🍁 23 [2/3]
Keesokan harinya
Miami, Florida
"Kita sudah sampai, Tuan."
Aaron hanya diam tanpa melayangkan senyuman apapun, sorot matanya melihat lokasi proyek di depan matanya sebentar dan melihat Ellena yang teryata menyaksikan kegiatannya sedaritadi. Alis kirinya terangkat sebelah saat melihat Ellena mengembangkan senyumannya.
"Tidak ada. Ayo turun." Ellena membuka pintu mobil di sebelahnya, begitu juga dengan Aaron.
"Hey, where should I park this car?"
Pertanyaan Louis membuat semuanya berhenti dari kegiatan mereka. "You may go, Louis. I will call you when we has done our job." Aaron menjawab yang disambut dengan gerakan tangan sang supir naik ke atas dengan jempol dan telunjuk yang menyatu membentuk gestur 'okay'.
Pintu terakhir dari Aaron tertutup dan mobil tersebut langsung melaju meninggalkan lokasi. Ellena mendekatkan dirinya pada Aaron sedangkan kedua sekretaris telah menunggu untuk diberi perintah.
"Dimana ketua lapangan?"
"Di sini, Tuan. Maaf terlambat menjemput Anda, ada sedikit kesalahpahaman dalam memesan bahan bakunya, Tuan."
Seorang pria terlihat di usia empat puluh tahunnya segera mendekat ke mereka yang berdiri di ambang pintu masuk bangunan, pakaiannya yang penuh dengan alat pengaman dan keselamatan, sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.
"Saya Fredd, Tuan Aaron," ucapnya sebagai perkenalan singkat, ini pertama kalinya dia bertemu dengan sang pemimpin perusahaan tertinggi. Selama ini dia hanya berhubungan dengan divisi perencanaan secara langsung maupun lewat telekomunikasi.
"Dimana kantornya? Apakah yang itu?"
Pertanyaan Hendery langsung diangguki oleh Fredd, tangannya terangkat ke samping agak ke atas, "Lewat sini, Tuan dan Nyonya."
"Nona saja. Saya Ellena Artemis." Ellena akhirnya mengeluarkan suaranya. Dia memang kurang suka dipanggil dengan panggilan tersebut.
"Anda pemilik gedung ini. Maaf untuk ketidaknyamanannya, Nona Ellena. Silakan lewat sini."
Aaron berjalan beriringan dengan Ellena di depan sekretaris. Sebuah kotak yang terletak di sudut kanan dekat dengan ambang pintu masuk lokasi pembangunan. Fredd membuka pintu kayu tersebut dan memberikan akses masuk kepada tamu. Aaron mengangguk-anggukan kepalanya saat melihat sekitar isi ruangan berbentuk balok dengan isi sebuah meja kantor yang terletak di depan dengan lemari di sebelah kirinya dan sofa dengan meja kecil terletak di sisi yang lain.
Sebuah dispenser terletak di sudut ruangan, kotak berlantai satu itu terlihat tidak begitu sering digunakan karena tidak banyak barang di dalam walaupun begitu kebersihannya tetap terjaga.
Ellena mengambil tempat duduk di sofa panjang sedangkan sang sekretaris mendudukkan dirinya di sebelah sang nona.
Aaron mengistirahatkan diri di seberang sang kekasih bersama kekasihnya. Dia melipat kedua kakinya, "Selain masalah yang saya dengar tadi, apakah masih ada yang lain? Perencanaan finansial yang dibuat sesuai dengan keadaan lapangan?"
"Semuanya berjalan lancar, Tuan. Kami bisa menekan harga bahan baku dengan produsen yang kami kenal." jawab Fredd yang berdiri di samping Aaron. "Yang tadi saya katakan telah diselesaikan, Tuan. Kami meminta retur untuk barang yang telah datang dan pesanan kami akan diantarkan dua hari kemudian."
