CHAPTER 6

"Jadi itu alasannya kau menemuiku, (Name)?" tanya Jyuto setelah (Name) menjelaskan secara lengkap alasan dia datang ke Yokohama.

(Name) mengangguk singkat.

"Sekali lagi terima kasih sudah mau menemuiku, padahal aku tahu kau sedang sibuk, Jyuto."

"Tidak apa-apa (Name)," sahut Jyuto, "aku justru senang kau menghubungiku untuk kesembuhanmu dari fobiamu."

Saat tangan Jyuto terangkat untuk memegang tangan (Name) yang berada di atas meja, tiba-tiba ada yang menampar tangan Jyuto. Saat dia menoleh ke pemilik tangan itu, dia dihadapkan oleh Doppo yang memasang wajah super tidak senang.

"Apa yang ingin kau lakukan, Iruma-san?" tanya Doppo.

"Apa yang kau bicarakan, Kannonzaka-san? Tentu saja aku ingin memegang tangan (Name)," jawab Jyuto tersenyum.

Jyuto kembali mengangkat tangannya untuk memegang tangan (Name), tapi kali ini yang menamparnya adalah Hifumi.

"Bukannya kau sudah tahu kalau Koneko-chan androphobia, Iruma-san?" tanya Hifumi.

"Hm, tapi bukannya (Name) sudah bilang kalau dia sepertinya tidak takut padaku, bukan begitu Izanami-san?" jawab Jyuto masih tersenyum.

Doppo dan Hifumi mendecih tak suka, dan menatap tajam Jyuto. (Name) yang melihat kejadian di depannya hanya berkedip beberapa kali lalu menoleh ke arah Jakurai yang duduk di sebelahnya dan berbisik padanya.

"Apa memang seperti ini interaksi mereka, sensei?"

Jakurai hanya tertawa kecil.

"Mungkin? Ngomong-ngomong, apa kau baik-baik saja dengan posisi seperti ini? Duduk begitu dekat dengan laki-laki?"

Kini mereka semua sedang berada di salah satu restoran yang ada di dekat hotel tempat mereka menginap untuk makan siang bersama, dengan posisi Jyuto duduk di antara Hifumi dan Doppo (bagaimana dia bisa berakhir seperti itu, hanya ketiga laki-laki itu yang tahu), sementara (Name) dan Jakurai duduk di seberang mereka.

"Tidak apa-apa, aku sering berhadapan dengan klien dengan jarak seperti ini," jawab (Name), "dan jarak sensei tidak terlalu dekat kok, masih ada satu kursi di antara kita, kan?"

"Begitu ya?" sahut Jakurai.

Tak lama kemudian pesanan mereka datang, dan mereka menyadari ada sebuah dessert di pesanan mereka.

"Ah, aku yang memesannya," sahut (Name) mengangkat tangannya, menyadari tatapan heran mereka.

"Aku tidak tahu kau suka parfait, Koneko-chan," komentar Hifumi.

(Name) yang sudah siap memakan parfait-nya itu hanya tersenyum.

"Aku perlu sesuatu yang manis saat bekerja," jelas (Name) tersenyum, "jadi tanpa kusadari aku jadi kecanduan makanan manis."

"Apa tidak apa-apa memakan dessert sebelum hidangan utama?" tanya Jakurai khawatir dengan (Name).

"Tidak apa-apa," (Name) terkekeh, "aku selalu memakan dessert sebelum hidangan utama."

Tanpa menunggu lagi, (Name) menyendok hidangannya itu, lalu memakannya. Saat rasa manis menyapa lidah (Name), irisnya spontan berbinar layaknya anak kecil saat mendapat mainan kesukaannya.

"Sudah lama tidak makan makanan manis," komentar (Name) tersenyum lebar.

Jakurai ikut tersenyum saat melihat (Name) menikmati hidangan pembukanya, namun saat Jakurai hendak memakan makanan pesanannya, ada yang menarik perhatiannya.

Ketiga laki-laki yang duduk di depannya, perhatian mereka semua tertuju pada (Name) yang tampak berada di dunianya sendiri.

Jakurai tidak berkomentar, tapi senyum di wajahnya tidak hilang.

"Begitu, ya?"

"Hm, apa sensei mengatakan sesuatu?" tanya (Name) menoleh ke arah Jakurai.

"Tidak ada, (Surname)-san."

