Akhir

Sudah setahun lamanya, sejak invasi alien datang ke bumi. Rasanya seperti akhir dunia ini semakin dekat, banyak bangunan runtuh dan terbengkalai bekas pertarungan dengan alien. Banyak orang yang tidak mampu bertahan, termasuk keluargaku. Aku menghela napas, memandang langit yang telah menggelap.

“Rin, masuklah untuk makan,” ucap Kia.

Untungnya, aku mendapat beberapa teman setelah memasuki pos pertahanan. Terhitung tiga puluh orang yang ada di pos kami, dan orang-orang terluka hampir setiap hari karena pertarungan.

Aku memandang sup daging di tanganku, bertanya-tanya apakah kematian yang akan ditemui semua orang pada akhirnya.

Keesokan harinya sebelum fajar menyingsing, aku terbangun oleh kebisingan disekitar ku.

“Dari arah barat, para alien itu akan menerobos, cepat!”

Rasa kantukku hilang seketika, aku mengambil senjata api dan bergegas mengikuti orang-orang. Riuh gaduh pertarungan terdengar, aku langsung mengambil posisi dan membantu.

Alien-alien itu terlihat lemah fisiknya, mereka tumbang dengan beberapa tembakan, darah mereka berwarna ungu. Namun kepintaran mereka tidak bisa diremehkan, mereka dapat meniru orang-orang yang telah mereka bunuh lalu menangis meminta bantuan, seolah-olah manusia seutuhnya.

“Larie! Lepaskan, adikku butuh bantuan!” seru Lex sambil berusaha melepas kekangan orang-orang.

Lalu serentak, para alien itu berubah bentuk menjadi manusia dan suara tembakan berhenti. Aku menggertakkan gigi, mereka membuat kami ragu.

“Adikmu sudah tiada tiga bulan lalu, sadarlah!”

Aku menghela napas terkejut. “Kia!”

Beberapa orang mulai menahan ku, bagaimana bisa Kia dibawah sana bersama para alien itu, mungkinkah dia terjatuh. Aku meronta, berusaha turun dari benteng sambil terus memanggilnya. Dia satu-satunya sahabatku disini, bagaimana aku bisa tega dan tidak melakukan apapun.

“Rin?”

Gerakanku terhenti, lalu menoleh diikuti beberapa orang yang menahanku. Kia, dia berdiri dibelakang ku dengan raut bingung dan khawatir. Aku kembali menoleh ke kumpulan alien itu, Kia yang palsu balik menatapku kemudian dia tersenyum dengan mata melengkung. Telingaku berdenging, tubuhku mendadak lemas.

Aku bangun dari kasur melihat matahari yang mulai nampak, tertatih menuju tenda perawat. Baru beberapa langkah, tiba-tiba seseorang bergegas dan menyayat lenganku. Ketika aku hendak melihat orang itu, aku menyadari bahwa tidak ada orang disekitar ku, namun darah mengucur dari lenganku.

Dr. Lin, salah satu dokter di pos kami tengah memberikan Kia cairan ungu yang persis seperti darah alien itu. Aku bergegas masuk, namun tidak bisa menghentikan Kia meminumnya tepat waktu.

“Dok, obat apa yang kamu berikan pada Kia?” tanyaku berusaha untuk tidak berspekulasi sembarangan.

Sebelum dokter sempat menjawab, Kia mengeluarkan suara menyakitkan dan memegang perutnya. Otot-ototnya terlihat jelas dan tubuhnya berubah aneh, hingga berangsur-angsur dia menjadi alien seutuhnya. Mataku membelalak tidak percaya. Aku keluar dari tenda perlahan lalu membeku, melihat banyak alien yang mengelilingi tenda.

“Apa yang kamu berikan pada Kia?!” teriakku putus asa.

“Bagaimana kamu bisa tega—”

“Bukan hanya Kia, tapi semua orang kecuali kamu,” ucap Dr. Lin sambil mengeluarkan cairan ungu dalam tabung kecil. Dr. Lin perlahan berubah menjadi alien, mulai mendekatiku diikuti alien lainnya. 

“… sial.”

__________

Cerita mini by Merlin_Fian

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top