"Saya akan melihat sekitar. Ellena bagaimana kalau kamu ikut denganku?" Aaron berkata dengan berbeda intonasi, Ellena bisa menyadari tersebut, nada yang digunakan padanya berubah menjadi lebih lembut dan terdengar menenangkan.
Dengan cepat, satu-satunya wanita di tempat tersebut segera mengangguk. Dia segera berdiri saat melihat Aaron telah merapikan pakaiannya yang sedikit terlipat saat duduk.
"Mari, Tuan, Nona. Saya akan mengantar Anda melihat sekitar."
"Kamu ikut denganku, Aiden," ucap Ellena yang segera dijalankan oleh pria tersebut. Sedangkan Hendery juga bangkit untuk mengikuti tuannya.
Aaron yang melihat tindak sekretaris yang telah mengabdi dengannya selama lima tahun itu segera menghentikan pria yang lebih muda darinya dua tahun, "Tidak perlu, Hendery. Aku akan lebih senang jika kamu menelepon Louis atau memanggil taksi untuk membelikan kami minuman."
"Baik, Tuan, ucap Hendery sembari mengantongi tablet ke dalam tasnya dan bertemu pandang dengan Aaron.
"Kali ini tolong bawakan aku segelas Iced Latte. Apa yang kamu mau, Ellena?"
Ellena yang diseret ikut ke dalam obrolan. "Hazelnut Americano, Caramel Machiato, dan Fredd, apakah kamu menyukai Caffe Latte?" Senyum tipis terbingkai di wajah wanita tersebut saat melihat raut terkejut terbingkai di wajah ketua lapangan.
"Saya tidak perlu, Nona Ellena." jawabnya dengan sungkan. Dia tidak menduga hal ini terjadi di hidupnya.
"Tidak perlu sungkan, Fredd. Kamu telah berusaha keras selama ini, bahkan bahan baku yang salah dikirim kamu mengatasinya dengan baik. Padahal kalau kamu mau, kamu bisa saja meraup keuntungan." balas Ellena dengan tenang namun terkesan bersahabat. Menangkap raut Fredd yang tidak bisa menerima hadiah kecilnya, dia kembali menimpali.
"Tidak apa-apa, Fredd. Anggap ini permintaan maaf karena tidak sengaja berbicara ketus denganmu."
"Tapi, saya ...,"
"Terima, ya. Aku bisa merasa bersalah sampai kapanpun kalau kamu tidak menerima Caffe Latte dariku."
Fredd tersenyum kikuk, "Baik, Nona Ellena."
Sesuai dugaan, Ellena langsung tersenyum terlihat bahagia padahal hanya karena tawarannya disetujui oleh pria tersebut, "Okay. Hazelnut Americano untuk Aiden, Caramel Macchiato untukku, dan Caffe Latte untuk Fredd. Kamu juga harus memesan minuman, Hendery."
Sepertinya selesai dengan Fredd, menambah rintangan terbaru. Hendery menggeleng pelan, menolak permintaan relasi tuannya dengan halus, "Tidak apa-apa, Nona. Saya tidak menyukai minuman seperti ini. Saya lebih suka membuatnya sendiri."
Ellena tidak menjawab, dia melihat Aaron dengan penuh arti. Aaron menghembuskan napasnya diam-diam dan merogoh kantung celana belakangnya, mengambil sebuah kartu dari dompet, "Ambil ini dan beli pesanan yang diminta. Kamu juga harus mengambil satu."
"Tapi, Tuan, saya memang tidak menyukai minuman yang dibeli dari luar."
"Sesekali tidak masalah, Hendery. Kalau kamu tidak suka kopi, masih ada pilihan yang lain seperti Melon Frappe atau Peach Iced Tea," kata Aaron dengan senyum di wajahnya, tetapi Hendery menganggap itu adalah kode baginya untuk mengabulkan permintaan sepasang kekasih tersebut.
