38 - Topeng yang Terlepas

"Miris, bukan? Kelebihan bisa membawa kekurangan. Kekurangan bisa membawa kelebihan."

{yemimaliez}

<ᗕ۝ᗒ>

Ini gila. Benar-benar gila.

Para tokoh kita diboyong paksa oleh mereka—kedua wicked Magician—ke Underground, markas mereka selaku para kriminal.

Jika Magic Town berada di langit, Underground—seperti namanya—berlokasi di bawah tanah. Tempat ini tidak sungguhan berada di bawah tanah, tapi kota ini merupakan sebuah dimensi sihir.

"Bangs*t! Mau lo pada apa, sih?!"

Yolanda terus memberontak meski tahu itu sia-sia. Posisinya sekarang ada di dalam gelembung sihir, mengurung dirinya beserta semua kekuatan sihirnya.

Mereka semua dikurung dalam kurungan yang berbeda-beda. Yolanda berada dalam gelembung sihir peredam, Dercy diikat dengan rantai sihir, Ervin dan Reinnais diikat rantai sihir dan disumpal mulutnya, sementara Sarah dan Sheila tidak diikat, melainkan diberi untai sihir untuk menyatukan sumber sihir keduanya.

Skyle, Octavianus, dan Edward tidak kalah mengenaskannya. Skyle dimasukkan ke dalam boks hitam melayang, Octavianus dibelenggu rantai bak hewan peliharaan, sementara Edward kedua tangannya disegel penuh.

Jangan bingung. Kurungan yang ada ini memang beragam bentuknya. Tujuannya hanya satu, untuk mengunci sihir mereka semaksimal mungkin.

Dercy diam. Meski begitu, di kepalanya penuh dengan berbagai pemikiran. Selayaknya anak seorang ilmuwan tersohor dan penerus klan raksasa yang sangat bagus reputasinya, otak gadis itu bekerja jauh melebihi ekspektasi.

Kalau Kak Skyle bisa pakai sihir, Kak Zahr bisa ke sini. Hm, tapi sebelum itu, aku harus ngeluarin Kak Aldi sama Abi. Frida kayaknya Magician, soalnya dia punya wand. Berarti harusnya dia bisa bantu.

Dia memantapkan hati. Dengan keberanian yang sudah tercecer ke mana-mana, gadis itu beraksi.

"Kita akan dibawa ke mana, Ivana?"

"Underground."

"Apa itu?"

Kak Skyle, SOS ke grup X-Class. Pakai nomor ini; XXXXXXXXXXXX.

"Markasnya wicked Magician."

"Wicked Magician? Apa itu?"

"Wick—,"

"Sudahlah, Ivana. Jangan ladeni anak itu."

"Tak apa, Dot. Anak yang bahkan tidak tahu jika dirinya adalah seorang Magician jelas bukan ancaman," kata Ivana enteng.

"Terserah kau sajalah."

"Wicked Magician itu istilah untuk kriminal di kalangan para Magician."

"He ... begitu ternyata."

Kak Skyle, SOS ke grup X-Class. Pakai nomor ini; XXXXXXXXXXXX.

Di tengah usahanya mengalihkan perhatian, pikiran gadis itu sama sekali tidak terlepas dari kalimat di atas. Bukan tanpa alasan dia melakukannya.

Teori sederhana Dercy adalah, dia mengalihkan perhatian, sementara Skyle mencari bantuan. Begitu bantuan datang, keadaan akan berbalik dan mereka bisa menang.

Sayang, kenyataannya ternyata tidak sesederhana itu. Dia melupakan sesuatu. Alasan keberadaannya di Magic Town, alasan mengapa dia sampai ditangkap dan di boyong ke underground; Aldi.

Langkah mereka terhenti di depan sebuah gerbang raksasa; portal underground. Dot menempelkan tangannya di sana, membuat pintu itu terbuka. Di dalamnya, sebuah kota yang sangat indah tersaji, meremajakan mata.

Banyak anak-anak yang berlarian, para pedagang kecil yang berkeliling menjajakan dagangannya, bahkan ada beberapa pasang manusia yang tengah bermesraan. Benar-benar kota yang normal.

Mereka terus melangkah, bergerak menuju istana yang ada di sana. Beberapa orang pemuda tampak menjaga kastel tersebut. Melihat Dot, tanpa ragu mereka membukakan pintu, bahkan menyapanya.

"Yo, Ted. Lama tak jumpa."

"Ivana Monhilic Luther. Kau sudah kembali, rupanya. Bagaimana? Berhasil?"

Pemuda lain yang duduk bersantai itu menyapa balik, menanyai Ivana. Taman kastel menjadi tempat mereka berpijak saat ini. Taman terbuka dengan langit-langit yang tampak kekuningan itu benar-benar pemandangan yang indah. Sayang, di tempat seindah ini mereka harus selalu waspada.

