🍁 04 [Police & Aaron]

Aaron POV

Sudah jam satu pagi dan aku masih tetap di bangku panjang, udara semakin dingin tidak membuatku segera kembali masuk ke dalam kamar. Pikiranku melayang.

Sudah dua tahun terjadi seperti ini.

Kekasihku yang pertama, Athena, terbunuh dua tahun yang lalu saat merayakan dua bulan hubungan kami. Itu adalah kejadian pembunuh yang pertama. Persis seperti kejadian yang menimpa Clara saat aku mengantarnya pulang. Hanya berbeda, Athena bersikukuh untuk pulang sendiri setelah dinner bersama. Aku tidak bisa memaksanya, karena, sifatnya yang sangat mandiri dan independen.

Di situlah terjadi, polisi mengatakan Athena meninggal dalam insiden tabrak lari dengan sebuah truk yang lewat malam hari itu. Di samping itu, ditemukan sebuah luka sayat di pinggul kiri yang membekas panjang, dan sayatan luka segar di pipinya.

Setelah itu, tiga bulan kemudian, aku berhubungan dengan Liana. Tidak jauh berbeda, dua bulan hubungan kami kandas ketika Liana ditemukan tewas di subuh hari. Aku tahu itu pelaku yang sama karena, luka yang diberikan sama dengan luka pada Athena dan Clara.

Aku kembali memejamkan mata, tidak takut dengan sesi wawancara bersama pihak kepolisian besok pagi.

Sudah empat kali aku mondar-mandir di gedung kepolisian dalam dua tahun ini. Beberapa oknum di masyarakat memang melemparkan hukuman penjara di atasku, tetapi, bukti bahwa aku yang melakukannya tidak kuat untuk menjebloskanku di ruang besi itu.

Selama itu juga, aku hanya berperan sebagai saksi yang dianggap bertemu dengan korban sebelum dia merenggang nyawa.

Besok juga sama, aku hanya akan dilemparkan pertanyaan dan aku hanya tinggal menjawabnya sesuai fakta.

Ya, semoga saja begitu ....

Akhirnya aku baru sanggup tidur di jam 3 subuh.

Aku segera menutup pintu mobil yang kubawa sendirian esok paginya. Hendery -sekretarisku- kupinta untuk segera ke perusahaan, memantau kondisi di sana selama aku berurusan dengan polisi.

Belum niat untuk melangkah, mataku melihat ke arah gedung kepolisian yang menjulang tinggi. Sedikit memperbaiki setelan jas yang kupakai, aku segera melangkah. Tanpa memberikan raut ramah sedikitpun, aku masuk ke dalam gedung kepolisian.

Pandanganku mengitari seisi gedung, aku bisa melirik beberapa calon wartawan duduk berkumpul di sebelah kananku.

Dan aku tahu, mereka terlihat heboh dengan kedatanganku.

"Tuan Aaron Theodorus, mari ikut saya," kata seorang petugas polisi yang selalu duluan menyapaku setiap aku mengunjungi kantor kepolisian.

Dengan langkah menanjak, aku mengekor petugas tersebut menaiki tangga ke lantai dua, kemudian, kembali naik ke lantai selanjutnya dan berbelok ke koridor kiri. Sempat melewati beberapa petugas kepolisian dan beberapa wartawan yang berada di sana.

"Lewat sini, Tuan. Kepala Kepolisian Brown akan segera datang," kata petugas tersebut sebelum meninggalkanku sendirian di ruangan tersebut.

Mataku mengitari seisi ruangan. Tidak ada yang spesifik berbeda dengan lima bulan yang lalu saat aku kembali ke sini.

Sebuah meja panjang berbahan kayu diletakkan di tengah ruangan, dua buah kursi di dua ssi bersebrangan. Tanpa adanya kipas atau air conditioner dan hanya difasilitasi dengan sebuah udara ventiliasi di langit ruangan, membuat ruangan ini pengap.

Tidak berapa lama, aku berkeringat kepanasan. Dan, tepat itu juga Kepala Kepolisian Brown datang dengan sebuah laptop di samping badannya. Jujur, aku tidak tahu menahu kalau ditanya kenapa harus kepala kepolisian yang mewawancaraiku.

Aku juga tidak ingin berpikir terlalu panjang.

Jadi, selama aku bisa dianggap tidak bersalah oleh mereka. Maka tidak ada masalah dengan siapa yang akan mewawancaraiku.

"Lama tidak bertemu denganmu, Tuan Aaron," kata Kepala Kepolisian Brown basa-basi.

Aku hanya bergumam sebagai jawaban.

"Baiklah, dari kasus pembunuhan Athena, Liana, Caroline, dan Bella. Sekarang, kasus pembunuhan Clara, any defense from you, Mister. Aaron?" tanya kepala kepolisian yang bertubuh gemuk, sedikit kumis di wajahnya, umurnya jelas lebih tua dariku. Sebaya dengan ayahku, kalau dia masih ada.

"Jelasnya bukan aku pelakunya." jawabku dengan penuh tegas.

"Then?" tanyanya lagi.

