07 - Magician's World
"Dunia tercipta tanpa memiliki batas, jadi berhentilah bersikap sok cerdas. Meski kau mengira telah mengetahui segalanya, tetap saja akan ada hal mengejutkan yang siap membuatmu merasa tak tahu apa-apa."
{Magician}
<ᗕᗒ>
Pagi semua!
Oke, kali ini kalian tidak salah baca. Kita akan benar-benar menilik wilayah para Magician dari sistem belajar siswa-siswinya.
Perihal study tour sebelumnya, kita tidak bisa mengikuti lebih jauh. Sama seperti kasus-kasus terdahulu, penulis tidak memberi kita dana yang memadai untuk membeli tiket Cloudosseum. Semoga saja lain waktu kita bisa masuk ke sana, karena menurut rumor yang beredar, Cloudosseum adalah tempat pertandingan terbesar di dunia para Magician.
Oke, oke. Cukup sampai sini khayalan kita. Kita sudah melangkah terlalu jauh dari alur utama, sudah seharusnya kita kembali pada kisah yang sebenarnya.
Sebagai permulaan, mari kita pergi ke kamar Ervin. Seperti di penjelasan sebelumnya, jumlah siswa kelas Magician tahun ini ganjil, tepatnya 21 siswa. Itu artinya, akan ada seorang siswa yang tidak memiliki teman sekamar.
Siswa yang entah sial atau beruntung yang memiliki kamar seorang diri tersebut adalah Ervin. Saat ini dia sudah berseragam rapi, lengkap dengan jas merah maroon khas SMA Himekara serta pin dengan simbol bintang khas jurusan Magician yang melekat apik di dada kanannya.
"Yosh. Sudah siap."
"Anda terlihat kuat dengan seragam itu, Tuan."
"Jangan konyol. Ngomong-ngomong, jam berapa ini?"
"Sekarang pukul 06.00, Tuan."
Suara wand pemuda itu terdengar, menyahut ucapan tuannya.
"Ah, sial. Sudah siang, rupanya. Ayo Omi, sebaiknya kita segera pergi, jangan sampai mereka yang menunggu kita."
Pemuda itu segera melangkah, berniat menuju taman gedung asrama jurusan Magician, tempat mereka janji bertemu kemarin. Baru saja turun dari lantai dua, matanya menangkap raga Skyle dan Octavinus yang baru keluar kamar mereka.
"Pagi, Kak!"
"Ah, pagi Ervin. Mau ke mana kau? Rajin sekali sudah siap sepagi ini," balas Octavinus ramah.
"Ke taman asrama. Aku janji bertemu dengan teman di sana."
"Kebetulan sekali. Mau pergi bersama? Kami juga ada janji di sana," tawar Skyle.
Ervin hanya mengangguk karena sungkan menolak. Lagipula, tidak masalah bukan pergi keluar asrama bersama senior di sekolah?
Ketiganya pergi keluar bersama, menuju taman asrama yang terletak di antara kedua asrama, menjadi satu-satunya penyekat kedua tempat tersebut.
Dari kejauhan, netra mereka sudah menangkap sosok Sarah dan Reinnais yang sedang duduk di bangku taman. Mereka tampak terdiam, bersantai sambil bersandar.
Tunggu.
Reinnais tidak sedang bersantai. Gadis itu tampak tengah menulis di udara, hendak memakai password. Kira-kira, apa yang dia tulis ya?
"Itu mereka. Ervin, kami duluan, ya." Octavinus segera berlari, disusul Skyle yang juga pergi setelah pamit.
Hm, apakah kalian penasaran? Jika iya, mari kita ikuti dulu keempat sosok itu sembari menunggu tokoh lain keluar dari asrama.
"Maaf terlambat. HP-ku menurun drastis, jadi Nano melemah tadi. Kalian menunggu lama?" tanya Skyle.
Mendengar suara Skyle, pergerakan Reinnais terhenti, menyebabkan tulisannya hilang. Octavinus segera menyadarinya, sehingga memutuskan untuk bertanya.
"Rein, kau sedang apa? Tidak biasanya memakai password di luar jam pelajaran."
"Password healing. Tubuh Ketua—,"
"Tak apa, Colombus. Kau menekan dirimu melebihi biasanya, HP-mu pasti menipis, wajar jika wand-mu kelelahan," kata Sarah enteng, memutus kalimat Reinnais.
Lewat sorot matanya, kita bisa menangkap bahwa ketua jurusan berwajah tembok itu tidak ingin mengungkit hal ini. Sayang, ketiga remaja ini sepertinya tidak memedulikan peringatan ketua mereka.
"Kau baik-baik saja, Ketua? Apa perlu aku memakai healing juga?" tanya Skyle khawatir.
