14 - Bioskop

"Pertemanan itu tidak mengenal perbedaan. Saling menghargai dalam segala keadaan."

<Re-Search>

=/•🗝️• \=

Halo lagi semua!

Setelah melihat keseharian Violla, hari ini kita beralih ke keseharian Freya di kamar asramanya. Sebenarnya sekarang jadwalnya untuk mengikuti kegiatan Halza, tetapi agenda itu sepertinya akan dibatalkan.

Bukan, bukannya pilih kasih, hanya saja Halza ada di Jepang sekarang ini. Kita tidak mungkin menghamburkan uang untuk penerbangan ke sana hanya demi melihat kesehariannya, bukan?

Oke, mari kita mulai kisah ini.

Asrama kecil berukuran 3 meter × 4 meter yang merupakan bagian dari asrama SMP Permata—SMP tempat Freya bersekolah dulu—tampak sepi. Yha, bagaimana tidak? Kedua penghuninya saja hening tidak bersuara.

Dua? Ya. Asrama ini dihuni oleh Freya dan Nabila—kakak tiri Freya. Baik Freya maupun Nabila, keduanya sibuk membaca buku tanpa saling bercengkrama. Memang, mereka kurang dekat karena pemikiran yang tidak sejalan.

Nabila merupakan gadis pecinta alam dan kebebasan, hobinya pergi bersenang-senang. Berbanding terbalik dengan Freya yang penyendiri dan kutu buku serta lebih suka berdiam di ruang tertutup. Terlihat jelas bukan, perbedaan kedu—

X-Class!
X-Class!
X-Class!
X-X-X-Class!
X-Class!

Suara notifikasi dari HP Freya mengganggu konsentrasi Nabila. Kesal, gadis itu mengomeli adiknya, mengomentari rentetan pesan yang masuk barusan.

"Dek! Itu HP ribut mulu dah!" katanya.

"Biar saja, Kak. Teman-temanku sepertinya sedang berdiskusi," jawab Freya enteng.

"Gue gak peduli, yang jelas gue keganggu. Apain gitu, kek."

"Iya, Kak." Mengalah, Freya membuka grup kelas yang sedari tadi ribut itu.

X-tra lucknut people club

Thariq
Oy, masih pada idup kan?

Halza
Brisik lo Kak! Ada apa?

Thariq
Nonton kuy!

Hasna
Bri6. Gw bkk.

Revan
Anj*r. Lo nulis apaan?

Azery
Translate : berisik. gue bokek.
Nonton apaan Riq?

Violla
Gue ikut kalau nonton Paw Patrol : The Movie

Jun
Ayo aja. Ide Violla boleh tuh. Sekali-kali nurutin yang kecil.

Nadira
Gue serah, ikut aja. Kalau udah fix tolong tag.

Alvand
Serius dibayarin? Ayo aja kalau gitu.

Thariq
Fix nonton kan? @Halza @Hasna @Revan @Azery @Violla @Jun @Nadira @Alvand @Freya

Halza
Ok.

Hasna
^2

Revan
^3

Jun
Semua deal kan? Tinggal Freya aja berarti.
Summon @Freya

Freya tertawa sendiri membacanya. Dia pikir teman-temannya ribut karena diskusi pelajaran atau pembagian tim dalam game online—karena biasanya memang itu yang mereka ributkan setiap harinya—ternyata mereka ribut membahas film.

X-tra lucknut people club

Violla
Gue tahu lo lagi on @Freya. Buruan bales sebelum grup ini penuh spam tag lo.

Me
Aku ikut selama kita tidak menonton film dewasa.

Thariq
Sip. Nanti jam 11.30 siang di cinema XX punya mall ABC yak. Telat bayar sendiri.

Freya mematikan layar ponselnya. Matanya berpindah, melihat jam yang ada di nakas. Jam digital itu menunjukkan angka 10:00, membuat Freya berdiri untuk bersiap.

Nabila tentu heran melihat adiknya—jikalau dia memang mau mengakui—berpakaian rapi. Seingatnya, Freya bukanlah anak yang suka keluyuran, bukan juga tipe yang mudah bersosialisasi, dia bahkan tidak pernah punya teman sejak mereka tinggal bersama. Penasaran, pada akhirnya sebuah pertanyaan terlontar dari mulutnya.

"Mau ke mana lo? Nge-date?"

"Aku bahkan tidak punya pacar Kak," balas Freya kesal.

"Terus? Mau main?" sinis Nabila.

"Kak Thariq meminta kami berkumpul," jawab Freya agak dusta.

Dia tidak berniat berbohong, juga tidak ingin berbohong jika saja keadaan memungkinkan. Nabila selalu saja merusuh saat tahu dirinya akan pergi main. Mulai dari meledeki, mengunci pintu asrama, menyembunyikan barang bawaannya, sampai memohon pada Gina agar dia tidak bisa pergi keluar.

"Cih. Ngebosenin amat kelas lo. Belajar mulu otaknya. Pantes aja lo bisa punya temen, satu spesies rupanya," hardik Nabila.

Freya mengabaikannya. Dirinya segera keluar menuju asrama guru, lebih tepatnya kamar Gina.

Mengetuk pintu tiga kali, raga Gina muncul dari balik daun pintu. Setelah mendapat ijin, barulah gadis itu pergi ke halte depan sekolah untuk menuju ke mall.

