang kali, menegaskan bahwa mereka milik satu sama lain.
Tetapi meski begitu, keduanya tidak pernah memberikan pernyataan resmi yang mendeklarasikan bahwa mereka memiliki ikatan.
Scorpio dan Bintang bahkan selalu mengakui secara terang-terangan jika menyukai seseorang yang lain kepada satu sama lain. Seperti yang Scorpio lakukan baru-baru ini.
Tetapi meski begitu, kali ini Bintang lagi-lagi tidak terlihat terganggu. Lagipula, ini bukan yang pertama kalinya. Sebab, Bintang tahu Scorpio pada akhirnya akan tetap kembali padanya. Bintang hanya perlu tetap berada di sana dan mengawasi seperti biasanyaa.
Scorpio juga tidak terlalu peduli, selama Bintang masih bersamanya, status apapun tidak akan mempengaruhi. Bintang akan tetap menjadi prioritas Scorpio, begitupun sebaliknya.
"Lo enggak mau bangun buat siap-siap? Nanti kita telat ngampus, gue ada kelas tambahan hari ini," ucap Scorpio.
"Tolong tetep kayak gini, lima menit aja." Scorpio terkekeh saat Bintang mengeratkan pelukannya.
"Bintang, lo tiap hari meluk gue, enggak bosen emang?"
Bintang menatap Scorpio, tersenyum tulus dan menyahut kalem, "Enggak, soalnya lo wangi, aroma lo bikin gue tenang."
Gadis karismatik itu terkekeh dengan wajah tengil, "Masa, sih?"
"Serius."
"Padahal tadi niatnya gue mau ganti parfum," Scorpio terdiam, Bintang terdiam, gadis itu kemudian melanjutkan, "Tapi kalau lo suka, gue enggak jadi ganti."
"Kenapa mau ganti?"
"Mau coba parfum yang kayak punya Keya, kemarin dia pamer parfum baru, wangi banget."
Bintang terkekeh gemas. Dia senang Scorpio masih menjadi Scorpio yang memiliki mental kekanakan seperti yang dia kenal selama ini. Gadis itu selalu penasaran akan hal-hal baru, terkadang dia bersikap seperti masokis maniak bunuh diri yang bikin Bintang kalang kabut sendiri. Tetapi lelaki itu bersyukur, Scorpio tidak berubah meski sudah melalui kenyataan berat beberapa waktu lalu.
"Nanti kalau Keya bilang loncat dari jembatan layang itu seru, lo mau loncat dari jembatan juga?" Bintang mencubit gemas pipi lawan bicaranya, membuat yang bersangkutan berteriak protes. "Lo harus berhenti ngikutin Keya, dia maniak bunuh diri yang sinting."
Scorpio balas mencubit Bintang sebelum menyahut, "Lo bisa tewas kalau ngomong sembarangan soal dia," kata Scorpio sungguh-sungguh.
"Kenapa? Karena dia jago bela diri? Lo lupa gue juga bisa bela diri?"
"Lo jago bela diri tapi mageran, percuma."
Pemuda tampan itu terkekeh renyah, dia berinisiatif beranjak dari tempat sebelum Scorpio melakukan penganiayaan kepadanya. "Iya-iya, ampun."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top