31 - Kembar
"Ada kalanya kita harus berani bertindak demi orang yang penting bagi kita."
{Magician}
<ᗕᗒ>
"Hey, Octavianus. Ayo kita temui Ketua. Mengingat Dercy dan Yolanda kemarin, aku rasa kita juga harus berlatih," kata Skyle berapi-api.
Octavianus hanya mengangguk. Pemuda itu beranjak dari tempat tidur, mengambil jaket. Mata Skyle berbinar senang mengetahui idenya diterima oleh temannya.
Kedua pemuda itu pergi ke gedung asrama putri. Setelah melapor pada penjaga asrama, kedua pemuda itu naik, pergi menuju kamar Sarah dan Reinnais.
Tok ... tok ... tok ....
Ceklek.
"Kalian? Ada apa?" tanya Reinnais yang membuka pintu.
"Oh, hai, Rein. Maaf mengganggu hari liburmu. Apa Ketua repot? Kami ada perlu dengannya," kata Skyle.
"Ketua masih tidur. HP-nya terkuras banyak karena memperbaiki taman. Masuklah, Kak."
Gadis itu membuka pintunya lebih lebar. Benar saja, di tempat tidur dekat dinding, Sarah tertidur pulas dengan wajah banjir keringat. Skyle dan Octavianus langsung duduk di karpet tanpa banyak kata.
"Mau minum, Kak?" tawar Reinnais.
"Tidak perlu. Bagaimana persiapanmu? Apa kau sudah menguasai sihir level 3 sesuai yang Ivana minta?" tanya Skyle.
"Belum. Usiaku masih terlalu muda, Kak. Usiaku yang sekarang harusnya baru mulai mempelajari sihir level 2 menengah. Akan beresiko kalau aku mempelajari sihir level 3."
Skyle menepuk dahinya. Sungguh, dia lupa kalau gadis di hadapannya ini bahkan belum menginjak usia SMA. Octavianus tersenyum samar sebagai respon. Tangannya bergerak mengelus surai Reinnais.
"Tidak apa. Kau sudah berusaha keras. Jangan paksakan dirimu, aku tidak mau melihat kau kehilangan anggota tubuh lagi," katanya lembut.
"Ah. Maksud Kakak ini?" Reinnais mengangkat kedua tangannya yang masing-masing kehilangan satu jari.
"Tenang saja, Kak. Aku tidak apa. Kak Octavianus tidak perlu khawatir," katanya enteng.
Karena tidak ada lagi yang diobrolkan, mereka bertiga memilih diam, sibuk dengan kegiatan masing-masing. Nyaris sejam lamanya mereka terdiam, hingga akhirnya Sarah terbangun dari tidur nyenyaknya.
"Kalian? Mengapa di sini?" tanyanya sambil beralih duduk.
"Akhirnya kau bangun, Ketua. Kami menunggumu selama sejam penuh," keluh Skyle.
"Tidak ada yang memintamu datang, jadi aku tidak salah," balas Sarah.
"Eh? Kupikir Ketua ada janji dengan Kak Skyle dan Kak Octavianus?' kata Reinnais lugu.
"Tidak. Aku tidak mungkin membuat janji jika tidak yakin akan bisa menepatinya. Jadi, Colombus, Pheidippides, ada apa?"
"Ayo kita latihan!" kata Skyle menggebu-gebu.
Sarah agak terkejut mendengar tujuan dari kedatangan kedua pemuda itu. Gadis itu langsung turun dari tempat tidur, ikut bergabung bersama yang lain.
"Apa maksudmu, Colombus?" tanyanya memastikan.
"Kau sudah lihat kemampuan Dercy dan Yolanda, bukan? Mereka hebat. Kita jelas tidak boleh kalah, kan?"
"Pheidippides, ini idemu?"
"Bukan. Ini murni pemikiran Skyle. Aku hanya mengikutinya," bantah Octavianus.
"Aku juga ingin berlatih, tapi kondisiku tidak memungkinkan. Kalian tahu, bukan? Karena kutukan, aku jadi memiliki batas pemakaian sihir," jawab Sarah sedih.
"Aku sebenarnya punya solusi untuk kutukanmu itu, tapi aku tidak yakin akan berhasil," kata Octavianus tiba-tiba.
"Benarkah?" binar Skyle.
"Iya. Kutukan yang Ketua dapat itu muncul karena dia terlahir kembar. Aku pernah baca, jika kita memakai sihir pemulihan level 4, kita bisa mencabut kutukan itu," jelas Octavianus.
"Mengapa kau tidak bilang dari dulu, sih, Kak? Kalau sihir pemulihan level 4, aku sudah menguasainya," kesal Reinnais.
"Aku tahu, tapi kau tidak memenuhi syarat."
"Syarat?"
"Iya. Karena kutukan ini merupakan dampak dari kelahiran kembar, hanya kelahiran kembar yang bisa mengangkatnya."
"Maksudmu—,"
"Benar. Hanya Dercy yang bisa melakukan ini."
<ᗕᗒ>
Oke, cukup sudah kita mengikuti obrolan di kamar ketua jurusan kita. Sekarang, mari kita beralih, mengintip kamar sosok yang sedang mereka bicarakan tadi.
"Dercy, apa kau sibuk?"
