21. Siasat Riley

Di sisi luar perpustakaan Sal, seorang wanita muda melintas. Tidak ada yang mencolok darinya selain rambut pirang keperakan yang tersanggul di bawah topinya. Memang, orang biasa tidak dapat menguping pembicaraan dari balik tembok. Tidak juga seekor werewolf, bila makhluk itu berada dalam wujud manusianya. Namun, lain halnya bagi Riley Watson. Sejak kecilnya ia telah berlatih keras hingga ia mampu menggunakan ketajaman indera werewolf-nya tanpa harus berubah wujud. Perlahan, seringainya merekah. Wanita berusia dua puluh empat tahun itu berbalik dan menaiki kereta kuda di ujung jalan, tempat seorang pria bersetelan hitam duduk menunggu.

“Dugaan kita benar, Lord Whiteford. Gadis itu adalah anak Eustace Dixon,” ujarnya. “Serta, dokter desa itu rupanya bukan dokter biasa. Ia tahu terlalu banyak, dan akibatnya gadis itu pun jadi tahu terlalu banyak. Kita tidak bisa menunda lagi. Cepat atau lambat, ia akan membahayakan komunitas kita.”

“Bagus, Riley. Ini justru akan memudahkan rencana kita.” Terrence Whiteford tersenyum, menampakkan sederetan gigi runcing. Disuruhnya kusir untuk pergi. Roda kereta berderak-derak nyaring. Perlahan, kereta berjalan keluar dari gerbang Desa Chartain. Di siang hari, tidak ada yang menjaga gerbang. Beberapa anak yang sedang bermain berhenti untuk melambai pada kereta kuda hitam mengkilap yang bagus itu. Terrence dan Riley tersenyum dan membalas lambaian. Di mata warga desa, keduanya tampak seperti pasangan kaya yang kebetulan melintasi Desa Chartain dalam perjalanan. Tiada seorang pun yang curiga. Riley menarik napas lega. Ia yakin itu adalah pertanda bagus.

Diam-diam, Riley memandangi wajah Terrence. Di usianya yang ke empat puluh tahun, Terrence Whiteford sedang dalam puncak kegagahannya. Rambutnya hitam dan berombak. Iris matanya biru seperti batu safir. Wajah lelaki itu agak persegi, dengan tulang rahang yang tegas. Bila tidak sedang marah, Terrence Whiteford adalah orang yang penuh kasih sayang. Ada saat-saat ketika Riley takut padanya, tetapi wanita itu sangat menghormatinya. Wanita itu tahu Terrence hanya membunuh orang-orang yang membahayakan kelangsungan komunitas. Selama ia tetap setia, maka hidupnya akan baik-baik saja. Selama ia tetap setia, maka Terrence akan menyayangi dan memeliharanya.

Riley memang punya segudang alasan untuk mengagumi pemimpinnya itu. Dahulu, saat Riley masih kecil, ia menggelandang di jalanan Kota Ravenheart setelah tentara kerajaan mengeksekusi orang tuanya. Bersama anak-anak terlantar lainnya, setiap pagi ia mengemis di distrik bisnis kota itu, meminta belas kasihan dari para saudagar kaya yang lewat. Bila malam tiba, gadis itu bersembunyi di kolong jembatan supaya sinar bulan tidak mengenainya. Ia takut mencari pekerjaan. Ia takut mencari teman. Riley khawatir, jika ada orang yang mengetahui bahwa dirinya adalah werewolf, maka ia akan bernasib sama dengan orang tuanya.

Pada suatu malam yang dingin dan berawan, ketika Riley berusia tiga belas tahun, ia berjumpa dengan Terrence. Pria itu menyelamatkannya kala ia dihadang oleh dua lelaki mabuk, lalu memberinya makanan dan tempat untuk tidur. Terrence mengajari Riley untuk menerima dan membanggakan jati dirinya sebagai werewolf. Ia memberikan Riley sahabat-sahabat setia, tempat tinggal yang aman, serta komunitas yang lebih erat dari keluarga. Di bawah didikan Terrence, Riley belajar menggunakan kekuatan werewolf-nya hingga jauh melebihi kawan-kawan seumurannya. Sebentar saja, wanita itu sudah jadi salah satu anggota andalan Terrence dalam misi-misi penyerangan.

“Kau melamun, Riley. Apakah kau tidak percaya diri menjalankan misi ini?” Ucapan Terrence menghentikan lamunan Riley. Wanita itu buru-buru menegakkan posisi duduk.

“Tidak, Lord Whiteford,” jawab Riley datar.

“Bagus. Setelah kekacauan yang kalian sebabkan di Desa Whittington, kali ini kau tidak boleh lengah lagi,” sahut Terrence. “Bawa Scarlet Dixon pulang, atau binasakan ia sebelum ia membuat masalah bagi kita. Ini kesempatan terakhirmu untuk membuktikan bahwa kau masih layak berada dalam jajaran petinggi.”

“Aku mengerti, Lord Whiteford.” Riley mengangguk penuh hormat, lalu menyuruh kusir menghentikan kereta.

