🍁 22 [Night Romantic Dinner]
"Aaron,"
"Kamu sudah datang? Istirahatmu nyenyak?" Ellena berdeham dan mengambil tempat di depan Aaron. Matanya melihat sekitar, ruangan yang cukup luas dengan penyangga berbahan dasar kayu yang membuat suasaa menjadi tropikal. Pelayan yang ada juga menggunakan seragam yang berwarna biru laut.
Aaron meraih sebelah tangannya bersandar pada meja yang dilapisi kain putih bersih dengan sebuah lilin kecil di tengah. Tatapannya memandang Ellena dengan pandangan lembut, jempolnya mengusap punggung tangan wanita tersebut.
"Dia tidak ada di sini. Kamu tidak perlu cemas, love."
Ellena mengubah tautan mereka menjapi pegangan, sebelah tangannya yang lain membungkus telapak tangan Aaron, "I know." Hanya jawaban singkat yang diberikan olehnya.
"Aku memesan makanan laut di sini. Tidak apa-apa, kan? Setahuku, kamu bukan orang yang alergi dengan ikan maupun udang."
"Aku bisa memakannya tanpa perlu merasa gatal saat aku bangun besok."
Jawaban Ellena disambut dengan senyum tampan dari pria tersebut.
"Aku kira kita akan makan bersama dengan Aiden dan Hendery, kenapa tidak mengajak mereka?" tanya wanita yang telah selesai meletakkan sepotong kain yang disediakan oleh pihak restoran ke pangkuannya. "Kita bisa membahas pekerjaan besok bersama mereka."
Aaron memberikan gelengan kepala tiga kali sebelum menjawab, "Malam ini hanya bersamamu. Kita perlu kencan walaupun hanya lima menit seperti yang kamu katakan, love." Kalimat dari anak angkat Mark membuat pasangannya bersemu samar. Sayangnya masih bisa dilihat oleh mata karena pengcahayaan malam itu terang. "Aku sudah membahas dengan mereka sebelum makan malam."
"Lima jam." Koreksi Ellena, Aaron terkekeh pelan. Dia tahu letak kesalahannya, tapi dia hanya membuatnya lebih terdengar masuk akal dengan situasi sekarang.
"Tapi, aku belum mendengarnya."
"Kamu hanya cukup bangun di jam tujuh pagi dan bersiap untuk sarapan. Sisanya, aku sudah mengaturnya, kamu hanya perlu meluangkan waktu untuk mengikutiku."
Ellena menunduk malu, dia tidak menyangka kalau Aaron sebagai kekasihnya akan bersikap semanis ini. Berusaha menahan rona merah di pipinya untuk tidak semakin membuatnya terlihat jelas. Siapapun akan tersipu jika pria muda nan mapan mengatakannya langsung di depan muka, termasuk Ellena yang terkenal dengan sikapnya tidak asal bersikap.
"Katakan dengan jelas, Aaron." Desaknya yang diinterupsi oleh seorang pelayan pria yang datang dengan pesanan Aaron. Perlu menunggu satu menit bagi Ellena untuk membiarkan sang pelayan menyiapkan hidangannya dengan sempurna. "Aku ikut ke sini juga ikut perjalanan bisnis, bukan untuk kencan denganmu."
Aaron tertawa kecil, "Okay, okay. Stop sulking."
"I'm not sulking." Sanggah Ellena yang melayangkan tatapan menyeramkan.
"Alright. Tell it to a woman that pouting one minute ago." Balas Aaron yang segera ditimpali olehnya, "Alright. No more teasing you, love. I will take it seriously."
Seketika tidak ada suara yang terdengar sampai tiga puluh detik selanjutnya.
"Aku membicarakannya kepada Aiden dan Hendery, kami sepakat untuk sarapan jam setengah delapan dan jam sembilan sudah sampai di lokasi proyek atau paling tidak kita dalam perjalanan ke sana. Aku hanya akan memantau pekerjaan mereka dan memastikan semuanya sesuai kesepakatan kontrak kerja denganmu."
Ellena tersenyum tipis, Aaron yang sekarang berbeda dengan sepuluh detik Aaron yang dia lihat, perubahan ekspresi wajah pria tersebut yang menjadi seorang pemimpin sempurna membuat dia sangat menghormati ayah angkat pria tersebut yang telah mengajarinya dalam waktu singkat.
Dalam hati wanita itu juga mengakui kalau perubahan ekspresi yang dengan cepat terjadi itu membuatnya terpikat sekali lagi.
"Perkiraan selesai dari sana seharusnya tidak lama, paling lambat sampai jam tiga sore. Tapi, kalau ada masalah serius, mungkin bisa lebih lama." Sambung Aaron setelah menyimpulkan kalau sang rekan kerja tidak akan menyelanya.
Aaron mendekatkan tubuhnya dan menyangga dagunya pada tangan yang bertaut, "Kalau kamu mau jalan-jalan sekitar, aku akan mengizinkan. Tapi, bersama Aiden atau Hendery. Aku sudah meminta nomor telepon Aiden yang bisa dihubungi. Jaga dirimu." Aaron mungkin terlihat santai setiap perkataannya yang terdengar begitu lugas, tetapi Ellena tahu kalau tatapan pria tersebut menyiratkan kecemasan mendalam.
