01 - PPDB

"Tenang bagai air, lincah bagai angin. Sungguh hebat, tiada seorang yang mampu mengalahkan."

{Magician}

<ᗕ۝ᗒ>

"Selamat datang di SMA Himekara, para ahli muda dibidangnya masing-masing!"

Sambutan meriah itu menggema dari pengeras suara aktif yang terdapat nyaris di seluruh sudut lapangan. Sebagian besar siswa baru menutup telinga mereka yang berdenging akibat volume suara yang sedikit terlalu berlebihan.

Seakan belum puas menyakiti telinga calon siswanya, speaker menyebalkan itu berbunyi lagi. Suara menggelegar yang dipancarkan pengeras suara seakan dinaikkan volumenya, membuat para siswa baru nyaris semua berusaha keras menyumpal telinga.

Beberapa dari mereka bahkan sampai menyumpal telinga dengan earphone dan sejenisnya. Beberapa yang lain mengumpat cukup keras saking kesalnya, meski tahu umpatan itu tidak akan sampai pada pelaku.

"Bagi para siswa kelas satu, harap berkumpul di aula untuk upacara pembukaan. Silakan ikuti papan arahan yang disediakan agar kalian tidak tersesat, mengingat sekolah ini cukup luas."

Kepala SMA Himekara telah berada di tempat yang dimaksud, menyambut setiap siswa yang menginjakkan kakinya melewati batas ruangan. Dari suaranya, kita bisa tahu jika pelaku perusakan telinga di luar gedung tadi adalah kepala sekolah.

Kekesalan para siswa memuncak melihat wajah tidak berdosa wanita itu yang asik menebar senyuman. Untung saja dia adalah kepala sekolah. Jika tidak, bisa dipastikan sosok itu akan berakhir babak belur di tangan siswa-siswi baru ahli bela diri yang ada.

Beberapa saat kemudian, huru-hara ini berangsur tenang. Semua siswa telah duduk di kursi yang disediakan, siap menerima sepatah dua patah kata dari kepala sekolah yang mereka yakini akan sangat panjang.

"Selamat datang! Selamat, kalian adalah anak-anak pilihan negeri ini. Seperti yang kalian ketahui, SMA Himekara memiliki empat jurusan: Thinker untuk kalian yang berotak ilmuwan, Atletico untuk kalian yang berfisik prima, Player untuk kalian yang ahli dalam permainan, dan Magician untuk kalian yang suka melawan teori ilmu pengetahuan.

Setelah ini kalian akan diarahkan untuk menentukan jurusan, baru setelahnya kalian akan ditempatkan di asrama sesuai jurusan masing-masing. Untuk hari ini, kegiatan kalian bebas, tetapi besok ada upacara pembukaan.

Silakan pakai seragam SMP kalian dulu untuk sementara waktu. Itu saja dari saya. Informasi lebih lanjut akan disampaikan besok saat upacara pembukaan. Sekian, selamat pagi."

Untunglah, pidato kepala sekolah tidak sepanjang rel kereta. Kini, semua murid tengah berbaris, mengantri untuk melakukan tes penjurusan.

Penjurusan dilakukan di sebuah ruangan dengan sistem dipanggil per lima orang. Cukup panjang antrian kali ini, mengingat SMA Himekara baru saja menambahkan jumlah kuota maksimalnya.

Sembari menunggu, para murid diijinkan untuk mengobrol. Saling berkenalan dengan siswa lainnya. Sepertinya antrian kali ini akan cukup lama. Untuk itu, mari kita coba menguping obrolan sepasang siswi dengan seragam berbeda itu.

"Kenalin, gue Ivana. Ivana Monhilic Luther. Lo?"

"Aku Aldercy Zavaa. Panggil saja Dercy. Salam kenal."

"Salken. Lo, dari SMP Angkasa, ya?" tanya Ivana ragu.

Matanya menatap minder pada seragam SMP swasta terbaik di kota yang melekat apik di tubuh Dercy. Meski tampak lusuh, seragam dengan warna dominan merah hati dan abu-abu itu tidak kehilangan wibawanya.

Anak ini sempurna sekali, batin Ivana iri. Sesekali dia melirik seragamnya yang hanyalah seragam SMP terbuang dan terburuk di kota.

"Iya. Alhamdulillah, aku dan Kakak dapat beasiswa penuh di sana."

Anak beasiswa. Level kita beda jauh, rasa mindernya semakin menjadi-jadi, membuatnya merasa canggung.

"Keren," komentar Ivana singkat.

"Tidak juga. Nasib pendidikan anak yang besar di panti asuhan sepertiku memang hanya bergantung pada beasiswa," kata Dercy merendah.

Anak gak mampu, berarti otaknya emang jenius dari sananya. Argh ... kenapa mesti dia sih yang gue ajak kenalan?! Ivana bego! Kalau cari temen itu sadar diri napa! batin Ivana meronta kesal.

Melihat perubahan raut lawan bicaranya, Dercy berinisiatif untuk bertanya balik, berharap teman barunya tidak terus-menerus memasang raut minder seperti itu.

