39 - Firasat Buruk sang Legenda
"Adakalanya sahabat terasa jauh lebih bahagia dari keluarga."
{Magician}
<ᗕᗒ>
Bruk!
"Ah .... Gila! Capek banget."
"Semangat, Na. Kita kudu bisa tahan sampai tiga tahun ke depan. Kalau gak, si Yolan bakal nyesel pergi sekolah."
"Sabar ya, badan. Ini demi Yolan."
Marina dan Luciana terkapar membentuk bintang raksasa di tengah studio tari milik agensi tempat mereka bernaung. Tubuh keduanya terasa amat lelah, seakan-akan tulang mereka remuk semua.
Daniel tersenyum dari kejauhan. Matanya tidak lepas dari tubuh kelelahan kedua idol di bawah tanggung jawabnya.
Yolanda, semangat. Mereka benar-benar mendukungmu sepenuh hati, meski ini bisa saja membunuh mereka, batinnya.
Langkah pemuda itu mendekati keduanya sambil membawa dua botol air mineral yang dia beli tadi. Melihat keberadaan Daniel, Luciana dan Marina langsung duduk, menghasilkan rasa pusing.
"Pelan-pelan aja. Kalau emang capek, istirahat dulu. Kita punya sepuluh menit sebelum lanjut ke studio rekaman," katanya lembut sambil menyerahkan air.
"Thanks, Bang. Ngomong-ngomong, Yolan apa kabar? Dia gak ada hubungin lo, gitu, Bang?" tanya Luciana selepas meneguk airnya.
Gadis itu tampak lebih segar setelah minum, mengundang Marina untuk melakukan hal serupa.
"Iya juga, Bang. Lo gak dapet pesan apa-apa dari Yolan, kah? Dia gak ada ngehubungin kita sama sekali soalnya," kata Marina baru seakan mengingatnya.
"Ha?" Daniel refleks menoleh karena pertanyaan Marina dan Luciana.
Yolanda tidak memberi kabar? Ini bukan kebiasaannya. Ada apa ini? batin pemuda itu heran.
"Bang?!"
"Eh? Iya, ada apa?"
"Ck. Si Yolan ada kabarin lo, gak?"
"Eum, kayaknya gak, sih."
"Wah, parah nih anak. Awas aja, ya. Balik-balik gue giles juga nih bocah."
"Udah, udah. Mungkin dia emang repot. Yolanda, kan, idol. Mungkin banyak fans di sekolahnya," lerai Daniel.
"Huh."
Mereka kembali terdiam. Begitu sudah waktunya, Marina dan Luciana segera bergegas ke tempat tujuan berikutnya, sementara Daniel memilih untuk membersihkan tempat ini dulu sebelum menyusul mereka.
Kegiatan rekaman mereka sekarang adalah jadwal terakhir mereka untuk hari ini. Ada perasaan lega dan puas saat berhasil di hati kedua gadis itu saat berhasil melalui hari penuh penderitaan bak neraka kali ini.
Daniel tersenyum puas. Kedua idol di bawah naungannya ini sudah berkembang sangat pesat. Padahal, dulu mereka sudah terkapar hanya dengan beberapa jadwal, sekarang mereka bahkan sanggup bekerja dua hari penuh tanpa jeda.
"Luciana, Marina, kerja bagus."
"Thanks, Bang."
"Untuk hari ini, cukup sampai di sini dulu. Besok, kalian bisa beristirahat karena jadwal kalian kosong."
Mata kedua remaja itu berbinar senang. Sudah lama mereka tidak merasakan hari libur. Hilangnya salah satu personel, memaksa mereka bekerja dengan jadwal yang jauh lebih padat.
"Serius, Bang? Lo gak lagi canda, kan?"
Daniel mengangguk. "Iya. Besok tidak ada jadwal. Kalian bisa beristirahat. Ah, dan satu lagi. Besok aku berniat mengunjungi Yolanda. Aku tidak memaksa, jika kalian mau, kalian bisa ikut."
"Gue ikut, Bang. Kangen SMA," jawab Luciana tanpa pikir panjang.
Marina berdecak mendengarnya.
"Apa? Emangnya lo gak kangen sekolah?"
"Lo itu, ya. Mentang-mentang ada di posisi kedua setelahnya Bang Zahr."
"Ck. Lo sendiri, kan, posisi 3. Apa bedanya, Mari?"
"Sudah, sudah. Kau jadi ikut, gak, Luciana?"
"Ikut, Bang."
"Marina?"
"Entahlah, Bang."
"Oke. Besok aku akan menjemputmu pukul 7 pagi. Untukmu, Marina. Jika semisal kau berubah pikiran dan mau ikut, bersiaplah."
"Oke, Bang."
"Iya, Bang."
<ᗕᗒ>
Ketiga manusia itu—Magician maksudnya—benar-benar pergi hari ini. Melalui sedikit perdebatan, Marina akhirnya ikut berkat bujukan maut dari Luciana.
