Chapter 01

"Woi, jangan dihabisin coklat gue!" Scorpio berteriak kepada Keya melalui telepon.

"Ini gue yang beli ya, Bego!"

Gadis cantik itu mendengkus, dia nyaris jatuh terjengkang saat tiba-tiba mendengar suara menjijikan dari laptop Bintang. Mematung sesaat, Scorpio kemudian mematikan sambungan telepon dengan Keya, lalu menatap tajam pada sahabat laki-lakinya. "Bintang! Lo lagi ngapain?!"

Suara Scorpio terdengar panik, membuat Bintang segera mendongak dan menatap tak mengerti. "Gue ... lagi nonton film?" Dia menjawab tak yakin.

Menganga kecil, gadis itu mendesis tak senang, mengumpat, kemudian melemparkan bantal yang semula ada di pangkuannya, telak pada wajah Bintang, membuat korban yang semula terduduk di sisi ranjang jadi jatuh terjungkal dengan kepala yang membentur lantai.

Scorpio tertawa keras melihat wajah kemerahan Bintang, cowok itu meringis menahan nyeri. "Mampus! Rasain! Makan tuh lantai!" olok Scorpio.

Bintang meringis, mengusap kepalanya yang mendadak pusing. Sakitnya bukan main. Scorpio memang biadab. Gadis itu tak pernah ragu untuk menganiaya sahabatnya. Bisa dipastikan, besok pagi kepala Bintang pasti benjol.

"Lo emang biadab, ya?"

"Apa lo bilang?!" Scorpio melotot tak terima, kali ini dia berdiri dan meraih rambut Bintang, menjambak rambut legam pria itu tanpa ampun. Bintang kalah cepat untuk menjauh, pria itu berteriak meminta dilepaskan, tapi Scorpio tidak mau dengar. "Harusnya gue yang bilang gitu! Gimana kalau nyokap gue denger dan salah sangka?!"

Yang terdengar pada detik berikutnya adalah suara panik wanita cantik yang datang terburu-buru dengan membawa tiga gelas susu, menyimpan di atas nakas, kemudian menarik Bintang menjauh dari gadis barbar yang kini berkacak pinggang dengan mata menyala berkobar-kobar.

"Scorpio! Kamu apain temen kamu?!'

Gadis itu mendengkus, menatap sengit pada laki-laki yang kini meringis kesakitan, mengusap-usap kepalanya dan menunjukan wajah memelas pada Mama Scorpio. "Masa dia nyangka aku nonton film dewasa, Ma. Padahal 'kan aku lagi nonton film komedi," adunya, menunjuk Scorpio yang menganga tidak percaya di tempat.

"Enggak, Ma! Dia beneran nonton film dewasa! Mama bisa lihat laptopnya kalau enggak percaya!" sanggah Scorpio.

Bintang merapat pada Mama, mengkerut takut dan memeluk lengan wanita cantik itu erat-erat.

"Cek aja, Ma. Mama tau sendiri anak Mama itu ular. Pinter bohong." Bintang berbisik pada Mama.

"Gue bisa denger yang barusan lo omongin ya, Bego."

"Scorpio, kamu enggak boleh kasar sama cowok." Mama menegur tegas.

Bintang memeletkan lidah, meledek. "Tuh! Denger kata nyokap lo! Barbar sih jadi cewek, pantes enggak ada yang mau!"

Scorpio melotot tersinggung, namun sejurus kemudian perempuan cantik itu menatap Bintang dengan tatap dan seringai angkuh di wajahnya. "Lo lupa tiap minggu selalu ada aja cowok yang minta jadi pacar gue, ya?"

Mama menghela napas, memijat pelipisnya tak habis pikir. Bintang yang akan membalas jadi mengatupkan bibir ketika pintu kamar terbuka, menampilkan seorang pemuda yang berdiri kebingungan di ambang pintu.

"Ada apa ini? Kok berantakan banget?"

"Bambam, kamu urusin tuh temen kamu. Ribut mulu kerjaannya, Mama mau keluar." Mama kemudian pergi dengan wajah lelah, wanita itu masih tak habis pikir melihat kelakuan putrinya dan Bintang. Sepeninggalan wanita tersebut, Bintang segera lari dan berlindung di balik punggung Bambam.

"Kenapa, sih?"

"Tuh, anak kecil, gue lagi nonton film malah ngadu yang enggak-enggak," kata Bintang dengan gaya mengadu, menunjuk Scorpio penuh dendam.

Bambam menghela napas, melangkah menuju Kasur, Bintang mengekori. Scorpio mendengkus jengkel, namun memilih diam, meredam emosi, dia membaca meraih buku di atas nakas dan membacanya kembali.

Bintang mencuri lirik pada Scorpio yang sudah tenang, lelaki jangkung itu kemudian bergerak mendekat, mengambil tempat dan duduk di samping gadis favoritnya lagi.

Bambam hanya duduk di tepi kasur, dia menoleh dan menatap kedua sahabatnya.

"Scorpio Aphroditha,"

Pemilik nama mendongak, menatap Bambam dengan satu alis terangkat. Bambam itu tipe orang yang cuma panggil nama lengkap kalau mau bicara serius, jadi, kali ini Scorpio menanggapi dengan serius. "Kenapa?"

"Lo beneran suka sama Kak Jeka?"

Gadis karismatik itu mendadak terdiam, mengulum bibir, menatap langit-langit kamarnya dan berpikir. Hal itu bikin Bambam melirik pada Bintang sekilas, ingin melihat reaksi cowok yang kini pura-pura fokus pada laptopnya. "Hmm, mungkin? Kayaknya gue naksir banget sama dia." Scorpio menjawab seadanya.

