CHAPTER 4

Kini (Name) sedang duduk di sofa yang berseberangan dengan tiga anggota Matenrou, dimana hal yang menarik perhatian (Name) adalah mereka bertiga mengenakan pakaian bekerja mereka.

'Aku ingin bertanya, tapi aku takut,' pikir (Name) menatap segelas teh yang sudah Hifumi siapkan untuknya.

"Apa kau tidak suka teh, Koneko-chan?" tanya Hifumi menyadari (Name) menatap intens teh yang dia buat.

"Ah, bukan itu!" ucap (Name) mengangkat kepalanya lalu menggeleng, "aku hanya sedikit penasaran—itu pun jika kalian mengizinkanku bertanya."

"Tanyakan saja, (Surname)-san," ucap Jakurai.

"Um, pakaian kalian," ucap (Name), "kalian memakai pakaian yang kuduga adalah pakaian bekerja kalian—apa kalian berencana pergi bekerja?"

Mereka bertiga saling pandang, kemudian kembali menatap (Name).

"Aku bekerja saat malam, Koneko-chan," jawab Hifumi, "tapi aku merasa lebih tenang jika menyambut tamu seperti sensei atau Koneko-chan dengan pakaian bekerjaku."

"(Surname)-san, kau atasanku—aku merasa lebih pantas berhadapan denganmu jika aku memakai pakaian bekerjaku," sahut Doppo.

"Aku dipanggil karena ingin memeriksa keadaanmu, (Surname)-san. Tentu aku mengenakan jas dokterku," tutup Jakurai.

"Begitu, ya?" gumam (Name) mengangguk mengerti, "walaupun kalian berpakaian begitu rapi—aku sendiri justru terlihat seperti ...," (Name) menggantungkan ucapannya dengan melihat dirinya yang hanya mengenakan kemeja putih, dan rok sepanjang lutut.

Hifumi yang melihat ekspresi canggung (Name) hanya bisa tersenyum.

"Tidak apa-apa, Koneko-chan. Lagipula aku sengaja menghapus make-up, melepas jas dan stokingmu agar kau bisa beristirahat dengan nyaman."

"Ah, terima kasih—" (Name) langsung menghentikan ucapannya saat dirinya baru mencerna semua informasi dengan benar.

Spontan wajah (Name) memucat, dan tubuhnya kembali gemetaran. Mereka bertiga—terutama Hifumi dan Jakurai—langsung menyadari reaksi aneh (Name).

"Koneko-chan," panggil Hifumi menyadari ucapannyalah yang membuat (Name) bereaksi seperti itu, "jangan salah paham—"

"Tidak apa-apa," potong (Name), "a-aku sendiri tidak bisa mengontrol reaksiku," sambung (Name) mencoba menenangkan dirinya dengan mengepalkan kedua tangannya.

(Name) menarik napas panjang, kemudian menghembusnya singkat.

"Karena aku sudah mempercayai Jinguji-sensei untuk merawatku," ucap (Name), "aku akan menceritakan kejadian yang membuatku mengidap fobia ini."

"Kalau begitu, sebaiknya kami keluar dari ruangan ini, (Surname)-san," ucap Doppo, "karena sepertinya cerita ini terlalu personal bagi kami orang luar."

(Name) menggeleng.

"Tidak apa-apa, aku sudah merepotkan kalian sejauh ini, kurasa kalian harus mendapatkan penjelasan kenapa aku memiliki fobia ini."

Jakurai melihat kedua tangan (Name) yang mengepal itu mulai gemetaran.

"Kau tidak perlu memaksakan dirimu untuk menceritakannya, (Surname)-san—"

"Tidak!" potong (Name), "cepat atau lambat, aku harus menceritakannya, jadi ...."

Ketiga laki-laki yang ada di seberang (Name) hanya bisa tersenyum saat melihat perempuan itu bertekad untuk menceritakan semuanya.

"Sebenarnya," ucap (Name) memulai, "saat aku berumur 19 tahun, aku hampir... dinodai."

Seisi ruangan langsung menjadi tegang saat mendengar penjelasan (Name).

"Aku tidak tahu kenapa, sejak kecil sampai aku berumur 19 tahun, aku bukanlah sosok perempuan yang mencolok. Penampilanku biasa saja, begitu juga dengan nilai akademikku. Aku juga cukup aktif berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarku, baik laki-laki maupun perempuan," jelas (Name), "tapi saat itu—mungkin memang adalah hari terburukku."

(Name) menutup wajah dengan kedua tangannya, "aku—entah kenapa saat itu aku tidak pulang bersama teman-temanku seperti biasanya, dan entah kenapa saat itu juga aku lupa bahwa ada buronan yang berkeliaran di sekitar sekolahku."

"(Surname)-san, izinkan aku menebak cerita selanjutnya," ucap Jakurai—dibalas anggukan kecil dari (Name), "kau ditangkap buronan itu, dan hampir diserang olehnya?"

(Name) kembali mengangguk.

"Saat ditangkap, aku spontan memanggil polisi—jadi buronan itu berhasil ditangkap sebelum dia berbuat lebih jauh padaku."

(Name) memeluk dirinya, pandangannya berubah menjadi sendu.

"Tapi hingga detik ini, aku tidak bisa melupakan rasa takutku saat itu, ataupun bagaimana tangan buronan itu menyentuhku."

"Jadi, kau hidup dengan fobiamu ini dari umur 19 sampai sekarang?" tanya Jakurai.

"Mhm," jawab (Name) mengiyakan.

"Maaf (Surname)-san," panggil Doppo, "menurut penjelasan Tuan Witherspoon, kau tidak takut pada beberapa laki-laki."

"Raiden Alex Witherspoon?" tanya (Name), memanggil nama lengkap sang asisten bos yang Doppo maksud.

(Name) memasang pose berpikir sejenak, sebelum akhirnya mengangguk.

"Ya, salah satunya Alex, keluargaku, dan ...."

(Name) terdiam, tampak ragu untuk mengatakan orang terakhir.

"Dan?" tanya Hifumi.

"Aku tidak yakin apa kalian benar-benar mengenalnya, tapi setidaknya kalian pernah mendengar namanya karena kalian mengikuti Division Rap Battle."

Kini ketiga laki-laki itu penasaran siapa sosok yang (Name) maksud. Sementara (Name) sendiri yang menyadari tatapan mereka itu pun akhirnya membuka mulutnya.

"Laki-laki lain yang tidak kutakuti itu, adalah salah satu anggota Mad Trigger Crew, Iruma Jyuto."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top