🍁 07 [Later ....]

"Pardon?" tanya Aaron yang mengumandangkan kalau dia tengah kebingungan.

"Publik akan mengecapku sebagai kekasih dari pewaris tunggal Mays Construction. Tapi, aku masih diriku sendiri," kata Ellena dengan tenang. Dia mengambil tisu dan mengelap ujung bibirnya yang terkena kotoran makanan. Aaron juga ikut meletakkan alat makannya dan memberikan akses kepada wanita di depannya ini untuk berbicara.

"Aku bebas keluar masuk penthouse dua puluh empat jam. Aku bebas kemana saja selama itu adalah tempat yang aman. Kita tidur terpisah kamar, aku akan ke perusahaan sendiri begitu juga dengan pulang."

"No. Aku akan mengantarmu kerja, kalau aku sempat aku akan mengantarmu pulang. Lalu, kirimkan aku pesan setiap kamu mau ke tempat selain perusahaan dan penthouse." Potong Aaron.

Ellena mengangguk menyetujui, dia tahu alasan Aaron membalas seperti itu, "Breakfast? Kamu selalu sarapan, kan?"

Aaron berdeham untuk menjawab, "Hanya yang ringan. Kalau di rumah, aku hanya minta sereal atau buah-buahan sebagai pengganti. Kalau di penthouse, aku tidak sarapan."

Ellena mendengus, "Berarti tidak ada yang perlu ku istimewakan, aku juga hanya makan sereal pagi hari."

Wanita itu mendorong kursinya ke belakang lalu berdiri, meletakkan piring kotor ke dalam dish washer dan peralatan makannya, "Kamu tahu cara mengoperasikan dish washer, kan?" Sambil melihat ke arah Aaron.

Aaron hanya menaikkan dua sudut bibirnya sebagai jawaban.

Ellena menghembuskan napasnya, "Letakkan di dish washer. Aku akan mengerjakannya setelah mandi."

"Kamu baru makan ... sudah mau mandi?"

Wanita itu hanya mengangguk lalu menutup dish washer tersebut, "Any problem?"

"Nothing."

Ellena tersenyum tipis sebelum meninggalkan Aaron seorang diri di dapur. Pria muda itu mengusap wajahnya kasar.

Ellena tidak sadar.

Ya, Aaron menjamin hal itu. Dia merasakan sesuatu mengintainya dan Ellena sedari tadi saat mereka berkeliaran di market. Aaron memang selalu diam jika tidak ada yang memaksanya untuk berbicara, tetapi diamnya kali ini karena dia merasakan kalau sang pelaku berada di dekatnya.

Pria muda itu segera mengangkat piring bekas dan memasukkannya ke dalam dish washer, mengambil botol minum dari kulkas menegak cairan bening itu dengan kuat. Berharap bahwa dinginnya air mampu menyembuhkan panas otaknya.

Sembari tetap menggenggam botol minum, dia berjalan ke arah televisi. Tanpa berniat menyalakan barang elektronik tersebut, Aaron duduk di sofa. Dia perlu untuk menenangkan dirinya sekarang. Terlalu banyak yang menekan otaknya. Beruntung ini hari pertama kepindahan Ellena, wanita itu pasti sedang merapikan barangnya sekarang.

Setidaknya, Aaron masih ada waktu sebelum Ellena turun dan mendapatinya begitu emosional.

2 minggu kemudian,
Manhattan, New York

"Pemimpin Mays Contruction diduga menjalin hubungan romansa dengan ahli waris tunggal dari perusahaan yang dibangun oleh Mr Schuyler. Dua minggu yang lalu, Sir Theodorus menjadi saksi atas kematian kekasihnya, Ms Clara-"

Seorang wanita muda menutup siaran televisi pagi hari dengan senyum manis penuh sirat terbingkai di wajahnya. Telinganya mendengar suara pintu ditutup dari lantai atas, dia tidak sabar untuk mengatakan berita yang telah ditunggu oleh temannya itu.

"Kamu belum ke kantor?"

Pertanyaan dari temannya menjadi sapaan pagi hari ini. Wanita itu hanya melihat pria tersebut menuruni tangga. Pria itu sungguh memikat hati wanita manapun yang melihatnya, tak terkecuali dirinya sendiri.

"Belum. Omong-omong media mulai menayangkan hubungan kita," kata wanita tersebut yang kemudian memilih untuk bangkit dari tempatnya, langkahnya penuh percaya diri ke pria tersebut.

"Hanya membutuhkan waktu dua minggu terkuak oleh media massa." sambungnya yang merapikan dasi kekasihnya, kemudian menepuk pelan bahu sang pria, "Kukira ini yang paling cepat terdengar oleh media massa dari seluruh hubungan romansamu dengan wanita?"

Aaron hanya membiarkan wanita itu melakukan yang dia mau, dua minggu menjalin hubungan mutualisme ini membuat Aaron mulai nyaman dengan kehadiran Ellena di penthouse, "Kamu benar."

"All done. Ayo, sarapan, Aaron," kata Ellena didampingi dengan senyum tipis.

"Aku akan mengantarmu ke perusahaan, kapan kamu akan pulang, kabari saja aku," kata Aaron sembari duduk di depan table bar yang menyajikan dua mangkuk sereal dan secangkir kopi pahit panas untuk Aaron dan jus jeruk untuk Ellena.

Dua minggu belakangan Aaron seperti menjalani program makanan sehat. Tidak pernah sekalipun dia melewati sarapan dan makan malamnya selama Ellena masih di penthouse. Mungkin ini alasan kenapa para kolega yang merasa dekat dengannya terus menerus mengatakan untuk segera menikah di usianya sekarang.

"Okay. Bisakah kamu meluangkan waktu saat mengantarku pulang? Persediaan makanan kita menipis."