Bambam mendelik. "Kok mungkin, sih?"

"Enggak tahu, Bambam. Emang kenapa, sih? Sensi banget kalau ngomongin Kak Jeka?"

"Lo inget sama Elena? Kating lo yang waktu itu sempet ngobrol sama lo?"

"Oh, yang waktu itu makan bareng?"

Bambam mengangguk.

"Kenapa emang dia?" tanya Scorpio, wajahnya masih terlihat tak tertarik dengan topik yang dibawa Bambam.

Pemuda tampan itu kini merangkak mendekat, membuat jarak wajahnya dengan Scorpio hanya tersisa beberapa senti. Scorpio bahkan bisa merasakan deru napas dan aroma mint khas Bambam.

Bintang yang semula tidak peduli jadi melirik jengkel, menarik lelaki buaya itu menjauh dari Scorpio dan menatapnya sengit. "Jangan coba-coba, ya."

Bambam mendecak, menepis tangan Bintang. "Apa, sih? Takut banget gue selingkuhin?" Pemuda itu menyahut asal dengan jengkel, membuat Bintang mendelik dan Scorpio yang memperhatikan jadi mengernyit jijik.

Menarik diri kembali dan duduk tegak di depan Scorpio, Bambam menatap sahabatnya serius. Mau tak mau membuat Bintang jadi ikut menyimak.
"Tapi serius, Scorpio. Dia kemarin dirumorin deket sama Kak Jeka."

"Then?"

"Tadi malem, dia ditemuin meninggal di apartment punya dia. Padahal menurut beberapa saksi, mereka terakhir ngeliat Elena sama kak Jeka."

Scorpio menurunkan bukunya, menatap Bambam malas. "Jadi, lo nuduh Jeka yang ngebunuh, gitu?"

Bambam spontan mengangguk. "Hm, pasti dia. Lo tahu, cowok itu emang gerak-geriknya agak aneh. Gue sering lihat dia dimana-mana. Dia suka datang dan pergi gitu aja kalau ada perkumpulan, dia juga sering gonta-ganti cewek mulu. Dia juga sering kelihatan ngobrol sama orang-orang yang cukup bahaya. Bisa aja, bisa aja nih ya, dia itu kaki tangan mafia." Bambam benar-benar mengucapkan semuanya dengan wajah nyinyir. Scorpio memang tahu kalau cowok satu ini memang suka gossip, tapi dia tak menyangka Bambam bisa punya wajah julid begitu saat membicarakan seseorang.

Scorpio menggeleng tak habis pikir, menatap prihatin pemuda di hadapannya. "Lo tuh anak jurusan teknik, tapi imajinasinya tinggi banget. Lo serius enggak ngerasa salah jurusan?"

"Nggak percayaan banget, sih?"

"Ya, gimana gue mau percaya? Kaki tangan mafia? Dia lihat anak kucing kelaparan aja enggak tega, gimana mau jadi kaki tangan mafia? Lo kapan sih berhenti jadi manusia julid yang hobinya gosipin orang?"

"Lo lihat, dong! Badannya dia proposional banget. Dia juga jago bela diri terus matanya selalu kelihatan fokus." Bambam menyahut tak santai.

Menghembuskan napas lelah, Scorpio membuang wajah, tak mau peduli. "Terserah lo, Bambam. Jangan deket-deket gue kalau lo datang cuma mau jelek-jelekin kak Jeka," ucap Scorpio sungguh-sungguh.

Lelaki tampan yang hobi gosip itu menatap malas pada Scorpio. "Jadi lo enggak percaya?"

"Nggak." Scorpio menjawab ketus.

"Well, kalau nanti lo mati di tangan kak Jeka, jangan bilang gue enggak kasih lo peringatan, oke?"

"Apa sih, Bambam? Kok jadi serem banget, enggak lucu tahu." Scorpio mendadak takut. Kalau diingat-ingat, Elena memang cinta mati kepada Jeka, kakak tingkatnya itu bahkan sempat mengatakan kalau dia akan melakukan apapun untuk membuat Jeka tetap di sisinya. Tapi kenapa juga harus dibunuh? Kalimat Bambam rupanya berhasil meracuni otak dangkal Scorpio.

Tetapi mau dibilang apapun, pesona Jeon Jeka memang tidak bisa disangkal. Pria satu itu sempurna. Entah bagaimana, wajah rupawan yang tidak manusiawi itu mampu membuat gadis-gadis bertekuk lutut. Pria itu seksi, terlihat menggoda, suaranya manis dan memabukkan. Tatapannya sejernih air di rumah Bintang, tawanya bagai candu. Ditambah dengan tubuh atletis, serta otot-otot yang terlihat menyembul di tangan. Astaga, bahkan membayangkannya saja sudah membuat Scorpio kesulitan menelan ludah.

Tanpa gadis itu sadari, ekspresi yang dia buat di wajahnya membuat Bintang geram, cemburu. "Lo beneran naksir Jeka?"

Scorpio terkesiap, spontan menoleh pada Bintang, menatap heran cowok itu sebab tiba-tiba bertanya dengan raut serius. Tatapannya kali ini berbeda, dia tidak terlihat seperti Bintang yang Scorpio kenal. "Kayaknya sih begitu."

Scorpio menelan ludah.

Kalau sudah begini, tidak ada pilihan lain selain membunuhnya.












A/n; 

Agak awkward wkwkwk

Saran dan kritik sangat dibutuhkan untuk berkembang!

Terima kasih sudah baca :)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top