2

"Kak, hari ini mau ngajar jam berapa?" tanya Aes pagi-pagi sekali, Kinan mengangguk sambil mengunyah makananannya, "Ada kelas sih pukul sebelas siang nanti, kenapa?"

"Yaudah kalau butuh bantuan, aku siap siaga deh jadi asisten Kakak," kata Aes dengan senyum lebar di bibirnya.

Kinan sebenernya segan dibantu oleh Aes karena pasti gadis itu masih sedih perihal dikeluarkan dari kampusnya dan ingin menyuruh Aes untuk istirahat beberapa hari, tapi sepertinya Kinan paham bahwa Aes juga ingin menghibur keluarganya, ingin menunjukan kepada keluarganya bahwa ia baik-baik saja dan tidak perlu khawatir.

"Iya, hari ini ada kuis sih, nanti kamu bantu Kakak ya Aes ngitungin mahasiswa yang ngumpulin kuisnya."

"Waduh ternyata masih banyak yang males-malesan gitu ya," kata Aes dengan pandangan mata yang Kinan sendiri tak dapat mengartikan.

"Ya ampun Aes, jangan ditanya lagi. Justru karena lagi daring ini makin parah, bikin kuis tapi ngumpulinnya telat banget, tapi ya mau gimana lagi kan ga mungkin lembar jawabannya Kakak tolak, jadi lembar jawaban kuisnya tetap Kakak terima."

"Aes, Kinan, makan dulu kalian jangan kebanyakan ngobrol," tegur Ayah Kinan lembut. Kinan dan Aes hanya terkekeh pelan lalu meminta maaf, setelah itu menyantap habis sarapannya.

****
"Kak, kalo jawabannya gini bener gak?" kata Aes sambil memperlihatkan layar laptopnya berisi lembar jawaban kuis mahasiswa Kinan.

"Boleh deh, kasih setengah aja soalnya jawaban dia ga terlalu tepat."

Kinan sibuk mengurus kerjaan lain, sedangkan Aes sibuk mendata semua hasil kuis mahasiswa Kinan.

"Kak, Kakak tau ga sih tujuan serum itu?" kata Aes memulai percakapan.

Kinan langsung berhenti mengetik, dan mendengarkan dengan baik sepupunya itu.

"Serum yang kamu bahas itu ... serum yang sama dikeluarkan oleh PT WU Panakeia itu kan?" tanya Kinan meragu.

Aes mengangguk sambil menatap layarnya serius.

"Iya serum itu, menurut Kakak serum itu gimana?"

Hening. Sejujurnya Kinan tidak terlalu mengikuti berita tentang Super Serum itu karena membaca konspirasinya saja sudah memusingkan Kinan, cukup pekerjaannya saja yang menjadi beban pikiran Kinan

"Aku ga ngikutin banget sih Aes, tapi waktu mau launchingitu mereka bilang efeknya bagus banget buat tubuh, bisa meningkatkan kekebalan tubuh ga sih?"

Aes dengan semangat menjetikan tangannya, "Iya benar! Meningkatkan kekebalan tubuh 257% dari yang tidak disuntik Super Serum itu."

"Nah itu, aku ga ngikutin banget Aes tentang serum itu jadi ga gitu concerned, lagipula udah diatur juga kan di negara kita? Tapi banyak yang demo sih buat mencabut peraturan Super Serumnya."

Aes langsung berhenti dan menatap serius Kinan.

"Iya Kak, tapi Demi Tuhan Kak, jangan pernah mau disuntik serum itu. Serum itu kacau banget."

"Why?Kok gitu banget? Memangnya Serum itu kenapa sampe katamu kacau segala? Kamu tahu sesuatu kah?" tanya Kinan heran.

Aes memegang kepalanya sendiri, pusing hanya dengan mengingat masalah Super Serum milik PT Wu Panakeia itu.

"Menurut Kakak, serum itu gimana? Dengan efek yang mereka janjikan dan efek samping yang hanya ruam kulit, demam, abis itu denyut jantung meningkat, sama perubahan hormon?"

Kinan bersandar untuk merilekskan tubuhnya sambil berpikir, "Suspicious sih memang."

"EXACTLY KAK!"

Kinan terkekeh melihat raut wajah Aes yang begitu serius, entahlah menurut Kinan raut wajah serius Aes lucu, "Efeknya kayak abis vaksin aja ya, tapi menawarkan manfaat yang luar biasa. Tidak masuk akal sih menurutku."

"Iya orang niat mereka mau depopulasi kok, makanya manfaat Super Serum dibikin ga masuk akal," kata Aes dengan santai. Kinan mengerutkan keningnya mendengar Aes berbicara seperti itu.

"Gimana? Apa maksudnya?"

"Kita ini kan lagi pandemi Kak, nah karena negara ini overpopulated jadi mereka mau depopulasi deh."

Kinan semakin bingung.

