32 - Bertengkar

"Siapa yang menanam, pasti akan memanen. Oleh karena itu, jangan melakukan sesuatu yang buruk, agar kau tidak mendapatkan keburukan pula di kemudian hari."

{Magician}

<ᗕ۝ᗒ>

"Aku akan membantu, tapi ada satu syarat."

Sarah mengangguk, meminta Dercy mengutarakan syarat yang dimaksud. Akan tetapi, yang diminta berbicara malah terdiam dengan wajah ragu-ragu.

Reinnais dan Ivana gemas sendiri melihat Dercy. Ingin rasanya kedua gadis itu memakai password dan memaksa Dercy bersuara.

Sementara itu, Skyle dan Octavianus hanya terdiam dengan tenang, membiarkan keheningan yang terjadi menyelimuti ruangan.

"Katakan saja. Apapun itu akan aku lakukan."

"Tolong sembuhkan Kakakku dulu sambil menungguku menguasai sihirnya."

"Oke, deal."

Skyle terbelalak tidak percaya. Tanpa pikir panjang, pemuda itu membentak Sarah yang menurutnya bersikap tidak logis.

"Ketua, apa maksudmu barusan?! Memakai sihir level 4 dalam kondisimu yang sekarang itu terlalu berbahaya!" murka Skyle pada Sarah yang menerima persyaratan dari Dercy tanpa pikir panjang.

"Lalu?" Di luar dugaan, reaksi Sarah sangatlah datar dan tenang, membuat Skyle semakin geram.

"Lalu? Lalu, katamu?! Setelah mengatakan hal segila itu kau masih tanya, lalu?! Dasar bodoh! Mengapa kau selalu membahayakan dirimu, sih?! Apa untungnya buatmu, hah?! Apa?! Berhenti membahayakan dirimu sendiri hanya untuk menolong orang lain selain orang terdekatmu, Sarah!"

Wajah Skyle memerah. Tangannya terkepal kuat, membuat kubu-kubu jarinya memutih serta telapak tangannya sedikit lecet terkena kuku. Napasnya tidak teratur akibat marah. Pemuda itu tidak paham lagi dengan pola pikir dari teman masa kecilnya itu.

"Hey, kalau Zahrawi boleh membahayakan nyawanya untukku, mengapa aku tidak boleh bertaruh hal serupa?"

"Ck. Terserah kau saja! Aku tidak peduli lagi. Dasar bodoh!"

Brak!

Setelah melayangkan bentakan, Skyle langsung pergi keluar, membanting pintu asrama cukup keras. Sarah dan Octavianus saling tatap sejenak, lalu serentak menghela napas panjang, lelah dengan sikap Skyle yang kasar dan meletup-letup.

"Dasar, Colombus. Anak itu sama sekali tidak berubah. Emosinya meledak di situasi yang salah. Seharusnya dia tidak semarah itu."

"Kau benar, tapi untuk kali ini aku setuju dengan Skyle. Kapasitas sihirmu benar-benar menipis karena sudah memakai sihir sejak kita masih anak-anak. Kalian sama-sama menanggung resiko, tapi resiko yang kau tanggung lebih besar."

"Aku masih sanggup kalau hanya melakukan sihir level 4 yang sederhana begitu. HP-ku mas—,"

"Sarah, dengar aku. Sihir yang akan kau pakai kali ini itu sihir level 4. Sesederhana apapun itu, semudah apapun itu, sihir ini jelas berbahaya. Tidak mungkin sihir ini dikategorikan dalam sihir level 4 jika sihirnya seaman itu. Pikirkan baik-baik, aku pergi dulu. Aku akan mencoba untuk menenangkan Skyle."

Octavianus pamit. Dari pengakuannya barusan, pemuda itu berniat menenangkan Skyle yang sudah jelas sedang marah. Melihat perselisihan empat sekawan yang selalunya akur, membuat Dercy dilingkupi perasaan bersalah.

"Maaf. Karena permintaanku, kalian jadi bertengkar," katanya penuh sesal.

"Bukan salahmu. Lagi pula, ini bukan pertengkaran pertama bagi mereka. Kau tidak usah terlalu khawatir," kat Reinnais menenangkan.

Setelah mengobrol sebentar perihal perjanjian yang mereka buat, Ivana dan Dercy pamit untuk pergi, kembali ke kamar asrama mereka. Sampai saat ini, Dercy masih mengkhawatirkan keempat kakak kelasnya yang tengah berselisih itu, membuatnya memilih untuk bertindak.

"Ivana, kau ke kamar duluan saja. Aku mau ke tempat lain dulu."

"Kau mau ke mana?"

"Menemui Ervin, mempelajari sihirnya!"

