CHAPTER 3

"Hifumi?"

"Hifumi-kun? Apa kau baik-baik saja?"

Hifumi berkedip kaget saat mendengar suara dua rekannya itu memanggil dirinya.

"Oh, aku baik-baik saja, Doppo, sensei," jawab Hifumi tersenyum, mengibaskan sebelah tangannya dengan pelan—tanda dia baik-baik saja.

"Sepertinya hanya aku dan asisten bos yang mengetahui kondisi (Surname)-san," jelas Doppo, "dan asisten bos itu sedikit dari laki-laki yang bisa (Surname)-san dekati."

"Kenapa begitu?"

Doppo terdiam sejenak, sebelum akhirnya membuka mulutnya.

"Sebenarnya begini, sensei. Semalam aku ...."

<><><>

"Apa yang harus kita lakukan, Doppo?" tanya Hifumi setelah mereka meletakkan (Name) di atas kasur Doppo, setelah Hifumi menjelaskan hal yang menimpanya dan (Name) barusan.

"Setidaknya kita harus menghubungi seseorang yang mengenal (Surname)-san," gumam Doppo mulai mengingat-ingat dengan siapa saja (Name) berinteraksi.

'Tunggu,' Doppo berkedip beberapa kali mengingat saat pertama kali (Name) mengenalkan diri, 'asisten bos dan (Surname)-san tampak cukup dekat.'

"Sepertinya aku tahu siapa yang harus dihubungi," ucap Doppo mengeluarkan telepon genggam miliknya, "aku akan segera kembali."

Doppo keluar dari kamarnya, dan berjalan menuju dapur apartemen mereka. Doppo kemudian menghubungi sang asisten.

"Halo? Dengan Witherspoon disini? Kannonzaka-san?"

"Ah, Tuan Witherspoon, kau menyimpan nomorku?"

"Tentu saja, aku menyimpan semua nomor karyawan perusahaan kita. Ada apa?"

"Anoo, sebenarnya ...."

Setelah itu Doppo pun menjelaskan semua kejadian yang Hifumi ceritakan padanya (dan sebisa mungkin dirinya tidak mengungkit fobia manajernya itu).

"Ah, begitu ya?"

Terdengar suara deheman dari sana.

"Kannonzaka-san, apa kau tahu (Name) punya fobia?"

"Eh, iya," ucap Doppo mengangguk.

'Sepertinya dugaanku benar, mereka cukup dekat sampai Tuan Witherspoon memanggil (Surname)-san dengan nama depannya, dan mengetahui fobianya.'

"Sebenarnya aku bisa menjemput (Name) sekarang, tapi aku sekarang sedang dinas bersama bos di Yokohama."

"Eh, (Surname)-san tidak takut pada Anda, Tuan Witherspoon?"

"Dia takut pada laki-laki asing, tapi aku ini teman masa kecilnya jadi dia tidak takut padaku."

"Eh, kalian teman masa kecil!?"

"Mhm, jika kau tidak keberatan Kannonzaka-san, bisakah kau mengizinkan (Name) tidur di apartemenmu malam ini? Dia pasti akan bangun pagi harinya—ah, akan kuberi kau izin untuk tidak bekerja besok."

"Eh, kenapa izin?" tanya Doppo—walaupun sebenarnya dia ingin melompat bahagia sekarang, karena mendapat libur diluar dugaan.

"Aku bisa menebak (Name) akan pingsan lagi jika melihat kau atau laki-laki manapun. Karena sosok (Name) yang baru bangun adalah sosok yang takut semua laki-laki. Ah, jika tidak merepotkanmu, bisa memanggil seorang dokter untuk (Name)? Dia belum pernah ke dokter untuk urusan fobianya."

<><><>

"Jadi, seperti itu," ucap Doppo menutup penjelasannya.

Hifumi dan Jakurai mengangguk mengerti, setelah mendengarkan dengan serius.

'Jadi wajahnya pucat karena takut,' pikir Hifumi, 'aku semakin merasa bersalah.'

"Sepertinya aku sudah tahu apa yang akan kulakukan setelah (Surname)-san bangun nanti," ucap Jakurai berdiri dari sofa, "untuk sekarang aku akan kembali memeriksa keadaannya sekali lagi."

Namun Jakurai berhenti saat melihat sosok perempuan yang sedang mengintip mereka dari pintu masuk ruangan.

Tentu saja perempuan itu adalah (Name) (Surname) sendiri.

"Ah," (Name) tersentak kaget saat melihat tiga pasang mata kini sedang menatapnya.

"(Surname)-san?" panggil Jakurai kemudian dia berdehem, "perkenalkan, namaku Jinguji Jakurai, salah satu dokter yang ada di Shinjuku."

(Name) hanya mengangguk singkat.

"Aku mengenal kalian," ucap (Name), "kalian bertiga itu Matenrou kan? Kelompok rap yang ikut Division Rap Battle, yang diadakan oleh Chuo-ku. Jinguji Jakurai, Izanami Hifumi, dan Kannonzaka Doppo."

Namun perempuan itu kembali tersentak kaget saat melihat Jakurai melangkah sekali, mencoba mendekatinya.

'Sosoknya yang baru bangun adalah sosok yang takut pada semua laki-laki, huh?' pikir Doppo melihat reaksi (Name).

"Jangan takut, (Surname)-san," ucap Jakurai, "aku tidak ada niat ingin menyakitimu. Aku hanya ingin memeriksamu kembali, dan jika kau merasa memerlukannya—kau bisa berkonsultasi padaku tentang fobiamu."

Pegangan (Name) pada pintu sedikit mengerat, sebelum akhirnya (Name) melepaskan pegangannya dan mulai berdiri di depan pintu.

'Benar, aku ingin rasa takutku ini hilang—jadi aku harus bisa menghadapinya,' pikir (Name) menarik napas panjang.

Setelah itu (Name) menghembusnya dengan cukup kuat, lalu menatap Jakurai dengan tatapan serius.

"Kalau begitu sensei, aku ingin kau membantuku menghadapi fobiaku terhadap laki-laki."

Jakurai menyadari tangan (Name) yang gemetaran hanya tersenyum lalu mengangguk.

"Dengan senang hati, (Surname)-san."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top