45 - Kejutan

"Kecerdasan dan keahlian untuk kejahatan tentu akan kalah jika melawan kerjasama yang berpihak pada kebaikan."

<Re-Search>

=/•🗝️• \=

"Baiklah, biar aku saja yang teruskan kalau begitu. Korban selamat ketiga, Freya Xaquila Ariendra—putri kandung pelaku."

Semua terdiam. Sungguh, ini di luar dugaan. Tubuh mungil gadis itu semakin gemetar, tangannya mencengkram kuat kaos bagian belakang Violla, berusaha mencari kekuatan.

Yang lain tidak kalah syoknya dengan Freya. Emosi menggebu tadi lenyap tak bersisa saking terkejutnya. Semua melirik Freya yang kini tampak sangat kacau.

Prok ... prok ... prok ....

"Menakjubkan. Bagaimana? Menyenangkan bukan, hadiah ulang tahun dari Ayah?" Profesor gila itu berkata dengan tenangnya, seakan tengah memberi kejutan luar biasa.

Ya, benar. Ini kejutan yang luar biasa. Luar biasa mengerikan.

"Nah. Sekarang, waktunya potong kue. DR-34M, siapkan pisaunya," sambungnya.

DR-34M. Sosok yang kita kenal sebagai wakil kepala sekolah ini ternyata adalah humanoid ciptaan Profesor Albert yang programnya mengacu pada putrinya sendiri, Freya.

Terlihat, Miss Dream tengah mengutak-atik layar hologram yang muncul dari lengan kirinya. Tak lama, sebuah pisau raksasa muncul di atas kedua jeruji besi diikuti terikatnya semua anak di dalamnya.

Belum lepas dari keterkejutan akibat fakta tadi, kini otak mereka sudah dipaksa lagi untuk berpikir cara melepaskan kawan-kawan mereka dari dalam jeruji sebelum pisau raksasa super tajam itu mengiris mereka menjadi dua bagian.

"Nah. Sekarang, aku beri kalian pilihan. Serahkan putriku dan mereka bebas atau sebelas anak tidak bersalah ini akan berakhir di pemakaman."

Bimbang.

Mereka saling tatap dengan raut tak tertebak. Sungguh, ini pilihan sulit bagi mereka.

Di satu sisi, mereka tidak mau mengorbankan Freya. Mereka yakin, Profesor Albert akan melakukan sesuatu yang buruk padanya. Segala informasi yang Freya punya, sudah lebih dari cukup untuk memusnahkan sebuah kota. Bahkan, jika dipegang oleh orang jenius sepertinya, bukan tidak mungkin negara ini berakhir dalam kekuasaannya.

Akan tetapi, di sisi lain, mustahil juga mereka mengorbankan sebelas orang yang jelas-jelas tidak bersalah. Ketakutan mereka tadi belum tentu terjadi, tapi bukan berarti mustahil terjadi. Hanya masalah waktu saja sampai orang ambisius semacam Profesor Albert menguasai negara.

"Tik, tok, tik, tok. Tidak bisakah kalian berpikir lebih cepat? Aku tidak suka menunggu," desak Profesor.

"Kak! Buruan pergi!" teriak Halza.

Ya, sepertinya pemikiran gadis ini sama seperti yang lain. Oleh karena itu, ia lebih memilih mati daripada mengorbankan sebuah negara.

"L-lepaskan mereka, Y-Yah."

Oke. Berapa kali lagi kita harus terkejut kali ini?!

Apa gadis itu sudah gila?!

Menyelamatkan nyawa sebelas remaja dengan mengorbankan dirinya?!

"Frey, ja—,"

"Keputusan bagus, Nak. DR-34M, lepaskan mereka."

Ikatan mereka terlepas. Tanpa aba-aba, semua lari tunggang langgang, menghujani Freya dengan pelukan.

"Frey, jangan gegabah. Lo—,"

"Kak Revan tenang, oke? Janji padaku, Kakak tidak akan merepotkan yang lain lagi," potong Freya.

"Bocah be*o! Maksud lo ap—,"

"Cepat kemari, Nak. Waktu kita tidak banyak."

Freya tersenyum pada mereka. Tangannya melambai dengan gerakan aneh, yang disadari oleh mereka yang hebatnya masih sanggup berpikir jernih di tengah suasana mencekam ini.

Sumpah ya. Kalau kita selamat, gue bakal hajar lo habis-habisan, batin Violla.

Dasar monster kecil nan gila! Dia pikir ini permainan apa?! Gerutu Laluna dalam hati.

Ya Tuhan, tolong jangan beri hamba dosa karena menyumpah serapahi anak itu, doa Calpha.

"Sekarang, bisa lepaskan mereka?" tanya Freya lugu.

Dia sudah berada di samping Profesor, ditawan oleh dua orang berpakaian serba hitam dengan kondisi tangan terborgol.

"Lepaskan? Bukankah aku sudah melepaskan mereka?"

Sial.