"Tidak perlu. Kita akan melewati hari yang panjang, sebaiknya simpan HP-mu untuk hal yang mendesak," kata Sarah telak.
"Kesehatanmu juga pen—,"
"Ervin!"
Ah, oke. Sepertinya sudah saatnya kita kembali fokus pada ketiga tokoh utama. Kedua gadis itu tampak menghampiri Ervin yang berdiri seorang diri, bersandarkan pohon.
"Sudah lama? Maaf membuatmu menunggu," tanya Ivana sungkan.
"Tuan menghabiskan 15 menitnya yang berharga untuk menunggu kalian," jawab Omi ketus.
Dercy berjengit kaget. Kepalanya menatap sekeliling horor.
Masa iya sekolah se-elite SMA Himekara berhantu? batinnya ngeri.
Omi berdecak kesal melihat respon Dercy. Tubuhnya bercahaya terang, menyilaukan mata. Dalam sekejap, wujudnya berubah menjadi sosok bocah berumur kisaran sepuluh tahun.
"Huwa, tuyul!" pekik Dercy.
"Bwahaha ...."
Tawa langsung pecah bersamaan dengan wajah Omi yang memasam, menertawakan kepolosan Dercy perihal dunia para Magician. Mata bocah itu menyorot tajam pelaku penuduhan konyol terhadapnya, Dercy.
"Anak kurang ajar! Sudah membuat Tuan Ervin menunggu, menuduhku sebagai makhluk astral pula! Aku ini Omi, spirit wand setia Tuan Ervin, bukan tuyul!" geramnya.
"W-wand? E-Ervin, dia—,"
Ervin menghentikan tawanya. Masih dengan wajah jenaka yang memerah, dia menginterupsi wand miliknya.
"Cukup, Omi. Jika kau kasar pada mereka, itu artinya kau menentangku. Gadis ini besar di lingkungan manusia, wajar jika dia tidak tahu apa-apa. Kembali ke wujud jam. HP-ku belum pulih penuh untuk menanggung bebanmu sebagai manusia seperti ini," titah pemuda itu.
Omi menunduk hormat sebelum kembali berubah menjadi jam. Setelah kondisi agak tenang, Ervin baru mulai menjelaskan.
"Jadi begini. Hampir semua Magician, butuh wand untuk menyalurkan energi mereka. Wand itu bisa didapat dengan melakukan kontrak spirit sepertiku. Kontrak ini membuat kami berbagi HP, sehingga kekuatanku bisa meningkat."
Dercy manggut-manggut mengerti. Otak cerdasnya dengan cepat mencerna penjelasan barusan.
Jadi wand berfungsi untuk melakukan sihir. Lalu untuk mendapatkannya kita melakukan kontrak agar HP meningkat, batinnya.
"Nah, wand itu sendiri cara mendapatnya berbeda tiap Magician. Contohnya saja aku. Aku dan Omi bertemu sekitar sepuluh tahun lalu, tepatnya saat aku nyaris mati di laut. Kakakku sendiri, bertemu spirit-nya saat tengah berkelahi dengan klan lain," lanjut Ervin.
"He ... berarti bisa dibilang, wand itu muncul saat kita berada di titik paling berbahaya dalam hidup kita, ya?"
"Yep. Tapi itu hanya untuk para Magician pengguna wand. Untuk Magician yang tidak memakai wand, aku sendiri kurang paham."
"Tidak apa. Oh iya, Ivana. Kau tipe itu, bukan? Kalau kau tidak keberatan, bisa jelaskan padaku?"
"Intinya, tipe ini berkebalikan dengan tipe pemakai wand. Kami berlatih untuk menggunakan password dengan pengurangan HP seminimal mungkin. Intinya, kami pakai trik-trik murahan buat ber—,"
Kring ....
"Ah, sial. Kita terlambat!"
"Kita lanjutkan nanti, sekarang sebaiknya kita segera pergi."
Ervin segera berlari ke arah gedung. Sambil berlari, tangannya bergerak mengeluarkan 2 haverboard, melempar yang satu pada kedua gadis di belakangnya.
"Pakai itu," katanya sebelum melesat sangat cepat.
"Dercy, maaf lancang, tapi bisakah kau memelukku? Aku akan pakai password speed up agar kita sampai tepat waktu."
Takut-takut gadis itu memeluk pinggang Ivana, persis seperti permintaannya. Ivana sendiri, terlihat mengatur napas, sebelum bergumam lirih yang menyebabkan haverboard mereka melesat sangat cepat.
"IVANA! INI TERLALU CEPAT!"
1051 kata
September 2021
==============<⟨•⟩>==============
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top