(Name) hanya memiringkan kepala dengan heran, sebelum akhirnya mengangkat kedua bahu lalu kembali melanjutkan makannya. Waktu berlalu hingga akhirnya mereka semua selesai makan siang.

"Jadi, apa yang bisa kubantu untuk penyembuhan (Name), sensei?" tanya Jyuto.

"Aku perlu mengetahui jumlah laki-laki yang bisa (Surname)-san toleransi."

"Bagaimana sensei bisa mengetahuinya?" tanya (Name).

"Hm, date?" saran Jyuto.

(Name) terdiam, sebelum akhirnya mengangguk setuju.

"Saran bagus—"

"Hang out."

"Eh?"

(Name) menoleh ke arah Doppo dan Hifumi yang memotong ucapannya.

"Hang out, (Surname)-san," ralat Doppo.

(Name) mengerutkan alisnya dengan heran.

"Uhh, apa bedanya?"

"Sangat berbeda, Koneko-chan," sahut Hifumi.

"... baiklah," sahut (Name) mengangguk kecil.

Sementara Jyuto hanya bisa tersenyum, walaupun sebenarnya dia cukup kesal.

[][][]

"Eh, jadi tempat makan kita dulu sudah tutup?" tanya (Name).

Jyuto mengangguk singkat.

"Sekarang tempatnya sudah menjadi supermarket."

"Padahal aku cukup suka dengan makanan mereka," gumam (Name), "aku sempat berencana untuk mengunjungi tempat itu."

"Tapi masih ada tempat lain yang kau senangi, kan?" tanya Jyuto, "mungkin kita bisa—"

"Koneko-chan, apa kau punya saran tempat yang menyajikan makanan manis yang bagus?" tiba-tiba Hifumi menyela dengan muncul di antara Jyuto dan (Name), melebarkan jarak mereka berdua.

"Hm, sudah lama aku tidak kemari," gumam (Name), "ah—tapi ada satu tempat yang kusenangi saat sekolah dulu, akan kutunjukkan nanti karena kita akan melewatinya nanti."

"Benarkah? Kalau begitu nanti kita mampir, akan kutraktir, jadi belilah yang kau mau, Koneko-chan," sahut Hifumi tersenyum.

"Eeh, benarkah?" sahut (Name) berkedip kaget, "terima kasih, Izanami-san."

"Aku juga perlu ke toko yang menjual oleh-oleh," komentar Doppo tiba-tiba, berjalan di sisi (Name) yang lain.

"Oh, aku juga," sahut (Name), "terkadang aku merindukan Yokohama, jadi kurasa beberapa oleh-oleh akan membantu."

"Kalau begitu ayo beli bersama-sama, (Surname)-san," sahut Doppo mengangguk singkat.

"Mhm, aku tahu beberapa toko, kuharap mereka tidak tutup," balas (Name) tersenyum.

Sebelah mata Jyuto berkedut, namun sang laki-laki tidak bisa berbuat apa-apa. Sementara Jakurai yang mengikuti mereka dari belakang tampak tidak berkomentar apa-apa mengenai interaksi mereka. Namun sebuah kesimpulan terlintas di kepalanya.

"Sepertinya (Surname)-san masih baik-baik saja jika berada di tempat terbuka," komentar Jakurai, menarik perhatian empat orang yang ada di depannya.

(Name) melihat ke kiri dan kanannya, jarak Hifumi dan Doppo lebih dekat dari sebelumnya, tapi dia tidak merasa takut.

"Sepertinya begitu, sensei," sahut (Name), "lebih tepatnya, aku tidak merasa takut pada Izanami-san dan Kannonzaka-san lagi."

"Benarkah?" tanya mereka serempak.

(Name) mengangguk.

"Kalau begitu, apa ingin ke tahap selanjutnya?" tanya Jakurai, "untuk membuat (Surname)-san terbiasa dengan laki-laki."

"Tahap selanjutnya?"

"Ini sebuah perkembangan yang pesat untukmu (Surname)-san, mengingat kau masih takut dengan Hifumi-kun dan Doppo-kun tiga hari yang lalu."

"Benar juga," gumam (Name) mengangguk, "lalu apa yang harus kulakukan untuk tahap selanjutnya, sensei?"

Jyuto berdehem pelan, menarik perhatian mereka semua.

"Aku punya saran," ucap Jyuto.

"Benarkah?"

Jyuto menyeringai, sukses membuat Hifumi dan Doppo merasakan firasat tak nyaman.

"Bagaimana dengan date? Berdua saja?"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top