Aaron mengangguk sebagai jawaban. Menurutnya tidak buruk juga menyisakan waktu untuk menemani Ellena membeli makanan. Lagipula, wanita di depannya ini mulai menarik perhatian sang pembunuh. Sarapan selesai begitu saja tanpa ada pembicaraan lagi dari kedua penghuni rumah setelah itu mereka menjalani aktivitas mereka seperti biasa.

01.54 a.m
Manhattan, New York

"Pelabuhannya sudah kuurusi, Tuan Besar Johnson. Tidak ada yang tahu tentang pelabuhan itu sekarang," kata Ellena yang berucap tenang di luar penthouse. Langit masih gelap dengan cahaya kecil bersinar dari bintang kawanannya, suara deru mobil yang terdengar beberapa kali oleh telinganya menyadari Ellena kalau Manhattan masih terjaga di dini hari.

Sebelah lengannya terlipat di depan dada untuk menopang sisi lain tangannya yang sedang bekerja menahan gawai di indera pendengaran wanita tersebut, sesekali dia melihat ke bawah, air yang terlihat tenang menyapanya.

Ellena berada di kolam renang indoor malam itu.

"Naughty grand daughter. Bagus kalau sudah, soalnya grandpa baru saja memesan barang incaran grandpa. Grandpa mau kamu yang mengawasi barang incaran itu."

Ellena langsung menjawab, "Kapan? Kalau aku senggang aku akan ke sana."

"Katanya akan datang tiga hari lagi, jam pastinya belum diketahui tapi mungkin akan datang pada siang hari."

"Kenapa tidak lewat bandara saja kalau begitu?" tanya Ellena yang mencelupkan kakinya main-main dan menimbulkan riak air lalu mengangkat kakinya kembali.

"Terlalu mencolok kata mereka. Grandpa tidak masalah mau melalui manapun selama tidak menganggu jalan grandpa."

Ellena hanya mengangguk menyetujui, "Sudah malam. Grandpa harus tidur, jaga kesehatan aku akan meminta Aiden untuk menemani grandpa check-up besok. Good night, I'll hang up."

Setelah memutuskan sambungan tersebut, Ellena langsung berjalan ke sisi tepi kolam di dekat jendela, sedikit membuka jendela untuk membiarkan angin dingin malam menerpa wajahnya. Dia tidak bisa tidur sejak jam sebelas malam tadi, selesai membeli persediaan dapur dan membereskan makan malamnya bersama Aaron.

Dua minggu ini dia tidak mendapatkan ancaman apapun, tidak ada kecelakaan kecil yang membahayakan nyawanya terjadi juga. Memang belakangan ini Ellena jarang keluar untuk sekedar menghirup udara segar atau melepas penat. Hanya bolak balik dari penthouse - perusahaannya atau Aaron - rumah - penthouse.

Apa dia perlu memancing sang pelaku keluar?

"Ellena?"

Wanita tersebut langsung berbalik ketika mendengar suara penghuni lainnya di penthouse, dia kira Aaron telah tidur, tetapi melihat raut wajah pria itu yang terkesan lelah namun sepasang mata itu terlihat segar membuat Ellena menyimpan pikirannya rapat-rapat.

"Belum tidur?"

"Insomnia." jawab Ellena dengan tenang, seolah apa yang melanda dirinya bukanlah hal besar. Sepertinya Aaron juga mengalami hal yang sama. Pria itu mengikuti jejak Ellena ke ruangan tersebut dan berdiri di samping wanita muda itu.

"Bintang hari ini bagus." sambung Ellena lagi sambil melihat ke kanvas gelap. Aaron ikut menengadah sesuai ucapan kekasihnya.

"Ya. Di kantor ada masalah hari ini?" tanya Aaron, dia bukan tipikal yang bertanya tentang kabar, hanya saja menurutnya tidak ada salahnya saling bertukar kabar untuk menguras tenaga agar segera tidur.

Ellena menggeleng dan tersenyum tipis, "Hanya masalah sepele, anak magang secara tidak sengaja menumpahkan minumannya ke dokumen penting." jawab Ellena tanpa melihat Aaron, "Aku hanya meminta untuk membuatnya ulang."

Aaron berbalik menghadap Ellena yang sedang melihat ke langit, biasanya dia yang terpana dengan kecantikan alam tersebut. Tetapi, baginya untuk malam ini, Ellena Artemis tampak lebih menarik daripada langit di sana. Tanpa sadar dia mencondongkan kepalanya ke wanita tersebut yang masih senang mengagumi pesona natural.

Ellena mematung.

Sebuah benda kenyal melekat di pelipis kanan dengan lembut. Seketika dia merasa otaknya melemas seiring lamanya benda itu menempel. Sekujur tubuhnya terasa sulit untuk digerakkan, dia yakin dia belum meninggal. Karena jantungnya memompa dengan cepat bak berpacu adrenalin.

Kondisinya masih sama ketika Aaron melepaskan kecupan pelipisnya.

"Aku lupa mengucapkan sesuatu untukmu."

Ucapan Aaron semakin membuatnya berdebar kencang. Apa yang perlu diucapkan semalam ini oleh pria tersebut?

Dengan kaku, dia menggerakkan kepalanya ke kanan, melihat oknum yang membuat dirinya terasa berbeda malam ini. Aaron tersenyum tipis, kalau Ellena tidak melihatnya dengan baik, dia akan kehilangan pemandangan bagus tersebut.

"Good night, Ellena Artemis."

To Be Continue

Hey, hey, hey ... Yo!

How r u? Fine? Good then.

No? Its okay. Don't be so sad. World always keep rounding and rounding. So does life.

Fighting!

See ya ^^


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top