Keheningan kamar yang sudah bertahan sejak semalam akhirnya terpatahkan oleh pertanyaan yang dilontarkan Ivana.
Gadis yang sedari tadi bermain ponsel ini tiba-tiba menanyai teman sekamarnya yang sedang asik membaca.
"Ada apa?"
"Kalau kau tidak sibuk, tolong temani aku kamar asrama Rein. Dia barusan menghubungiku. Katanya aku disuruh ke sana," jelas Ivana membaca ulang pesan yang masuk.
"Oke."
Dercy menutup bukunya setelah sebelumnya menyelipkan kertas sebagai pembatas.
Setelah memakai jas almamater seragam, keduanya bergerak naik ke lantai tiga, menuju kamar Reinnais.
Tok ... tok ... tok ....
Ceklek.
"Ah, kalian. Masuklah."
Reinnais membuka pintu lebih lebar, membiarkan kedua tamunya masuk.
"Kupikir kau bercanda soal melibatkan Dercy," kata Skyle.
"Ada apa, Kak?"
Skyle menatap ketiga temannya, meminta ijin. Anggukan samar dia dapat dari Reinnais dan Octavianus. Tinggal Sarah saja yang belum memberi ijin.
"Bagaimana, Ketua?"
"Apa kalian yakin? Ini terlalu berbahaya untuk Zahrawi," ragunya.
"Maaf, Kak. Aku kurang tahu apa yang kalian bahas, tapi jika memang Kalian butuh bantuan, aku akan membantu sebisaku," kata Dercy yakin.
"Baiklah. Aku setuju."
Jawaban Sarah itu seakan menjadi aba-aba bagi Skyle untuk mulai menjelaskan. Mulutnya yang cerewet, dengan cepat menjelaskan segalanya.
Perlahan tapi pasti, dua siswa baru itu paham dengan situasi yang tengah terjadi. Selaku anak yang besar di Magic Town, Ivana tentu tahu perihal anak kembar itu.
Oke, sambil menunggu Skyle menjelaskan, mari kita singgung perihal nasib anak kembar di kalangan para Magician.
Terlahir sebagai anak kembar sebenarnya tidaklah salah. Akan tetapi, ada satu masalah yang belum ada solusinya sampai sekarang.
Sihir seorang Magician bersumber dari kombinasi sihir orang tuanya. Dalam sekali kehamilan, hanya akan tercipta satu sumber sihir.
Apabila seorang anak terlahir kembar, akan ada dua kemungkinan yang bisa saja terjadi. Kedua kemungkinan itu sama-sama memiliki dampak yang buruk bagi salah satu anak.
Kemungkinan pertama, kedua anak akan terlahir sebagai Magician, tapi salah satu anaknya terikat kutukan. Kutukan ini muncul karena satu sumber sihir itu terduplikasi secara paksa.
Alasan duplikasi itu karena kedua anak memiliki nafsu bertahan hidup yang sama kuat, sehingga sumber sihir yang ada terpaksa menjadi dua sumber sihir.
Hal inilah yang terjadi pada Sarah. Sihirnya memang lebih kuat dari Sheila, saudara kembarnya, tapi dia tidak bisa memakainya karena kendala kutukan.
Kemungkinan kedua, salah satu anak terlahir dengan sihir besar, tapi anak satunya terlahir tanpa sihir dengan kondisi cacat.
Kemungkinan yang satu ini bisa dibilang sangat langka, karena hanya terjadi apabila nafsu bertahan hidup keduanya berat sebelah.
Anak dengan nafsu bertahan hidup lebih tinggi akan merebut sumber sihirnya secara penuh, serta merebut sedikit kemampuan saudaranya.
Keadaan ini yang dialami oleh Dercy. Gadis itu tidak pernah menyangka apabila hanya karena terlahir kembar, seorang Magician bisa semenderita itu.
Kedua hal itu memang bisa diperbaiki, tapi tahapan dan resikonya tidak bisa dianggap ringan.
Untuk kutukan, dapat dihilangkan lewat sihir pemulihan level 4 yang dilakukan oleh sesama anak kembar yang bukan saudara.
Sementara untuk cacat permanen, dapat disembuhkan dengan sihir healing level 4 yang dilakukan oleh anak yang terkena kutukan anak kembar.
Ah, sepertinya cukup sekian dulu penjelasannya. Skyle sudah selesai memberikan penjelasan.
"Jadi, bagaimana menurutmu, Dercy? Apa kau setuju?"
Dercy tampak berpikir sebentar. Tawaran kali ini cukup menguntungkan baginya. Jika dia menyetujuinya, kakaknya bisa sembuh.
"Mm ... Kak, apa aku bisa bertanya dulu?"
"Apa yang mau kau tanyakan?"
"Kalau misal aku membantu Ketua, apa yang bisa kudapat?"
"Kau boleh minta apapun dariku," kata Sarah cepat.
Dercy menghela napas panjang. wajahnya terlihat ragu, tapi bisa jadi ini satu-satunya kesempatan untuk menyembuhkan kakaknya.
"Aku akan membantu, tapi ada satu syarat."
"Katakan saja. Apapun itu akan aku lakukan."
"Tolong sembuhkan Kakakku dulu sambil menungguku menguasai sihirnya."
1154 kata
30 Okt 2021
==============<⟨•⟩>==============
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top