"Huh, dasar gila."

<ᗕ۝ᗒ>

Dua orang pemuda terduduk lesu di sudut taman. Tidak ada obrolan di antara mereka, membuat suara alam lebih mendominasi pendengaran.

Mereka, Skyle dan Octavianus, sedang mendinginkan kepala masing-masing. Setiap bertengkar, kedua pemuda itu selalu menjauh dari Sarah, membiarkan diri mereka masing-masing hingga sanggup berpikir jernih lagi.

Sarah juga sama. Dia sama sekali tidak bersuara lagi setelah Octavianus menyampaikan pemikirannya tadi. Ketiga remaja ini sedang merenung, mendinginkan kepala sebelum nanti kembali berbaikan.

"Hah, lagi-lagi aku memicu pertengkaran antara kita. Maaf."

Sepertinya Skyle sudah tenang, buktinya pemuda itu sudah mau bersuara, berbicara dengan Octavianus.

"Yha, meski kali ini aku sependapat denganmu, aku tetap tidak membenarkanmu memicu pertengkaran seperti ini."

"Ya, ya, ya. Aku tahu."

"Jadi, tunggu apa lagi? Kau mau diam di sini seperti sampai kapan, lambat?"

Skyle mendengus kesal. Temannya yang satu ini tidak pernah berubah. Mentang-mentang dirinya itu yang paling lambat menangkap, Octavianus dan Sarah suka memanggilnya lambat.

"Aku akan menunggu lima sampai sepuluh menit dulu. Emosi Sarah itu yang paling susah diredam. Aku tidak mau dia marah-marah lagi nanti."

<ᗕ۝ᗒ>

"Tidak!"

"Ayolah, Ervin. Ajari aku."

"Meskipun kau memohon hingga bersujud padaku, aku tidak akan mengajarkan sihir seberbahaya itu padamu."

"Ta—,"

"Cukup, Dercy. Aku mau pergi dulu."

Dercy menghela napas berat. Lima belas menit merayu Ervin, gadis itu harus puas dengan kegagalan.

"Hh ... ini belajar ke siapa, terus?" gumamnya frustasi.

Ditengah kefrustasian serta ketidaktahuannya, ada pesan masuk dari Alex, meminta seluruh siswa berkumpul di lapangan duel.

Seluruh siswa berkumpul di lapangan, sekarang.

-Alex-

Dercy bergegas pergi setelah membaca gulungan kertas sihir yang mendadak muncul di depan wajahnya itu. Dia tidak memperdulikan apapun dan langsung berbaris.

"Pagi, anak-anak."

Ah, sial. Mengapa ada kepala sekolah di sini? Jangan bilang, kepala sekolah tahu perihal kekacauan yang sempat terjadi?

"Pagi."

"Ada banyak hal yang ingin saya bicarakan, jadi saya harap kalian tidak mengeluh."

Ada jeda sejenak.

"Pertama, terkait terbongkarnya identitas kalian sebagai seorang Magician. Saya sudah menyelidiki ini, dan saya menemukan bahwa kalian membongkar identitas karena terpaksa. Oleh karena itu, untuk kali ini saya akan memaafkan kalian jika kalian bisa menghapus ingatan tersebut dari para non-Magician. Ada pertanyaan?"

Seseorang mengangkat tangan, menarik perhatian Margaretha.

"Ya, Za—Ah, maksud saya, Aldercy Zavaa," katanya luwes.

Untung saja Margaretha tidak salah bicara. Untung saja juga, kode dari Sarah berhasil dia tangkap tepat waktu. Kita semua jelas tidak bisa membayangkan, apa yang akan terjadi jika marga Dercy terbongkar.

"Terima kasih. Saya ingin tahu, bagaimana cara untuk menghapus ingatan seluruh warga sekolah? Maksud saya, kalau pun ada cara, bukankah cara itu terlalu berbahaya?"

Semua menatap Dercy, memberikan dukungan. Perkataan anak itu kali ini sangat logis. Siapa pula siswa yang memiliki sihir sebesar itu?

"Ah, pemikiran yang sangat kritis. Benar-benar seperti yang diharapkan dari pemegang beasiswa prestasi. Dan, ya, kebetulan sekali. Jawabannya ada di hal kedua yang ingin saya bicarakan."

Ada jeda lagi, membuat Dercy penasaran. Jeda kali ini cukup lama, semua murid menanti dengan tidak sabaran.

"Mulai besok, seluruh siswa akan diajarkan sihir level 3 dan 4. Ini adalah perintah dari penanggung jawab pendidikan di Magic Town."

1028 kata
05 Nov 2021

==============<⟨•⟩>==============

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top