Untung saja bus segera datang, jika tidak, sudah bisa dipastikan kalau Freya terlambat. Terlihat Aze, Hasna, dan Violla sudah ada di depan mall, duduk di kursi yang tersedia.

"Nah, dateng juga lo. Tinggal si Halza doang berarti," sambut Aze.

"Eh? Yang lain mana?"

"Kak Revan sama Jun booking tempat buat makan siang. Kak Thariq sama Nadira beli tiket. Bang Alvand ke toilet. Kalau lo sama Halza udah dateng kita disuruh langsung ke cinema-nya."

Tepat setelah Aze selesai bicara, Halza datang dengan agak terburu-buru—setengah berlari malah. Penampilannya bisa dibilang cukup berantakan dan tidak serasi sama sekali.

Tidak percaya? Oke, mari kita daftar pakaiannya satu persatu agar kalian mengetahui seberapa anehnya anak itu hari ini.

Kaos lengan panjang berwarna merah bata, rok pisket panjang berwarna hijau tosca, sepatu sekolah hitam polos, dan tas selempang ungu dengan motif bunga-bunga kuning. Sungguh, Hal—

"Lo mau nonton apa jadi jemuran jalan? Pake baju kok acak-acakan," omel Hasna spontan.

"Baju gue kotor semua. Gue baru balik, gak sempet nyuci. Tinggal ini doang yang masih bersih. Yang lain dah dateng?" jawab Halza.

"Udah. Ayo ke cinema-nya. Mereka nunggu di sana."

Berhubung kita tidak didanai penulis untuk ikut masuk ke ruang tonton bioskopnya, mari kita lompati cerita ini. Kita langsung saja bahas sekeluarnya mereka dari bioskop.

Mereka langsung pergi ke tempat makan cepat saji pilihan Revan dan Jun. Jika kalian pikir makan siang kali ini mereka membayar sendiri atau dibayarkan oleh Revan dan Jun, kalian salah besar. Makan siang kali ini dibayar Halza sebagai hukuman karena dia terlambat dan mempermalukan mereka dengan penampilannya yang bak jemuran.

"Sialan emang lo pada. Untung gue bawa duit," gerutu Halza untuk kesekian kalinya.

Semua hanya tertawa. Pesanan sudah datang, tapi mereka belum juga mulai makan karena Violla masih ke toilet.

Bugh!

"ADUH!"

Sebuah tas kertas dengan logo toko baju melayang mengenai kepala Halza, membuat gerutuan gadis itu berubah menjadi pekikan kaget.

"Ganti, risih liatnya," kata Violla tanpa dosa.

Meski kesal, Halza tetap berdiri dan berganti pakaian. Dia sendiri risih menjadi pusat perhatian orang-orang karena tampilannya. Beberapa menit setelahnya, Halza kembali dengan penampilan yang jauh lebih baik dari tadi.

"Udah kan? Ayo makan, gue laper," ajak Jun.

Aa ... ayolah X-Class. Apakah kalian tidak mau berbagi dengan kami? Ah, lupakan. Tugas kita hanya mengikuti, bukan berbaur dengan mereka.

"Eh, gue mau ngomong sesuatu. Penting," kata Thariq tiba-tiba.

Semua—kecuali Alvand, Hasna, dan Revan—langsung menatapnya. Violla melirik ketiga orang itu, lalu setelahnya dia kehilangan minat pada apa yang akan dikatakan Thariq. Gadis itu lebih memilih untuk melanjutkan makan yang tentunya tidak dipermasalahkan oleh yang lain.

"Apaan?" tanya Halza.

"Bisa gak, kalian yang lebih muda dari kita kalau manggil gak usah pakai 'kak'? Aneh lama-lama dengernya. Ini kita sekelas lo."

"Kalau ke kalian bertiga sih, gue oke. Kalau ke Bang Alvand, sorry aja," jawab Aze langsung.

"Gue ogah."

"Jarak umur kita kejauhan Kak."

Bantahan terdengar dari Halza dan Violla.

"Kita gak maksa kalian bertiga. Paling gak si Nadira, Aze, sama Jun. Bukannya apa, kita sekelas tapi kayak ada jarak gara-gara umur. Risih aja gitu," jelas Hasna.

"Okelah."

1130 kata
18 Juni 2021

____________________________________________________________________________

Assalamu'alaikum ....
Hika hanya ingin memberi tahu beberapa hal.

Pertama, terima kasih untuk semua yang sudah meluangkan waktu membaca cerita ini. Jujur, Hika kaget waktu tahu banyak yang minat dengan cerita ini. Sekali lagi, terima kasih.

Kedua, Hika minta ijin untuk tidak update secara teratur mulai sekarang. Hika tidak akan memakai alasan sibuk dan lain sebagainya. Hika akan berkata jujur, Hika bingung bagaimana melanjutkan cerita ini. Terlebih, ada salah satu kegiatan Hika yang meminta porsi waktu lebih besar.

E tapi, tapi, tapi, Hika akan tetap mengusahakan untuk update tiga sampai empat kali dalam seminggu.

Sepertinya itu saja. Baiklah, selamat pagi dan tetap bahagia ya.

Wassalamu'alaikum.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top