"Aku tidak bisa menjagamu setiap menit."
"It's okay. Ku usahakan untuk tidak jalan-jalan terlalu jauh." Balas Ellena dengan singkat. "Kalau sampai jam tiga sore, aku bisa menunggumu selesai, tetapi Aaron, apa aku boleh malamnya ke area pantai?"
"Of course. Malamnya kita bisa ke sana."
Ellena tersenyum, kedua pasang mata yang menyiratkan kasih sayang yang sama mendalam bertemu satu sama lain dan saling menyelam ke lautan berbeda warna yang terasa hangat di kedua hati mereka. Suasana ramai di sekitar mereka seketika mengecil hingga tidak terdengar di telinga mereka.
Merasa kalau dunia hanya milik berdua.
"Terima kasih."
Ellena tertegun, bibirnya yang terasa kelu berusaha untuk mengeluarkan suara pelan walaupun terbata, "Apa?"
Pria berpakaian formal dengan jas biru pastel tersenyum dan mengulang ucapannya tak kalah pelan seperti sebelumnya, "Terima kasih."
"Untuk apa?"
"Terima kasih untuk tidak menyerah berteman denganku. Aku bukanlah orang yang mudah mengatakan apa yang dipikirkan, ekspresi dan sebagainya. Kamu, satu-satunya teman yang aku punya, Ellena. Aku bersyukur bisa menjadikanmu pacarku."
Tanpa peduli dengan angin yang menerpa rambutnya, Aaron menatap Ellena yang di seberangnya dengan tatapan hangat, sudut bibirnya melengkung ke atas sebagai sebuah dukungan untuk kalimatnya. Ellena menangkup kedua tangannya dan diletakkan di atas meja bundar tersebut.
"Terima kasih kembali, Aaron. Kamu telah mengajarkanku banyak hal. Aku senang kamu bersedia memberikanku kesempatan untuk membantumu."
Aaron tersenyum getir, ia mengalihkan tatapannya, tidak tahu mengapa kain putih melapisi meja lebih indah untuk dilihat daripada langit di atasnya.
"Kamu tidak mengerti, Ellena." Lirih Aaron sambil dalam posisi menunduknya.
"Kamu mengatakan sesuatu, love?"
Aaron mengangkat kepala, memberikan senyuman setulus mungkin untuk mengalihkan perhatian sang kekasih. Dia menggelengkan kepala dan mengambil piring yang disajikan di depan Ellena dan mengupas cangkang lobster.
"Aku bisa melakukannya sendiri, love."
Ucapan Ellena tidak diubris oleh Aaron, tangannya masih cekatan memisahkan cangkang dan isi daging hewan laut tersebut. Setelah itu isi daging diberikan kepada wanita di depannya.
"Makanlah. Enak? Tadi aku sempat mencicipi makanan di sini, jadi aku memesan lebih banyak. Untuk minuman, kurasa air kelapa tidak ada masalah, kan?"
Ellena menggeleng, "Tidak masalah. Aku sudah lama tidak meminum minuman itu."
"Okay. I'll order one more. Is it okay?" tanya Aaron untuk meyakinkan Ellena bersenang-senang malam ini. Tujuannya selain memantau proyek dan menjaga Ellena, dia ingin wanita itu mengistirahatkan diri. Berharap setelah liburan singkat ini akan meminimalisir kesulitan tidur yang dimiliki oleh wanita tersebut.
Dia tahu akan sulit untuk menghilangkan masalah yang telah menjadi bagian hidup Ellena tersebut, dia hanya ingin mencoba cara yang mungkin bisa dilakukan walaupun hanya berpengaruh sedikit bagi kehidupan wanita tersebut.
"Not a big problem."
Jawaban Ellena cukup membuatnya bahagia untuk malam itu.
12.00 a.m
Miami, Florida
"Jam delapan ke restoran di hotel untuk sarapan, dan jam tiga pulang dari lokasi pembangunan."
Seorang pria mengetik ucapan yang dikatakannya dan melihat layar monitor, ruangan tersebut gelap dan minim pencahayaan. Sati-satunya sumber hanyalah dari cahaya layar monitor yang masih menyala selarut itu.
Pria tersebut menyeringai mengerikan, matanya melihat seorang wanita berpakaian serba biru muda bercakap-cakap dengan seorang pria bersetelan formal di restoran bertema tropikal, kalian sungguh bermain denganku dengan sangat bagus. Kenapa kalian sangat membuatku bahagia?
Derit kursi terdengar dan tubuh pria tersebut bangkit dan tempatnya, "Besok masih banyak yang bisa dilakukan. Seharusnya mereka berdua sudah harus beristirahat agar permainan besok lebih menarik. Tetapi seperti ini juga tidak masalah."
"Have luck, sweetie."
To Be Continue
Hey, annyeong, halo, ola!
Bagaimana kabarnya hari ini, buddy? Still healthy? Semuanya okay?
You did well
See ya ^^
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top