Aku meletakkan kedua tanganku di meja dan saling menautkannya, mataku menatap tajam pria paruh baya itu sebelum aku berbicara.

"Tidak mungkin aku yang membunuhnya. Memang ada riwayat teleponku dengannya sebelum waktu kejadian, itu karena dia meneleponku untuk mengucapkan syukur karena, mengajaknya dinner untuk hari hubungan kami yang dua bulan."

"Kau mungkin tidak tahu, Pak Tua. Tetapi, aku dengan Clara hampir merenggang nyawa karena sebuah mobil yang datang dari arah berlawanan setelah menikmati makan malam bersama. Kau mau mengatakan aku yang melakukannya? Jangan konyol. Sekitar jam sembilan, aku sudah sampai di rumah dan tidak kemana-mana lagi sampai besok siangnya." kataku yang mengingat kejadian kemarin dengan jelas. Bahkan tidak sadar kalau aku telah menurunkan formalitas yang ada.

"Nona Clara tidak mengatakan apapun pada Anda?"

"Tidak ada sama sekali. Kalau aku pembunuh mereka semua, tidak mungkin aku berani menghadapimu sekarang, Pak Tua. Aku akan takut untuk membocorkannya secara tidak langsung," kata Aaron lagi.

Kepala Kepolisian Brown terlihat terdiam sejenak, matanya melihat ke arah laptop dengan menyangga pada tangan yang bertaut ke atas.

"Kami selalu kehilangan jejak pembunuhnya. Pelaku sangat pintar menutup jejak yang dia lakukan. Dan, selalu Anda yang muncul untuk dicurigai," kata pria tua tersebut.

"Kalau dilihat jelas, kasus ini terlihat sebagai pembunuhan berantai. Tetapi, anehnya selalu menyangkut dengan Anda. Saya tidak tahu apa motif pelaku, apa dia hanya bermain-main semata atau memiliki tujuan khusus belaka. Tapi, apapun itu, Tuan Aaron, tetaplah berhati-hati. Lihat sekitar Anda," kata kepala polisi itu dengan tenang.

"Saya tahu Anda datang dari keluarga yang baik, Tuan Mark sangat menyayangi Anda sebagai putranya. Anda tidak mungkin melakukan hal sekeji itu atas namanya." sambungnya lagi. Setidaknya, sekarang aku punya jawaban atas satu keraguan kenapa selalu pria paruh baya ini yang selalu mewawancaraiku ketika aku bermasalah dengan hukum selama ini.

Apakah karena Papa berteman baik dengan Kepala Kepolisian satu ini?

Setelah itu masih banyak pertanyaan ditujukan padaku sebagai saksi, berakhir nyaris setengah jam kemudian.

"Sesi wawancara sudah berakhir, Tuan. Sisanya akan saya urus, Anda tidak perlu risau karena, Anda tidak bersalah atas kasus ini," kata Kepala Kepolisian Brown dengan senyum terpatri di wajahnya.

Aku hanya mengangguk dan keluar dari ruangan pengap tersebut. Segera menaiki mobil putih kesayanganku sebelum menjauh dari gedung menampung segala kasus kriminal itu.

"Hendery, apa ada jadwal meeting hari ini?" tanyaku sambil mengendarai mobil. Sebuah earphones bluetooth menutup sebelah kupingku tersambung pada ponsel saat menelepon sang sekretaris.

"Jam tiga sore nanti, meeting dengan divisi pemasaran dan perencanaan," kata Hendery dari seberang telepon. "Tuan Bryan dan Nona Delicia yang akan mempresentasikan laporan mereka, Tuan."

Aku hanya mengangguk sambil mengerem pelan mobilku, "Aku sudah selesai dari gedung kepolisian. Aku akan ke kantor Ellena, ada yang perlu aku bahas dengannya. Kalau ada masalah mendadak, tolong selesaikan sesuai keputusanmu, Hendery."

"Baik, Tuan. Saya akan melaksanakannya," kata Hendery. Aku segera memutuskan sambungannya dan menelepon Ellena.

"Halo."

"Kau ada di kantor, kan?" tanyaku yang menginjak pedal gas untuk menjalankan mobil.

"Aku sedang di kantor. Ada apa?"

"Aku akan ke sana lima menit lagi. Ada yang perlu kubicarakan denganmu."

"Baik, aku menunggumu. Be careful."

Aku bergumam sebagai jawaban sebelum memutuskan sambungan dan fokus membelah jalanan ramai.

Aku sudah memutuskannya.

Tentang perkataan Ellena tempo lalu itu.

To Be Continue

Haiii, aku update lagi.

Hihi, comment and vote-nya, ya, kawan.

Take care of health. Tetap patuhi prokes kalau mau keluar. Aku tahu, kalian pasti lelah banget diperingatin kayak gini sama aku. Tapi, jujur, kesehatan itu penting banget sekarang.

Malah, aku mau nyaranin, kalau ada waktu luang, cobalah berolahraga atau take a walk. Gak usah banyak-banyak 10 menit aja cukup, kok.

Dan, tentu saja, drink water, ya. Jangan sampai enggak tercukupi tubuhnya.

See ya ^^

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top