Mereka tidak pergi terlalu jauh dari desa. Begitu kereta kuda sudah tiba di bagian hutan yang sunyi, Riley memulai misi. Ia bungkus rambutnya dengan penutup kepala. Lalu, ia kenakan rambut palsu berwarna cokelat kemerahan yang dikepang. Berikutnya, ia gunakan riasan untuk sedikit menggelapkan warna kulitnya, serta menggambar bintik-bintik cokelat di pipi. Terakhir, ia tukar gaunnya dengan gaun belacu murah, celemek, dan tudung kain yang kelepaknya menutupi sebagian wajahnya. Kini penampilannya menyerupai wanita-wanita desa biasa yang tak mencolok. Bahkan Terrence berdecak kagum memperhatikan perubahan Riley.

“Andai kita hidup di dunia yang adil, kau mungkin bisa menjadi aktris terkenal, Riley,” komentar lelaki itu dari jendela kereta, setelah Riley turun.

“Benar. Di dunia yang adil, segalanya mungkin. Oleh karena itu, aku akan memperjuangkannya, Lord Whiteford.” Riley menjawab. “Aku takkan berhenti sampai seluruh kaum werewolf dapat hidup dengan bebas.”

“Aku tahu kau bukan hanya asal bicara saja, Riley.” Terrence bangkit dan berjalan menuruni tangga di depan pintu kereta. Kemudian, ia peluk wanita itu pada pinggangnya, sedang ia berucap di telinga Riley dengan nada yang tenang dan licik. “Jika kau berhasil, kau akan jadi Anomali kesayanganku. Aku akan mengangkatmu jauh melebihi siapa saja di dalam komunitas, dan menempatkanmu sebagai tangan kananku. Jadi, berjuanglah dengan segenap kemampuanmu. Aku ingin kau membuktikan bahwa kau memang sosok yang pantas untukku.”

“Baik, Lord Whiteford.” Wanita itu cepat-cepat melepaskan diri dengan gugup. Pipinya terasa panas, jantungnya berdebar penuh harapan. Terrence tidak pernah mempercayai orang lain sebelumnya. Pria itu selalu bekerja sendirian, meski banyak werewolf bermimpi bisa berdiri di sisinya. Lalu, sekarang, Riley mungkin akan jadi sosok pertama yang memperoleh kehormatan itu! Bagi Riley, posisi itu tidak lebih penting dibanding kenyataan bahwa ia bisa bersanding di sisi Terrence seterusnya. Tak peduli apa pandangan orang karena jarak usia mereka yang jauh, Riley mencintai Terrence, sejak pertama kali pria itu memungutnya dari jalanan.

Sayang sekali, andai Riley tidak dibutakan oleh ilusinya sendiri, pastilah wanita itu menyadari bahwa Terrence Whiteford tidak pernah memberikan cinta pada para bawahannya. Dengan piawai lelaki itu mengulurkan tangan pada para werewolf yang terbuang, lalu membuai mereka dengan keamanan dan kasih sayang, supaya ia bisa menggunakan mereka untuk memenuhi ambisi pribadinya. Riley tidak menyadari itu, meski telah berulang kali ia mengeksekusi kawan-kawannya sendiri, yang dicap sebagai werewolf gagal, atas perintah Terrence. Riley tidak menyadari itu, meski Terrence selalu menyiksa dirinya setiap kali ia gagal menjalankan tugas. Maka, wanita itu pun tersenyum pada Terrence, lalu memulai perjalanannya kembali ke Desa Chartain.   
   
Tatkala Riley kembali memasuki desa, tak ada orang yang mengenalinya. Beberapa pemburu tersenyum menyapanya, dan wanita itu balas tersenyum sambil melambai. Bagus, bagus sekali, batinnya menertawakan pemburu-pemburu itu. Pilihan penyamarannya memang brilian. Tidak ada orang yang mencurigai seorang wanita desa yang lembut dan bersahaja, sekalipun mereka belum pernah melihat wanita itu sebelumnya. Ia telah menjelma serupa domba yang lemah dan tak berdaya, mendorong orang-orang baik‒atau setidaknya mereka yang menganggap diri sebagai orang baik‒memperlakukannya dengan ramah. 

Dari pasar, ia dapat melihat rumah Sal Fischer di seberang jalan. Seorang pasien keluar dari klinik, dan Sal mengucapkan selamat tinggal di pintu klinik. Refleks, tangan Riley mengepal memendam amarah. Ia tahu Sal pernah turut andil dalam penyiksaan dan pembunuhan para werewolf di pusat penelitian, dan ia enggan membiarkan pria itu menikmati hidup damai sebagai dokter desa. Lenyapnya Sal akan menjadi hadiah yang bagus untuk bangsa werewolf, sekaligus akan memancing Scarlet untuk bertindak menemuinya. Sekarang, Riley hanya perlu menunggu hingga malam tiba. Malam nanti, akan ia pastikan dokter itu memperoleh kejutan tak terlupakan.

Gimana pendapat kalian soal Riley Watson? Aku mencoba mengeksplor lebih jauh soal element cult dalam cerita ini. Semoga kalian bisa lebih memahami tentang para antagonis di sini 😊

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top