Setelah berkendara nyaris sejam, kini mereka sudah sampai di SMA Himekara, sekolah tempat kedua idol ini mengenyam bangku SMA. Tidak banyak yang berubah dari gedung ini di mata mereka, paling-paling hanya dindingnya yang sudah diwarnai ulang.
"Ah, nostalgia banget," kata Luciana senang.
"Bener. Nostalgia banget," dukung Marina.
Daniel tersenyum tipis, senang melihat raut bahagia di wajah idol asuhannya. "Ayo masuk."
Ketiganya berjalan masuk dengan Daniel yang memimpin jalan. Setiap langkah mereka menjadi sorotan. Banyak bisik-bisik terdengar, bukti bahwa di sekolah ini, mereka punya banyak penggemar.
"Eh, itu Myth Sky bukan, sih?"
"Benar, itu mereka. Astaga, ternyata rumor bahwa Yolanda Gutenberg bersekolah di sini itu sungguhan?!"
"Lihatlah mereka, benar-benar cantik dan tampan."
"Itu Daniel Blaine? Serius?"
"Kya .... Aslinya lebih tampan dari foto di internet."
"Bang, angkut aku jadi timmu."
"Wkwkwk .... Lo famous juga ternyata, Bang," kata Luciana berniat meledek.
"Ya, aku gak menyangka, sih. Kupikir mereka mencari profilku karena aku manager kalian."
"Gak ada kerjaan banget kalau cari profil lo sebagai manager. Gue yakin, mereka sengaja cari profil lo karena lo lumayan cakep."
"Mungkin."
"Sekali-kali, bisa kayaknya lo nyoba ngartis," goda Marina.
"Ide bagus. Sepertinya aku bisa jadi lawan mainmu untuk drama yang akan rilis bulan depan."
Mereka tertawa kecil, merasa lucu dengan obrolan mereka barusan.
"Kak Luciana? Kak Marina? Sedang apa kalian di sini?" sapa seorang pemuda berseragam khas jurusan Atletico.
"Ah, Thomas. Lama tak jumpa."
"Lama tak jumpa, Kak. Kalian sedang mencari seseorang, atau ada perlu dengan kepala sekolah?"
"Gak, kok. Kami cuma mampir aja, mumpung lagi libur. Niatnya, sih, mau mengunjungi Yolanda," jawab Luciana akrab.
Memang, mereka pernah bersekolah bersama, meski hanya setahun. Saat keduanya berada di kelas 3 dulu, Thomas berada di kelas 1. Itu juga yang membuat kedua gadis ini akrab dengan Tom.
"Yolanda?"
"Yep. Dia ada, kan?"
"Maaf membuat kalian kecewa, Kak. Yolanda sedang pergi bersama beberapa anak jurusan Magician yang lain atas perintah Sarah."
"Sarah? Maksudmu Sarah Pankhurst?"
"Benar."
"Ke mana?"
"Kalau tidak salah, mereka bilang akademi," kata Tom ragu.
Mata Marina melotot kaget. "MMA," gumamnya yakin.
"Kapan mereka pergi?"
"Tadi pagi, tepat setelah sarapan. Kalau mau, kalian bisa menunggu di asrama tamu dulu. Ijin yang mereka ajukan hanya sehari, harusnya mereka kembali sebelum malam," jelas Tom menjawab pertanyaan Luciana.
"Sial, firasatku sangat tidak enak."
Kedua gadis itu langsung menatap manager mereka penuh tanya. Tatapan penuh tanya itu perlahan berubah menjadi sorot takut, menatap was-was manager mereka saat melihat wajah seriusnya.
Ini buruk.
Tidak biasanya Daniel memiliki firasat buruk seperti ini. Kalaupun dia memiliki firasat, pemuda itu tidak akan mengatakannya, agar apa yang dia pikirkan tidak menjadi lebih buruk dari bayangannya.
Benar sekali. Sihir pemuda itu berhubungan dengan firasat dan perasaan, jadi bisa dibilang firasatnya ini mirip dengan ramalan.
Firasat Daniel memiliki keakuratan yang tinggi. Barusan dia bilang sangat tidak enak, itu sudah buruk. Apalagi, jika diucapkan, firasat yang dia rasakan bisa saja terjadi dengan lebih parah. Jika sampai itu benar adanya, maka akan ada bencana setelah ini.
"Bang, lo yang bener. Gak biasanya lo tiba-tiba ngerasa gak enak," kata Marina agak takut.
"Aku serius. Kayaknya ... Yolanda dalam masalah."
"Gawat. Terus, ini gimana?"
"Kita susul mereka ke MMA."
1064 kata
04 Des 2021
==============<⟨•⟩>==============
✧ SOSOK DALAM PUING SEJARAH ✧
Blaine (David Blaine)
Ia telah mengukir banyak prestasi dalam dunia sulap. Beberapa prestasi yang ia ukir di antaranya, seminggu dihabiskan untuk dikubur hidup-hidup, 63 jam berendam dalam balok es, 35 jam berdiri di pilar tinggi setinggi 36.000 m tanpa alat pengaman, 44 hari dihabiskan dalam kotak kaca tanpa makanan, serta 60 jam digantung terbalik.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top