"Kau sendiri, dari SMP mana? Maaf, aku kurang tahu nama-nama sekolah di kota ini."

Meski canggung, Ivana tetap menjawab. "Gue dari SMP—,"

Brak!

Akibat terlalu lama menunggu giliran, seorang pemuda jatuh pingsan yang untungnya berhasil ditahan oleh kedua gadis tadi. Keributan sempat tercipta. Untunglah, petugas kesehatan segera datang, membawa pemuda tadi bersama kembarannya, salah satu gadis yang tadi menahan pemuda itu, ke UKS.

Beberapa menit setelah dibaringkan, si pemuda tersadar, memanggil saudarinya secara spontan.

"Dercy,"

Gadis itu, Dercy, menoleh pada saudaranya dengan gerakan cepat. Raut panik dan khawatirnya berubah lega seketika.

"Syukurlah Kak Aldi sudah bangun. Kakak butuh sesuatu?" tanyanya lembut.

Gelengan lemah didapat oleh Dercy. "Kamu kok di sini? Gak ikut acara pembukaan?"

"Mana bisa aku ikut acara sementara Kakak pingsan. Untung saja tadi aku bisa menahan Kakak dibantu teman baruku, Ivana. Kata penjaga UKS, kita ujian jurusan di sini. Sekarang Kakak istirahat ya, aku mau memanggil pengujinya dulu di ruang guru."

Wajah pucat Aldi perlahan menampilkan ekspresi bersalah. Sekeras apapun dia berusaha, ternyata tubuhnya memang sangatlah lemah. Ah, lagi-lagi dia merusak kesenangan saudarinya.

"Maaf ya, aku ngerepot—,"

"Bilang itu lagi, aku ngambek. Dercy ke ruang guru dulu. Assalamu'alaikum."

Tanpa mendengar jawaban Aldi, Dercy melangkah keluar, menuju ruang guru. Entah sedang sial, atau ini karma karena telah berkata ketus pada saudaranya, yang jelas kini Dercy tersesat entah di mana.

Kepalanya menoleh ke sana ke mari mencari seseorang yang mungkin bisa membantu. Matanya tidak sengaja menangkap raga kepala sekolah, membuatnya refleks berteriak saking senangnya.

"IBU!!"

Wanita itu menoleh, cukup bingung melihat keberadaan Dercy. Setelah bergumam sendiri dengan mata bergerak ke kanan-kiri, wanita yang akrab disapa Ibu Margaretta itu mendekati Dercy dengan wajah ramah.

"Zahrawi Aldercy Zavaa ya? Mengapa kau ada di sini?" tanyanya.

Dercy terkejut. Sangat terkejut saat tahu namanya diingat oleh kepala sekolah.

Apa karena aku anak beasiswa ya? Ah, lupakan. Aku harus segera bertanya, beliau pasti sibuk, batinnya menepis keraguannya.

"Sebelumnya, saya mohon maaf karena telah berteriak, Bu. Saya ingin menanyakan, ruang guru di sebelah mana ya?"

"Ada perlu apa kau mencari ruang guru?"

"Begini Bu, saudara saya pingsan tadi dan saya diminta untuk menjaganya. Panitia juga berpesan untuk memanggil Sir Alex di ruang guru setelah kakak saya sadar. Sayangnya, saya justru tersesat saat mencari ruang tersebut," jelas Dercy rinci.

Margaretta tersenyum. "Begitu rupanya. Lewat lorong itu. Ruang guru ada di ujung lorong, sebelah kanan, Nak," jelasnya ramah.

Usai berterima kasih, Dercy melangkah cepat ke arah bingkai persegi panjang yang disebut lorong oleh sang kepala sekolah tanpa menyadari adanya kejanggalan.

"Portail miroir, bâtiment principal," gumam Margaretta super lirih tepat saat Dercy melangkah masuk.

1029 kata
02 Sep 2021

==============<⟨•⟩>==============

✧ SOSOK DALAM PUING SEJARAH ✧

Zahrawi (Abul Qasim Khalaf ibn al-Abbas az-Zahrawi / Al-Zahrawi / Abulcasis)
Salah satu pakar di bidang kedokteran pada masa Islam abad Pertengahan. Karya terkenalnya adalah Al-Tasrif, kumpulan praktik kedokteran yang terdiri atas 30 jilid.
Luther (Martin Luther, O.S.A.)
Seorang profesor teologi, komponis, imam, dan rahib berkebangsaan Jerman. Penentang beberapa ajaran dan praktik dalam Gereja Katolik Roma serta berpengaruh dalam Reformasi Protestan.
Pankhurst (Emmeline Pankhurst)
Seorang aktivis wanita yang memperjuangkan gerakan hak pilih bagi wanita Inggris di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.

Yuhu ....
Assalamu'alaikum semua ....

Hehehe, gimana catatan cerita kali ini?
Menarik, tidak?

Yep, kalau di seri pertamanya meninggalkan catatan terkait bahasa, medis, dan pengetahuan umum, di seri kedua ini catatannya akan seputar para tokoh hebat dunia.

Sekian,
See you!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top