"Atas dasar apa kamu berbicara seperti itu? Hati-hati loh Aes, takutnya kamu masih dipantau dan dituntut karena menjatuhnya nama baik perusahaan mereka," ujar Kinan memperingati.

"Kak, Kakak kira kenapa sahabat aku bisa meninggal tiba-tiba padahal waktu demo sehat walafiat gitu? Udah banyak korban Kak yang ditemukan meninggal dengan kulit melepuh setelah disuntik serum," kata Aes masih berusaha santai, walau napasnya sudah cepat karena memendan emosi di dadanya.

"Aes, kamu yakin itu bukan wabah?" tanya Kinan memastikan.

"Yakin Kak, aku udah coba meneliti di kosanku sesudah menemukan mayat Arsya, dan itu hasil dari serum."

"Loh Aes kamu ini teliti kok di kosan? Kang gak boleh begitu, belum lagi zat kimianya terbang-terbang ke seluruh kamar kosmu. Jangan gegabah kamu!"

"Iya Kak, Maaf. Tapi semua masalah ini tuh akarnya dari perusahaan itu."

Aes tersenyum tipis, "PT WU Panakeia itu masalahnya Kak Kinan, perusahaan problematik itu yang bikin ulah."

****
Semalaman Aes bercerita tentang Super Serum dan apa saja yang ia kerjakan sebelum akhirnya ia dikeluarkan dari kampusnya sendiri. Dari dia mendemo ke sekian kalinya, bertemu dengan seseorang dibalik akun 'saymayofc_', meneliti dari sampel cairan kuning yang keluar dari mayat Arsya, sampai akhirnya ia mendemo di depan kantor perusahaan PT WU Panakeia. Semua Aes lakukan dengan tergesa-gesa.

Gegabah. Satu kata itu yang ada dipikiran Kinan.

Sudah lima menit setelah Aes bercerita dengan Kinan, namun Kinan masih diam sampai-sampai Aes merasa cemas karena diamnya Kinan.

"Aes, kamu tahu tidak salahmu dimana?"Akhirnya setelah sekian lama Kinan membuka suara, raut wajah lega tergambar jelas di wajah Aes yang kemudian sepersekian detik Aes mengerutkan keningnya karena bingung.

"Maksud Kakak?"

"Kamu tahu gak, dengan demomu itu berbahaya?"

"Kak, aku demo untuk menuntut hak ku sebagai warga negara loh!" Aes mulai kesal. Merasa Kinan tidak berada di pihaknya.

"Aku tahu kok, tapi kamu sendiri kayaknya sudah tahu kalau PT itu susah tumbang kan? Mantan karyawannya saja ga bisa, apalagi kamu langsung demo di depan kantor perusahaannya, siapa nama karyawannya tadi? Arnas?"

"Namanya Anas Kak. Tapi Kak, aku kan...." kata Aes menggantung. Sepertinya mulai menyadari apa yang telah ia perbuat, Kinan menghela napas berat.

Kinan melirik Aes sekilas, jelas ia marah karena Aes sudah bertindak gegabah.

"Kak, perusahaan itu gila, untuk melawan orang gila kita juga harus lebih gila."

"Kalo konsep kamu seperti itu, berarti petugas rumah sakit jiwa harus hilang waras dulu, ya? Setelah kamu demo gila-gilaan kemarin apa yang kamu dapatkan? Surat drop out dari kampus? Itu yang kamu inginkan?"

Aes terdiam.

"Sebelum bertindak kamu harus berpikir dengan tenang, Aes. Nenek, kakek, ayah dan ibumu dulu sering mengajarkan untuk tidak bertindak gegabah 'kan?"

Aes lagi-lagi terdiam, selama ini Aes berapi-api mencoba menumbangkan perusahaan itu dengan mendemo tapi hasilnya tidak memuaskan.

"Terus kalau bukan demo aku harus apa lagi Kak? Demo aja gak didengar apalagi cuma gini-gini aja!" kata Aes kesal. Suaranya yang bergetar menahan tangis.

"Asas Equality Before the Law, kamu lupa negara kita ini negara hukum? Semua orang berkedudukan sama di mata hukum,"

"Kamu harus waras menghadapi orang gila, Aes," sambung Kinan.

"Memangnya kita didengar oleh mereka?"

"Memangnya kamu sudah coba sampai berkata seperti itu?"

"Aku mau nuntut PT WU atas dasar apa?" tanya Aes frustasi.

"Bukan PT WU Panakeia yang kita tuntut, kita minta pengujian materi peraturan yang mengatur wajib suntik Super Serumnya."

"Memangnya bisa Kak? Aku kan udah bukan mahasiswa lagi."

"Bisa, tapi bukan kamu yang bikin surat permohonannya, pengujian materi peraturan tidak boleh diajukan oleh sembarangan orang, kamu coba minta tolong ke orang yang kamu percaya bisa melakukan uji materi peraturan Super Serumnya."

"Aku takut, Kak."

"Ga perlu takut kalau kamu merasa benar."

Malam itu, Aes melihat secercah harapan. 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top