Mereka dijebak!

"Apa maksudnya?" Freya memastikan dirinya dengan bertanya pada sang ayah.

"DR-34M, ratakan mereka dengan tanah."

Semua diam. Suasana semakin tegang.

Sedetik,

Dua detik,

Tiga det—Tunggu.

"Kena kau, Pak Tua," seringai Jun.

Kirana dan Misaki langsung menatik pistol masing-masing, meluncurkan sebuah tembakan yang mengenai kedua kaki pria itu. Nadira dan Farley juga tidak tinggal diam. Mereka meluncurkan serangan masing-masing yang sukses melukai kedua tangannya.

"Apa-apaan ini?!" bentak pria itu tidak terima.

"Bukan apa-apa, hanya permainan kecil dari para jenius yang kau perbudak," ujar salah satu pria yang menahan Freya yang ternyata adalah Yanto.

"Seharusnya kau menghafalkan semua krumu agar tidak mudah dijebak. Sara, Dania, kerja bagus," sambung pria satunya yang ternyata adalah Adam.

"DR-34M?" ulang Profesor Albert.

"Bukankah sudah saya katakan, hafalkan krumu, Profesor," ulang Adam.

Sosok Miss Dream itu bergerak melepaskan tusuk kondenya. Jemarinya juga melepaskan lensa kontak di matanya satu persatu. Astaga! Itu bukan Miss Dream, itu Winda!

"Sekarang aku bersyukur pernah menjadi model sebelum mengajar dulu. Sebuah kebetulan bukan, target kami memakai diriku sebagai contoh anatomi humanoid-nya," jelas wanita itu bangga.

"Bu Winda?! Lalu di man—,"

Brak!

"Mencari mesin ini, Pak Tua?"

DR-34M terjatuh dari ketinggian dan berakhir hancur tak berbentuk. Setelahnya, muncul seutas tambang yang digunakan Indri untuk meluncur turun dengan elitnya.

"Daniel, Daniella, aku akan menagih penjelasan kalian nanti. Dasar kembar licik," gerutu wanita itu pada Calpha dan Laluna.

Informasi tambahan. Calpha dan Laluna dulunya juga merupakan siswa di SMA Chase. Mereka berdua berada di tahun yang sama dengan Indri sekaligus pasangan Golden Chaseiro sebelumnya.

"Ya, ya, ya. Kau tidak berubah Kak In."

"Cerewet seperti biasa."

Albert semakin geram. Kondisinya sama sekali tidak diuntungkan. Tidak menyerah, pria keras kepala itu kembali bersuara.

"Penjaga! Tangkap mereka!"

Hening.

"Penj—,"

"Ah, sepertinya kami lupa memberitahu Anda, Tuan. Seperti yang Anda lihat, di sekeliling Anda hanya ada anggota kepolisian tanpa seorang pun anak buah Anda," jelas Bagys yang muncul dari sudut ruangan yang gelap.

"Kurang ajar!"

Profesor gila itu kalap. Dengan sisa tenaganya, dia mengaktifkan sebuah bom yang sanggup menghancurkan satu pulau.

"Oops, sorry. I accidentally disconnected the bomb wire."

Bom itu menggelinding perlahan, berhenti setelah menyentuh dahi si profesor. Terlihat, semua kabelnya sudah putus tergunting. Bahkan, beberapa badan bom yang menyimpan bahan peledak terlihat berlubang dengan isi yang sudah hilang.

Perlahan, Budi muncul dari arah yang sama sambil memainkan gunting. Tindakannya itu tentu membuat Profesor Albert tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

Pada akhirnya pria itu ditangkap dan diamankan oleh pihak berwajib. Para jenius yang terlibat dalam penangkapan ini diberi uang tutup mulut sebesar 2 miliyar 600 juta rupiah.

Setelah berunding, mereka sepakat untuk menggunakan seperempat dari uangnya untuk membeli sekolah, seperempat lagi untuk memperbaiki panti asuhan tempat Alvand tinggal, dan sisanya dibagi rata pada mereka ber-26 sehingga masing-masing mendapat 50 juta rupiah.

Yha, sepertinya kita telah berada di akhir kisah ini. Sebelum mengakhirinya, mari beri aplouse untuk 26 sosok pemberani ini.

Sampai sini dulu, jumpa lagi di lain waktu.

1045 kata
13 Agustus 2021

____________________________________________________________________________

Assalamu'alaikum ....

//Suara drum//
//Convetti//

Akhirnya, setelah mendaki gunung, menuruni lembah, serta mengarungi samudera.

//Lebay amat Hik._-//

Hehehe ....

Akhirnya, School: Re-Search tamat juga!

Terima kasih untuk kalian yang mau menyempatkan di tengah kesibukan untuk membaca kary ini. Kalian yang terbaik deh pokoknya!

Semoga ending-nya memuaskan ya.

//Sungkem//

Sampai jumpa di karya lainnya!

Wassalamu'alaikum.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top