CHAPTER 2
Perlahan mata (Name) terbuka, kemudian perempuan itu melihat sekitarnya dengan heran.
'Seperti kamarku, tapi ini bukan kamarku?'
(Name) bangkit dari kasur tempatnya tidur, kemudian turun dari kasur tersebut.
"Apa yang terjadi semalam?" ucap (Name) mengerutkan alisnya, berjalan menuju pintu keluar.
Namun (Name) berhenti saat melihat pantulan dirinya di cermin.
Tidak ada yang berubah, hanya saja dia tidak melihat jas dan stokingnya.
'Apa ada yang melepasnya?' pikir (Name) melihat ke belakangnya, namun tidak menemukan dua barang yang dia cari.
(Name) kemudian berjalan mendekati cermin yang menangkap seluruh tubuhnya itu. (Name) mendekatkan wajahnya, menyadari bahwa make-up yang dia gunakan kini sudah tidak ada.
'Bersih sekali, siapapun yang membersihkan dandananku, pasti sangat tahu bagaimana cara melakukannya,' pikir (Name), 'apa agar aku bisa tidur dengan nyaman?'
(Name) mengerutkan alisnya.
"Tapi apa benar aku tertidur?" gumam (Name) menempelkan keningnya ke cermin tersebut.
"Wajahmu pucat lho, apa kau baik-baik saja?"
Iris (Name) melebar saat ingatannya akan kejadian kemarin malam kembali, tubuhnya mulai gemetaran, dan (Name) refleks memeluk tubuhnya.
"Tidak-tidak-tidak," ucap (Name) menggelengkan kepalanya.
(Name) menarik napas panjang, menenangkan dirinya yang mulai panik.
"Baiklah, semalam aku pingsan karena tidak sengaja menabrak seorang laki-laki asing," ucap (Name) menarik kesimpulan, "dan kemungkinan ini adalah rumah laki-laki itu."
'Lucu sekali, aku pingsan hanya karena menabrak seorang laki-laki,' pikir (Name).
Setelah itu (Name) pun berjalan keluar dari kamar tersebut, dan aroma sarapan yang tercium di hidung (Name) sukses menarik perhatiannya.
'Dari aromanya, makanannya pasti enak,' pikir (Name).
Dan tak lama kemudian perut (Name) berbunyi, dan (Name) langsung memegang perutnya, dengan wajah yang sudah sewarna dengan tomat matang.
"Astaga," bisik (Name) menekan perutnya, "k-kuharap tidak ada yang mendengarnya."
(Name) pun berjalan menuju ke arah dapur yang merangkap dengan ruang makan (karena dari analisis sejenaknya, interior apartemen ini mirip dengan apartemennya). Saat (Name) hampir sampai disana, tiba-tiba seseorang muncul dari dapur.
"Doppo-chin, apa kau selapar itu saat—"
Seorang laki-laki berambut pirang dengan beberapa helai rambutnya berwarna hijau, seperti laki-laki yang (Name) lihat kemarin malam. Tapi laki-laki itu langsung berhenti menyadari bahwa sosok yang dia hadapi bukanlah 'Doppo-chin'. Sementara iris (Name) sendiri melebar karena menyadari dua hal penting:
1. Dia mendengar suara perut (Name), dari komentarnya yang terpotong barusan.
2. Dia laki-laki.
Untuk kedua kalinya, (Name) kembali pingsan. Alasannya? Karena dia bertemu laki-laki dan laki-laki itu mendengar suara perutnya.
[][][]
Jakurai memandang dua laki-laki yang duduk di seberangnya, dua-duanya mengenakan pakaian kerja mereka.
"Hifumi-kun, Doppo-kun, beruntung sekali kalian karena hari ini aku memang sedang tidak ada shift di rumah sakit," ucap Jakurai, "
"Jadi bagaimana keadaan (Surname)-san, sensei?" tanya Doppo.
"Dia baik-baik saja, dia pingsan karena syok," jawab Jakurai, "sepertinya kondisinya ini tidaklah normal."
"Ah, mengenai itu sensei," sahut Doppo, "sebenarnya (Surname)-san itu androphobia."
Iris Hifumi melebar, dan laki-laki itu menatap Doppo dengan tatapan tidak percaya.
"Koneko-chan... androphobia?"
Doppo mengangguk singkat.
'Itu menjelaskan kenapa dia pingsan semalam, dan barusan,' pikir Hifumi mengingat kejadian dimana dia dan (Name) bertemu pertama kali.
<><><>
"Wajahmu pucat lho, apa kau baik-baik saja?"
Hifumi mengangkat tangannya, hendak memeriksa suhu tubuh perempuan yang ada di depannya—takut-takut dia demam atau mungkin hipotermia karena wajahnya yang pucat. Namun iris Hifumi melebar saat melihat perempuan yang ada di depannya itu jatuh pingsan.
"K-koneko-chan!?"
Orang-orang yang ada di sekitar langsung menoleh ke arah mereka berdua. Sementara Hifumi langsung bertindak cepat, mengangkat perempuan itu dengan gaya tuan putri.
"Maafkan aku, Koneko-chan."
Hifumi menoleh ke kanan dan ke kiri, sebenarnya dia baru saja dalam perjalanan menuju tempat kerjanya—jadi jarak apartemennya masih tidak terlalu jauh.
'Untuk sekarang, aku harus membawanya ke apartemen, Doppo pasti ada di apartemen kami,' pikir Hifumi kemudian berlari kembali ke apartemen mereka
Sepertinya dia harus izin tidak masuk kerja malam ini.
"Doppo!"
"Hifumi, apa kau ketinggalan sesuatu—" Doppo menghentikan ucapannya saat melihat sosok yang sedang dibawa teman masa kecilnya itu, "(Surname)-san!?"
"Doppo, apa kau mengenal perempuan ini?" tanya Hifumi.
"D-dia manajer baruku, k-kenapa dia bisa ada denganmu, Hifumi?"
"Dia pingsan!"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top