"Tentu saja. Memangnya aku pernah gagal?"

"Iya juga, ya. Anak yang besar di kastel underground memang bisa diandalkan. Jadi Dot, bagaimana? Dia melakukannya sesuai perintah, bukan?"

"Kau bercanda? Dia melebihi ekspektasiku, Ted," kata Dot senang.

Ted tertawa lepas, senang karena temannya itu puas. Tangannya terulur, menepuk pucuk kepala Ivana dengan bangga.

"Kerja bagus. Sebaiknya kau kembali ke Magic Town sekarang. Keluargamu bisa khawatir," katanya tulus.

"Keluarga? Hah, jangan bercanda, Ted. Mereka bahkan tidak ada. Keluargaku sudah mati, bukan? Klan Luther sudah tiada sejak lama, sama seperti Klan Zahrawi."

Dercy mulai berkeringat dingin. Benaknya tidak berhenti mengulang kalimat yang sama, berharap Skyle mendengarnya. Sayang, tidak ada yang menyadari usahanya. Meski begitu Dercy tidak menyerah.

"Sudahlah, Nona. Hentikan usaha konyolmu itu. Skyle Colombus tidak bisa membaca telepati. Mau kau membatin sampai mati sekalipun, dia tidak akan tahu."

Ucapan Ted barusan membuat Dercy sempurna memegang. Pikirannya sudah ketar-ketir, membayangkan apa yang akan dilakukan Ted dengan informasi dari dirinya itu.

Sementara Skyle—yang namanya mendadak disebut—menoleh cepat ke arah Dercy. Matanya menelisik Dercy, seakan mencari tahu sesuatu.

Di sisi lain, Ivana justru tertawa kencang, nyaris terbahak. Mukanya merah karena menahan geli di perutnya. Setelah berhasil mengendalikan diri, gadis itu akhirnya membuka suara.

"Kau serius melakukan itu, Dercy? Hey, Magician itu juga ada bidangnya. Kak Skyle bukan seorang Magician yang bermain dengan pikiran, usahamu jelas sia-sia."

Dercy mengerjap kaget. Anak itu sama sekali tidak tahu bahwa yang dia lakukan adalah sebuah tindakan bodoh. Baru saja, tanpa sadar, dia memberikan satu-satunya harapan mereka pada lawan.

Ini gawat.

Kita harus bagaimana? Tidak mungkin, kan, kita diam tidak melakukan apapun?

Dot tersenyum sinis, terkesan meremekan lawannya.

"Astaga, Sarah, aku tidak menyangka seleramu dalam mencari bawahan seburuk ini. Anak ini memang kuat, tapi otaknya terbatas. Kau pikir, jake Magician bisa menang dengan memakai sampah seperti ini?"

Tangan Sarah dan Sheila terkepal kuat. Keduanya saling tatap untuk waktu yang lama, menyelaraskan ide yang bersarang di benak masing-masing. Sebagai anak kembar, tidak butuh waktu lama untuk mereka menyamakan pikiran.

"Hh ... baiklah. Kali ini saja aku akan mengalah, Kak," kata Sheila terpaksa.

"Tumben. Padahal aku berniat switch kalau kau memang keras kepala," balas Sarah remeh.

"Berhenti mengoceh dan cepat lakukan, Kak. Waktu kita terbatas."

"Oke, oke. Jangan marah."

Dot, Ted, dan Ivana langsung was-was. Percakapan barusan jelas bukanlah kabar baik bagi mereka.

Tangan Sarah terangkat. Clear dia lepaskan dari leher, dia genggam kuat-kuat.

Sheila juga mulai bergerak. Tangannya menyentuh untai sihir yang mengikat mereka, mulai membakarnya.

"Argh ...."

"Sshh ...."

Keduanya tampak kesakitan saat api itu sudah membakar untai sihir keduanya, sedikit banyak juga membakar sumber sihir mereka.

Semua terperangah, tidak percaya dengan apa yang mereka lihat sekarang ini. Membakar untai sihir yang mengikat sumber sihir, sama dengan bunuh diri.

Mereka sudah gila rupanya.

"Apa yang kalian lakukan?!" Begitu panik Ted berujar, menambah tegang suasana.

"Kak Sarah, Kak Sheila, kalian tidak berniat mati dengan konyol, kan?" imbuh Ivana yang dilingkupi kepanikan.

"Mati?"

"Jangan konyol. Kami—,"

"—hanya menyatukan sumber sihir yang awalnya memang satu!"

1033 kata
03 Des 2021

==============<⟨•⟩>==============

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top