"Ellena sangat menyukai berbagi kesenangan dengan lain. Dia sangat senang jika kamu menerima kebaikannya, dia pasti berpikir kalau kamu dan yang lainnya telah berusaha dengan keras dan perlu hadiah walaupun hanya sebuah minuman dari cafe."
"Karena itu, ambillah. Pilih minuman yang kamu mau."
Hendery mengangguk, "Baik, Tuan. Nona Ellena, terima kasih. Kalau begitu, saya akan meminta Louis menjemput saya untuk membeli pesanan Anda. Saya permisi, Tuan, Nona." Pria tersebut segera meninggalkan keempatnya dan menuju gerbang masuk.
"Apa aku terlalu memaksa mereka, Aaron?" tanyanya saat Aiden dan Fredd memilih memisahkan diri dari kedua atasan tersebut untuk membahas sesuatu. Aaron mengalihkan perhatiannya, dengan tanggap dia merangkul bahu sempit wanita tersebut dan melihat bangunan di luar melalui jendela.
Aaron berucap pelan, "Tidak. Aku tahu kamu berniat baik."
"Tetapi di pikiran mereka, pastilah aku memaksa mereka untuk menerimanya. Aku hanya ingin mereka merasa kalau kerja keras mereka dihargai. Karena kita bisa mendapatkan semua ini karena ada mereka yang membantu kita walaupun digaji tetapi melihat bagaimana mereka tidak mengeluh kepada kita membuatku merasa mereka sungguh permata berharga."
Ellena berucap sambil melihat kedua bawahannya sibuk bercengkrama di luar ruangan. Matanya yang menatap sendu berubah menjadi terkejut ketika merasakan pelipisnya basah karena sentuhan.
"Aaron!" pekik Ellena dengan pelan. Matanya melihat sang kekasih dengan tatapan horor. Apa dia tidak tahu kalau kita sedang bekerja? batin Ellena melihat pria tersebut yang masih memasang wajah tidak berdosa.
"Justru aku belajar darimu, Ellena." kata Aaron yang mengalihkan perhatian sang wanita.
"Selain kita memberikan mereka penghasilan yang layak, kita harus memastikan kalau mereka bekerja di lingkungan yang nyaman dan aman sehingga mereka bisa bekerja lebih baik setiap harinya. Sesekali puji mereka dan hargai kerja keras mereka dengan hadiah yang kecil." Ellena tersenyum saat mendengar perkataan Aaron.
"Kurasa untuk tahun depan, aku akan memberi hadiah kepada karyawan yang bekerja dengan esktra. Full-funded holiday at Ottawa doesn't look that bad, right?"
"Tidak. Tentu saja, tidak. Tahun ini Aiden sempat kukasih liburan ke Hawaii dengan full-funded accomodation dari tiket pesawat dan hotel yang mereka tempati."
Aaron mengecup pucuk kepala Ellena dengan gemas, banyak sisi yang tidak dia ketahui tentang wanita tersebut. Semakin mereka dekat, semakin dia mengagumi pemikirannya.
"Dilarang mencium jika sedang bekerja, Tuan Aaron. Ayo, Aiden dan Fredd menunggu kita," kata Ellena dengan kekehan kecil saat melihat Aaron memasang wajah sedih atas larangannya. Akhirnya, sepasang kekasih itu beriringan keluar dari ruangan tersebut dan mengikuti Fredd untuk melihat sekitar.
To Be Continue
Heyy, good nite. Maafin diriku yang suka telat-telat updatenya. Soalnya, aku sendiri sedang tidak enak badan karena habis vaksin juga hari ini.
Jadi, badannya agak lemes dan sakit-sakitan semua. Istilahnya sensitif, deh. Pijak lantai kamar mandi dingin, mandi dingin. Entahlah, aku juga bingung.
Okay, stop dengan curhatnya malam ini. Sekarang kita balik ke chapter ini.
How is it?
Does it get bored to you?
I really apologize from my deepest heart.
See ya ^^
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top